Momen Langka

2 0 0
                                    


"Kringg" Bel berbunyi, tanda waktu istirahat, sebagian siswa siswi berhamburan keluar, ada yang pergi kekantin adapula yang hanya berbincang bincang diluar dan sebagian yang lain masih menetap dikelas salah satunya Abimanyu, ketimbang berkumpul dengan temannya ia asik dengan game smartphonenya, mungkin bagi sebagian orang ini adalah hal yang normal tapi percayalah bahwa aku merasakan rasa kesepian di wajahnya, rasanya aku ingin mendekatinya namun melangkahpun tak berani, jadi akupun hanya berdiam dikursiku, seketika ruangan sepi, semua orang keluar dari kelas termasuk Rena, dan secara kebetulan kelasku hanya berisikan aku dan Abimanyu, dewi fortuna nampaknya telah memberikan keberuntungannya kepadaku namun situasinya malah semakin membuatku membeku kaku tak bergeming.

kelas begitu hening, hanya suara game yang keluar dari handphone Abimanyu, dikeadaan ini aku harus berbuat apa, aku nampak kikuk, apa aku harus menelepon Rena supaya ia cepat kembali, TIDAKKK ini kejadian langka yang tak mungkin terjadi lagi, lalu aku merencanakan  mencoba memberanikan diri untuk berdiri, mengangkat kakiku dan bersiap keluar dari meja, dan duduk disebelahnya namun disaat bersamaan ia melakukan hal yang membuat hatiku berdetak tak karuan, ia menyudahi game nya, menyimpan handphonenya disaku, lalu berdiri berjalan mendekatiku dan duduk dikursi Rena yang tepat berada disebelahku, tentu saja ia berjalan memutar, semakin kikuk lah aku.

"kamu gak ke kantin Nay" tanyanya, bibirku ku gigit sekencang kencangnya, mencoba membuat jantungku tak keluar dari edarnya, dan mencoba membalas tanyanya "gak, soalnya ada kamu" BODOH !!!, jawaban apa ini, malaikat maut nampaknya sudah berdiri dibelakangku siap mencabut nyawaku.

"..." ia tak menjawab, disaat kulihat wajahnya, wajahnya berubah menjadi merah rona,      APAAAA !!!,  tak mungkin kan ia salah tingkah dengan jawabku, AHHKKKGGASDS !!!.

aku menarik nafas panjang "maksudku ada kamu yang main game, dan aku penasaran kamu main apa sehingga kau tak pergi kekantin" jawabku untuk menenangkan suasana

ia melihat kearahku, walaupun arah wajahnya menatapku, tapi aku tahu matanya tak benar benar menatapku, apa mungkin dia memilki perasaan terhadapku juga "entahlah, aku duduk disini sebenarnya ingin mengajak mu bermain catur, karena aku bosan bermain sendiri,kukira kau main game yang sama, namun nampaknya kau sama sekali tak tertarik dengan catur ya ?"

"emang ada perempuan yang bermain catur?" tanyaku heran

"tentu saja ada, Rena salah satunya, ia sering bermain denganku" jawabnya datar.

Apaaaa, tak mungkin ini mustahil, Rena tak mungkin menyembunyikan rahasia ini, kenapa ia tak memberitahu kalau ia adalah seorang pecatur juga, seharusnya aku yang bermain dengan Abimanyu bukan Rena, moodku langsung turun derastis, rasanya ingin kutikam saja ia setelah pulang dari kanting,  diwaktu bersamaan Abi kembali melanjutkan kata-katanya "maaf tadi aku sedikit terkejut dengan kata-katamu barusan, itu diluar dugaanku, untuk sikapku tadi jangan kau ambil serius ya" ia berkata sambil melempar senyum kehadapku,  aku yakin sikap yang dimaksud adalah sikap salah tingkahnya tapi dipikir masuk akal juga, seseorang ditembak dengan perkataan itu tiba tiba tentu akan bertingkah aneh, nampaknya aku terlalu berharap kalau Abi menyukaiku, tapi mengapa juga ia mendatangiku dan duduk disebelahku telebih harus memutar lagi, kan bisa saja ia duduk didepan atau dibelakang mejaku kan ? ahhh sudahlah.

