Pada Hari Itu

5 1 0
                                    


Waktu itu tepat saat bel sekolah berbunyi, menandakan bahwa sudah waktunya pelajaran dimulai, saat itu hari pertama sekolah menengah pertamaku, dibangku yang bersender didinding, berderet dua, tak berada diposisi terakhir dan tak juga terlalu depan, disitulah aku duduk. Semua orang masuk memenuhi seisi kelas, menempati tempat duduk incaran mereka, tak sedikit yang telah membuat janji untuk berbagi berdua, rombongan manusia ini akhirnya memenuhi seluruh tempat duduk terkecuali satu, tempat duduk sebelahku masih memiliki ruang, keheningan sesaat tergambar jelas dihadapku, tapi sudahlah ini hanya sebuah tempat duduk.

seorang masuk dari bilik pintu dengan tergesa gesa "maaf saya telat bu ha.. hi.. ha.." nafasnya tak beraturan

"ya silahkan duduk, disitu ada satu kursi kosong" sambil menujuk kearah bangku sebelahku

"baik bu" dia berjalan mendekat kepadaku

"hai aku Rena" sambil menjulurkan tangan sembari mengeluarkan tas gendongnya untuk dikaitkan kekursi

"hai aku Naisya, ka.. kamu berantakan sekali"

"hahaha tadi aku terburu buru sehingga tak memerhatikan pakaianku, bentar ya" ia memalingkan badannya kebelakang lalu merapihkan pakainnya

"oke, sudah apa adanya sekarang" terusnya

"butuh tisu, kamu tampak ke-"

"gak usah makasih, pake ini aja" dia mengelap keringatnya dengan baju lengannya, mengusap semua permukaan mukanya hingga kering keronta

"haha kamu jorok"

"ini namanya membunuh dua burung dengan satu lemparan batu"

"haha lucu ya kamu" ucapku mendengar perkatannya yang menyambungkan dengan peribahasa yang tak seirama

"lucu dong, nih liat" memberikan mimik senyum lebar sambil kedua jari telunjuknya menempel dengan pipinya

aku tertawa dengan tingkahnnya

"dah sini duduk, nanti materinya ketinggalan loh"

"kan ada kamu, nanti aku liat aja dikamu ya, ohk ya rumah kamu dimana ?" tanya Rena

"dipinggir jalan" jawabku asal

"ohh, deket dong rumah ku pinggir pinggirnya jalan"

"sawah"

"bukan, kolam lele" jawabnya sambil mengejek

"haha bagaimana jika pulang nanti kita pergi ?"

"ke kolam lele ?"

"ke rumah aku Rey"

"ada kolam lelenya ?"

"ada sawah" jawabku sambil muka kesal

dimulai dari percakapan sederhana itu kami banyak berbincang hal yang sebenarnya tak perlu dibicarakan, hal itu mengallir saja, kepiawaiannya dalam bercakap dan kemampuannya dalam membuat suasana menjadi hangat membuatku takjub.

bel pun berbunyi riang, para pelajar bersorak keluar, dan janji kita berduapun segera ditunaikan, Rena pergi terlebih dahulu untuk mencari bekal sedang aku mengikutinya dari belakang

"Nay, kamu mau beli apa ?"

"gak, hanya mengantar"

"Ren!" seorang menyaut dari belakang

"Siapa ?" tanyaku pada Rena

Rena menengok sumber suara, dari belakang terlihat seseorang sedang melambaikan tangannya, pria yang tampan, hidungnya sangat lancip jika matanya menghadap kebawah maka batang hidungnya akan terlihat, dengan perawakan tinggi perlu untuk mendongkakan muka kami untuk melihatnya

Let Him GoWhere stories live. Discover now