>40: Sakit Lagi.<

1.6K 204 4
                                    

“Ini pertama kalinya dia seperti ini.”

Naradipta menghela napas, dia mengelap dahi Atharya, kemudian kembali menempel plester penurun demam di sana.

“Atharya memang rewel, ya?”

Pertanyaan itu membuat Naradipta terdiam. Ayah dari tiga orang anak itu menatap Andhi dengan pandangan sendu.

“Iya ... Tapi, aku tidak pernah merasa terbebani. Dulu, dia tidak seperti ini. Dia sangat pendiam, sering sekali mengurung diri dalam kurun waktu yang sangat lama. Membuatku khawatir dibuatnya.” Naradipta tersenyum kikuk, “kehadirannya diantara kami, membuat semuanya lebih berwarna. Setidaknya, kami bisa melihat tingkah lakunya yang tidak bisa kami tebak.”

Andhi tertawa pelan, “dia seperti itu, karena bersamamu.” ujarnya, dia melirik Atharya yang tengah tertidur, “dulu, dia juga pribadi yang tertutup. Aku sulit sekali mendekatinya, mungkin aku juga yang terlalu sibuk pada pekerjaan. Membuatnya kesal, dan mulai membuat jarak denganku.”

“Andhi, asal Kau tahu, ya ... Dia sering sekali menangis, karena ingin bersamamu. Kau tahu? Aku sakit hati ketika dia memanggilmu. Aku ayah kandungnya, tapi dia malah memanggil sosok ayah lain.”

Mereka berdua tertawa. Andhi, yang duduk di samping kanan ranjang, bersandar di kursi yang ia duduki. Mendongak, menatap langit-langit kamar yang didesain dengan konsep luar angkasa, membuatnya teringat pada konsep kamar yang serupa di kediamannya.

“Atharya, memang se-fanatik itu dengan antariksa, ya?” ujarnya pelan, “waktu kecil, dia sangat menyukai hal-hal yang bersangkutan dengan liar angkasa, bahkan, dia juga pernah mengikrarkan janji, akan menjadi astronot NASA.” Andhi tertawa selepas mengatakan itu, sedangkan Naradipta tersenyum lembut mendengarnya.

“Cita-cita anakmu, benar-benar tinggi, ya ...”

“Tentu, itu melebihi ekspektasi ku saat itu. Aku pikir, dia akan mengikuti pamannya yang seorang dokter, karena dia dulu sangat mengidolakan orang itu.”

Hening kembali, Naradipta tersenyum sendiri setelah mendengar ucapan dari Andhi, dia menatap wajah damai Atharya sambil memainkan rambut putih anak itu.

“Kau ingin terus merawatnya, Nara?”

Pertanyaan itu membuat gerak-gerik Naradipta terhenti, pria yang lebih muda dua tahun dari Andhi menatap rumit, “maksudmu?”

“Sepertinya, dia bahagia ketika bersamamu.”

Naradipta tertawa hambar, “aku bersyukur jika itu faktanya. Tapi, Kau salah besar, dia menderita karena anak-anak ku yang lain. Aku minta maaf.”

Andhi terdiam. “Jika seperti itu, maka kita akan memberikan kesempatan pada diri kita masing-masing. Aku seorang ayah, dan Kau juga seperti itu. Berbagi waktu untuk merawatnya, sepertinya itu ide yang bagus.”

Naradipta mendongak, menatap Andhi yang baru saja berbicara, pria itu tersenyum, kemudian mengangguk, “ide bagus. Tapi, aku akan tetap bergantung pada keputusan Atharya. Jika dia ingin menetap bersamamu, maka aku akan melepaskannya dengan ikhlas. Dia juga berhak bahagia.”

“Terima kasih.”

Naradipta tersenyum lembut, pria itu bangun dari posisi tidurannya, dia duduk sambil menghadap pada Andhi, “seharusnya aku yang berterima kasih. Jika bukan karena putramu, aku tidak akan mengetahui, atau melihat berbagai ekspresi wajah anak ini. Semua ini, sangatlah berharga.”

Naradipta menghela napas, “jika rumah ini menjadi penjara untuknya, biarlah dia pergi mencari rumah lain, yang lebih baik dari ini.” lanjutnya kemudian.

“Terima kasih. Atharya beruntung memiliki Papa seperti mu.”

“Ya ...”

Atharya: Reborn as an Outcast.Where stories live. Discover now