Chapter 8 : Bitter and Alcohol

5.8K 775 47
                                    

Untuk kesekian kalinya Raj memutar beberapa potongan video dirinya dan Padma di pintu air sore tadi. Dia melihat dirinya sendiri. Sikapnya terlihat normal. Padahal semuanya dipaksakan terlebih senyuman di wajah.

Sebuah ketukan di pintu menyentak Raj. Buru-buru dia mematikan layar ponsel, sebelum berteriak, "Masuk."

Tak lama sosok Rahmad muncul. Ada satu botol alkohol di tangan berikut dua gelas slok. Dia menaruh tiga benda itu di meja kerja Raj.

"Thanks, Mad," ucap Raj. Dia menarik alkohol dan gelas-gelas itu mendekat. "Besok sebelum subuh kamu pastikan semua botol dan gelas-gelas ini hilang dari sini ya, Mad. Saya nggak mau bikin heboh atau omongan di rumah dinas ini. Satu lagi, kenapa dua gelas? Kamu mau nemenin saya minum?"

Rahmad menggeleng, lalu meringis. "Itu tadi waktu saya pesan, satu paket dapat gelas dua, Pak. Saya pilih tetap sober biar besok pagi bisa beresin ruangan kerja ini sebelum ditemui sama pengurus rumah dinas ini."

Pada akhirnya, Raj mengangguk. Sekali lagi dia mengucapkan terima kasih, sebelum membiarkan Rahmad keluar ruang kerjanya.

Begitu dia sendirian, Raj segera membuka botol alkoholnya. Kemudian, dituangkan minuman itu di salah satu gelas yang tersedia. Sebelum akhirnya, dia memutar kursi untuk melamun menikmati malam hening taman belakang rumah dinas.

Sebenarnya Raj pernah melarang dirinya untuk mabuk saat menjabat. Namun, sesekali dan untuk sekadar melayani beberapa orang penting seperti pengusaha atau Mr X, Raj membiarkan dirinya minum segelas atau dua gelas. Dia juga tak pernah memperbolehkan dirinya mabuk di area rumah dinas karena takut akan menjadi bahan omongan buruk dan merusak citranya.

Hanya saja, semua berbeda malam ini. Raj malas mengunjungi KTV langganannya–tempat paling aman untuk menghabiskan alkohol atau membahas hal-hal rahasia–karena takut bertemu dengan Mr X atau orang-orang penting lainnya. Sekaligus mabuk di rumah dinas cukup aman karena begitu memiliki tanda-tanda mabuk berat, dia bisa langsung sembunyi di kamar tidur pribadinya.

Baru beberapa teguk, obrolan dengan Mr X kembali berputar di kepala Raj.

"Saya malah berharap interaksi kalian semakin baik dan sering atau tidak masalah kalau memang mau berhubungan serius saja. Salah satu kekurangan kamu itu, kamu nggak punya pasangan resmi. Dan mendapatkan pasangan yang dulunya musuhmu, lalu menjual cerita cinta kalian, saya rasa bisa bikin orang-orang semakin tertarik sama kamu. Itu bisa mendongkrak suara kamu untuk periode dua nanti."

Tak lama ingatan kejadian seharian ini dengan Padma juga ikut muncul. Hal itu membuat perasaan Raj campur aduk. Di satu sisi, Raj tidak masalah mendekati Padma dan membuat hubungan baru untuk mereka. Namun, di sisi lain, Raj tidak mau menyakiti Padma untuk kedua kalinya dan sekarang demi mendongkrak karier Raj.

"Brengsek!" Raj meremas kuat gelas slokinya.

"Siapa yang brengsek, Raj?"

Sebuah suara sontak membuat Raj memutar kembali kursi menuju pintu. Mata pria itu melebar saat menemukan pria dengan kemeja kerja putih tanpa dasi dengan celana abu-abu kain. Rambut yang seharusnya rapi diberi gel kini acak-acakan.

"Aksara!" Raj mendengkus. "Sebuah kunjungan tidak terduga nyaris tengah malam oleh seorang sepupu. Aku kira kamu betah di Singapura."

"Nope, tidak ada yang membuatku betah di Singapura selain gajinya yang super fantastis." Aksara memasuki ruang kerja Raj, lalu menduduki salah satu kursi di sana. "Sebenarnya aku udah balik ke Indo beberapa minggu terakhir, tapi belum sempat datang. Dan malam ini ... entah kenapa aku pengen banget datang buat mengunjungi sepupu slash mayor kota kita tercinta ini. Ternyata wali kota kita lagi pusing sampai mabuk, bagi yak alkoholnya."

Tell Me Your Dirty Secret (TAMAT)Where stories live. Discover now