"mau coba main ?" menyerahkan handphonenya yang kini telah ia pegang kembali dari saku

"ahh aku gak bisa" jawabku menyerah

tiba tiba salah satu tangannya menarik tanganku lalu diarahkanlah tanganku memegang erat handphonenya begitu pula tanganku yang lainnya "gak papa aku ajarin", atas kejadian itu jaraknya denganku hanya sebatas sejengkal saja,ia tepat berada disebelahku, fokus menatap layar handphone sedang tangannya masih memegang tanganku yang kini sedang memegang handphone dengan erat dan sedikit gemetar.

"ini game catur tentu ini tak asing bagimu kan, hanya menjalankan sebuah bidak lalu-" ia masih melanjutkan perkataannya, tapi siapa yang peduli, aku terlalu fokus menenangkan hatiku yang sedari tadi berteduk dengan kencang.

"Nay... Nay.. Nay..." panggil Abi berkali kali yang membuatku sedikit terkejut

"ohkk ya apa bi ?" jawabku spontan

"kamu dengerin gak sih aku ngomong apa ?" jawabnya

"oh maaf,  baru sampai mana kita tadi ?"

waktu berjalan dan kita menghabiskan waktu bermain bersama, tawa dan riang mengisi ruang, rasa canggung yang tadi menghantuiku pun perlahan menghilang, ia menjelaskan aturan dari catur dan gerak setiap pion pionnya,keberadaannya membuatku merasa nyaman, ia mirip seperti Abimanyu yang kutemui 3 tahun lalu, apakah ia adalah orang yang sama ?.

selama waktu itu aku bisa membawa alur percakapan yang hangat dan Abi pun menanggapinya dengan penuh semangat, kami saling melempar tawa, entah itu mentertawakan pola permainanku yang buruk ataupun menertawakan sikapku yang marah disaat kalah.

"Abi ?" tanyaku, tanganku masih memegang handphonenya masih memainkan game catur yang sama, namun kini Abimanyu hanya berdiri disebelahku hanya menonton 

"ya apa ?"

"aku berpikir disaat kamu ajarkan aku, rasa rasanya aku ingin mencoba mengalahkanmu"

"kau harus melawan anak buahku sebelum melawan boss utama" balasnya

"Rena ?" tanyaku heran

"aku tak tahu kalau ia bisa bermain, ia tak pernah memberitahuku sebelumnya, aku yakin kemampuannya tak jauh dariku" nadaku menyombongkan diri 

"apa sebut sebut namaku" nampak Rena baru memasuki kelas, aku terlupa waktu istirahat telah berakhir,murid lainnya pun banyak yang kembali memasuki kelas.

"wah wah lihat ada yang lagi bermesraan berdua nih,  pantas saja aku cari tak ada dikantin" balas Rena sembari mendekatiku

mataku langsung tertuju pada Rena, berharap ia menarik kembali kata katanya, namun sudah apa dikata, Abimanyu mendengar hal itu.

aku melihat Abimanyu, namun Abi malah langsung membelaku "kamu salah paham Rena, sewaktu istirahat semua orang keluar kelas, sehingga hanya menyisakan kita berdua"

"tapi apakah harus duduk bersebelahan juga" tanya Rena yang berniat menjahiliku

"bukankah hal yang wajar sesama teman sekelas, bukankah kau pun sering main sama aku kan" jawab Abimanyu, senyum jahil terlihat diwajah Rena, nampak ia seakan tak percaya dengan perkataan Abimanyu, dan aku hanya bisa melihat mereka berdua beradu argumen "hemm, sulit dipercaya" ucap Rena

"ohk ya Ren kata Nahisya, ia ingin mencoba berduel dengan mu digame, siapa yang menang katanya berhak lawan aku" ucap Abimanyu mengalihkan topik pembicaraan

"hey kau mengalihkan pembicaraan, yah kalau lawannya Nahisya sih mata tertutup pun aku bisa" ucap Rena sambil mengankat bahunya

"kalau begitu aku bisa menang darimu dengan satu hembusan nafas" jawabku sombong, nampak muka Rena kesal dengan kesombonganku

"tentu saja aku gak bakal kalah, maaf saja aku punya harga diri Nay, jika aku kalah mau dikemanakan harga diri ini " ucap nya percaya diri 

"oke sudah ditentukan, kita akan bermain sepulang sekolah oke" ucap Abimanyu

pertandingan pun ditentunkan, pentandingan yang memperebutkan tujuan masing masing antara harga diri dan cinta, mana yang akan menang ?


Let Him Goحيث تعيش القصص. اكتشف الآن