>08: Dua pendukung<

7K 901 21
                                    

"Atha, jangan dekat-dekat dengannya. Dia berbahaya."

Bisikan itu terdengar oleh telingaku. Aku merinding, lengan ku bergerak untuk mengusap daun telinga ku.

"Sudahlah, Leo. Dia tak berbuat apapun padaku."

Lagian, kamu lebih berbahaya.

[DING!]

[Tuan, maaf karena saya meninggalkan Anda. Second lead akan segera tiba]

Suara sistem yang diikuti oleh suara Orion muncul, begitu juga papan hologram yang melayang di depanku. Menunjukkan sebuah figur laki-laki dengan surai pirang, yang tengah berjalan ke arah kantin yang ku datangi.

Aku mengeryit kala melihat wajah laki-laki itu. Sepertinya aku ingat, dia..

"Atha, kamu ingin memesan sesuatu? Biarkan aku memesankannya untukmu."

Aku menatap Adriel, "aku ingin nasi goreng, dengan es teh saja."

Adriel pergi, aku kembali melihat papan hologram itu.

Namanya tertera dalam name tag pin yang terpasang apik di kanan pakaiannya.

Azva Martadinata.

Ah, sial.

Sosok laki-laki dingin yang mendominasi sekitarnya. Dia laki-laki Alpha, pemimpin yang mampu memanipulasi lawannya.

*An: Alpha disini bukan dalam ABO, tapi naluriah Alpha pada sekelompok kawanan. Dia memimpin, dan melindungi klan, ras, atau kelompoknya sendiri.
Contoh lainnya adalah, Alpha dalam kawanan serigala.

Azva itu pintar, dia adalah salah satu anak yang mendapat beasiswa, walaupun dia kaya raya, tapi ia tetap mandiri. Membuat perusahaan sendiri yang ia bangun dari nol.

Rada klise, memang. Anak sekolahan berusia 17 tahun, sudah memimpin perusahaan.

Dalam novel, ia diceritakan sebagai Ketua OSIS yang sangat disegani oleh semuanya. Memiliki sopan santun yang baik, walaupun dia cukup cuek dengan lingkungannya.

Dia berperan sebagai salah satu antek-antek Leo untuk menghancurkan Gabriel dikehidupan sebelumnya.

Aku menggertakkan gigiku. Cukup mustahil untuk mendekati orang ini, apalagi untuk bersahabat dengannya.

Orion, kau membuatku dekat dengan kematian ku sendiri.

"Ah, siang, Kak Azva."

"Halo, Kak Azva."

"Tumben banget, si Azva ke sini. Ada apa, nih?"

Siswa-siswi menyapa Azva, dan dibalas anggukan oleh orang itu. Benar untuk yang terakhir, tumben sekali dia kemari.

Dalam novel, ia datang ke sini kala Leo mendapat masalah dari Reyna.

Tunggu, kejadian itu kan tadi pagi..

Dan terjadi padanya..

Jangan bilang...

Sial, sial, sial. Aku menarik tangan Leo untuk bersembunyi, Leo yang kaget hampir kehilangan keseimbangannya. Tapi aku tidak peduli.

Aku masuk ke dalam kantin, tanpa memperdulikan ibu kantin yang menatapku terkejut, "bu, kalau ada yang nyari saya, bilang aja gak tau! Buat kalian juga, bilang aja gak tau, oke! Siapa pun itu orangnya!" ujarku, dan siswa-siswi lainnya mengangguk.

"Atha?"

Aku berbalik melihat Adriel yang melihatku penuh tanda tanya, "kau, duluan saja. Dan, jika ada seseorang yang ingin menemui ku, katakan tidak tahu."

Atharya: Reborn as an Outcast.Where stories live. Discover now