>42: Pembohong Ulung<

1.7K 189 8
                                    

Perasaan ini ... Kenapa dia harus selalu merasakannya?

Hatinya hampa, perasaannya kosong. Pikirannya seperti tak mau menuruti keinginannya. "Hah!"

Anak laki-laki itu, mengusap wajahnya dengan kasar.

"Aku ... Sendirian lagi.."

Mata cokelat itu mengerling, pandangannya menyapu setiap sudut ruangan yang lega itu. Raut wajahnya menekuk, pikirannya beradu satu sama lain.

"Kenapa aku ada di sini ...?" Dia terus bertanya pada dirinya sendiri. Sekarang jam tiga pagi. Dia terbangun dari tidurnya, setelah bermimpi buruk.

Sebuah mimpi, yang menunjukkan dia terbunuh oleh seorang pria jangkung.

Anak laki-laki itu mengerang. Dia bergerak turun dari ranjang, membuka buku catatan yang cukup tebal, dia menuliskan sesuatu, kemudian membuka buku lain, lalu dia mulai membacanya.

Kelopak mata laki-laki itu siap memejam, dia mendongak menahan air mata.

"Aku melupakannya lagi ..."

“Tidak ada. Aku sibuk.”

Penolakan itu membuat Leo cemberut, “Kakak, ayolah!”

“Aku sibuk, Leo. Aku memiliki banyak tugas dari dosen. Kamu beli saja.”

Ujaran itu membuat Leo mencebik kesal, dia berjalan meninggalkan Arka, dan menghampiri ku yang sedang mengganti kasa.

Aku terkekeh renyah, “makan saja punyaku, Leo.”

Leo tak memberi tanggapan, dia melirik stoples agar-agar kristal milikku, “itu milikmu, lagian aku ingin jatah sendiri.”

“Sama saja, Leo. Mau berbagi denganku?”

“Tidak mau.”

“Dasar rewel.”

Alka berjalan sambil membawa setoples coklat, dia duduk di depan kami, “mau?”

Aku menggeleng cepat, itu terlihat manis sekali!

“Aku mau kamu berbagi denganku, Atha.” Leo tak menanggapi tawaran Alka. Anak itu mengulurkan tangannya untuk mengambil agar-agar kristal.

Alka mendengus, “itu sama saja kamu meminta miliknya, bodoh.”

Suara tawa menguar dari belakangku, itu Ayah, yang sedang membantuku mengganti Kasa. “Aku bisa membuatkannya untuk kalian. Kenapa kalian seribut itu hanya untuk agar-agar kering?"

Leo tampak tertarik, dia mendekati ayahku, “Anda bisa membuatnya, Paman? Bagaimana caraku agar bisa membantumu?"

“Kenapa kamu menawarkan bantuanmu, Leo?” tanya ku penasaran, aku tebak, dia pasti memiliki rencana dibaliknya.

“Kamu diam saja, oke?” dia malah membalasku dengan tanggapan itu. Aku mendengus gak suka. “Awch! Jauhkan tanganmu!” aku mengerang ketika Leo dengan sengaja menekan kain kasa yang baru saja di ganti. Dia menoleh padaku dengan pandangan tak bersalah.

“Bukan aku.” ujarnya, dia menarik tangannya ke atas.

“Tapi tanganmu.” ujarku dengan sinis.

“Kalian ini ...”

“Kenapa kamu tidak sekolah?” aku bertanya saking kesalnya. Zeta dan Cassi pergi ke sekolah, dan Heze pergi bekerja. “Dan Kau, kak, kenapa tidak bekerja?”

“Oh, itu perusahaan ku, jadi aku bebas melakukan apapun.”

“Jika aku sekolah, kamu akan kesepian.”

Atharya: Reborn as an Outcast.Where stories live. Discover now