Chapter 12 : Drown In Your Life

4.6K 693 63
                                    

"Kenapa kamu masih nyimpen Bunky?"

Pertanyaan tak terjawab semalam itu sukses membuat Raj agak frustrasi. Bisa-bisanya Padma kabur dengan menutup telepon, lalu mematikan ponselnya.

Bunky, gantungan kunci berbentuk kelinci warna pink itu sudah terlihat buruk. Sekalipun Raj hanya melihatnya melalui video siaran langsung Padma, tapi tampak jelas Bunky telah kehilangan salah satu matanya. Bukan itu saja, warnanya juga tak lagi pink cerah karena sudah dimakan usia.

Bunyi ketukan di pintu membuat Raj terperanjat. Dia berdehem pelan, sebelum kemudian berteriak, "Masuk."

Tak lama sosok Rahmad muncul. Pakaiannya tampak rapi dan bersahaja dengan seragam coklat khas pemerintahan. Tidak ada barang-barang yang dibawa entah laporan, buku, ataupun iPad, artinya hanya ada informasi singkat yang hendak disampaikan kepada Raj.

"Pak, Mbak Padma sudah sampai kantor."

Nama Padma sukses membuat Raj menoleh. Tanpa sadar pria itu berdiri, lalu mencondongkan badannya kepada Rahmad. Sampai-sampai asistennya itu memundurkan badannya dengan ekspresi terkejut.

"Kamu bilang apa barusan, Mad?" tanya Raj memastikan. Dia hanya ingin mendengar nama Padma sekali lagi.

"Mbak Padma udah datang, Pak. Hari ini Bapak ada jadwal kunjungan ke kampung-kampung di sekitaran sungai untuk memberikan penyuluhan dan tinjau lokasi," lanjut Rahmad sambil menjelaskan.

Senyum Raj tahu-tahu saja tersungging lebar. Dia berkata dengan santainnya, "Kamu suruh dia tunggu bentar. Bilang aja saya kerjain kerjaan. Sepuluh menit lagi saya nyusul."

Meskipun ada kernyitan di kening Rahmad, tapi asistennya itu mengangguk tanpa berkomentar. Kemudian, buru-buru menghilang di balik pintu.

Raj sendiri langsung bergerak menuju ruang gantinya. Dia segera menatap pantulan dirinya yang juga sedang mengenakan seragam coklatnya. Rambut dia sisir ulang. Tidak lupa menyemprotkan parfum sebanyak yang dia bisa. Jantungnya mendadak berdebar dengan penuh semangat hanya karena akan bertemu Padma.

Segera setelahnya Raj keluar kantor. Senyumnya secerah mentari saking bahagianya. Dia terus bergerak dan bergerak. Sekalipun bahasan semalam tidak berbalas, tapi ternyata Padma tidak punya kesempatan untuk kabur dari tanggung jawab untuk memberi jawaban.

Tuhan emang baik ke gue, ucap Raj dengan bangga.

"Padma," sapa Raj begitu dia berdiri tepat di depan Padma. Namun, tatapan tertarik orang-orang karena panggilan tanpa embel-embel mbak membuat Raj menganulir. "Mbak Padma, maaf sudah membuat menunggu."

Padma mengangguk canggung. Dia berdiri seraya membenarkan celana kain warna hitamnya. Kemeja warna hitam dengan anting berbentuk rantai berwarna putih yang tampak kontras dengan penampilannya yang serba hitam. Sementara kakinya menggunakan sneakers hitam putih.

"Kenapa ... hitam-hitam?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Raj.

Tiba-tiba Padma mencondongkan kepalanya kepada Raj. Dia berbisik, "Aku sedang berduka karena harus mendapati kenyataan bahwa kita harus terlihat dekat."

"Ah." Raj mendengkus. Dia ikut mencondongkan kepalanya dan ikut berbisik. "Tapi aku lebih berduka karena semalam seseorang kabur dan meninggalkanku sulit tidur karena pertanyaan yang tidak terjawab."

Keduanya langsung tertawa canggung sambil memisahkan diri. Mereka kemudian saling menjauh. Bersikap tidak terjadi apa-apa padahal Raj sudah gemas untuk mencari tahu jawaban semalam.

***

Demi efisiensi waktu dan agenda terselubung, Raj sengaja mengajak Padma untuk berangkat dengan mobil yang sama. Namun ternyata, karena Rahmad terus mengajaknya berbicara mengenai pekerjaan, agenda itu terpaksa urung dilakukan.

Tell Me Your Dirty Secret (TAMAT)Where stories live. Discover now