>18: Sudut Pandang Seorang Ayah<

3.4K 534 19
                                    

Aku gemetar kala mendengar suara lirih itu. Tawa yang sedari tadi keluar, harus berhenti dengan tidak elitnya.

Suara tangis bisa aku dengar dari sebrang.

Atharya, ada apa denganmu?

“Hng ... Kheuk, k-kalo gak bisa, gak pa-pa ... Papa selesaikan saja urusan Papa dulu di sana ...”

Tut —tut—tut—

“Atha? Atha?! ATHARYA!” Aku berteriak, ada apa dengan Atharya?

Firasat ku merasa hal akan ada hal buruk yang terjadi.

Aku membuka ruang obrolan kami, kemudian mengetikkan pesan permohonan maaf padanya.

“Algara, selesaikan ini untukku. Aku akan pulang terlebih dahulu. Bungsu ku sepertinya sedang tidak baik-baik saja.”

Aku menyambar Coat yang tersampir rapih di atas kursi kerja ku. Mengambil kunci mobil dari Algara, kemudian pergi—turun.

Meninggalkan perusahaan itu.

“Atharya ... Atharya...”

Aku terus bergumam ditengah fokus ku berkendara. Entah kenapa, tapi rasanya hal ini akan terasa sangat berat.

Hampir dua jam aku berkendara, tiba di gerbang, aku segeralah masuk, tanpa peduli pada mobil yang aku parkirkan sembarangan.

Keadaan mansion terlihat sepi. Hanya Alka dan Keith, yang terlihat tengah bersantai.

Laptop tergeletak di depan Alka, dan Keith yang tengah menyesap teh nya.

“Di mana Atha?”

Aku membuka obrolan, Keith memandang Alka dengan ragu, kemudian ia menatapku. Gaya duduknya juga berubah, kini ia lebih tegap dan formal, “Atharya ... Tadi, aku mendengar suara tangisan dari makarnya. Jadi aku membawanya ke kamar Alka, di atas. Dia terus mengigau, aku tak bisa mengerti apa yang ia inginkan.”

“Kalian meninggalkan dirinya sendirian?”

“Iya, tadi dia sempat mengamuk. Tapi, tak lama setelah itu dia tertidur. Jadi, kami tidak ingin mengganggu tidurnya..”

Keith terlihat menatapku dengan pandangan rumit, “jangan mengungkit apapun ketika dia bangun nanti.”

Aku mengangguk mengiyakan. Kemudian berlari ke arah tangga, menuju lantai tiga, dimana kamarku dulu, dan kamar kedua anak sulung ku tinggal.

Aku bergegas, sedikit berlari dari arah tangga, membuka pintu yang terletak sekitar tiga kamar dari tangga utama. Cukup jauh juga.

Aku membuka pintu itu dengan sedikit terburu-buru. Ugh, bodoh sekali. Aku menutup pintu ini dengan perlahan.

Menghela napas, aku dapat melihat tubuh kecil  Atharya yang terbalut dengan selimut tebal. Aku menghampirinya dengan pandangan yang aku sendiri sulit untuk menjelaskan.

“Kamu kenapa ...”

Aku mengelus Surai putih itu, mengusap mata yang basah oleh air mata. Wajahnya memerah, aku dapat menangkap ekspresi lelah di sana.

“Aku kira, karena ada ketiga kakak mu disini, kamu akan lebih baik, Atha ... Maafkan Papa..”

Aku mengecup dahi itu, kemudian kembali keluar, menutup pintu dengan pelan. Kemudian turun kembali, menghampiri Alka dan Keith.

“Bisa jelaskan apa yang terjadi?” aku duduk di depan mereka. Menatap Keith, kemudian Alka secara bergantian.

“Hm, dari mana ini terjadi, Keith?”

Atharya: Reborn as an Outcast.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang