Ide Buruk

5 0 0
                                    

saat dia memberi tahu namanya, entahlah serasa angin lembut berhembus kearahku, perasaan hangat memeluk diriku, perkataanya membuatku serasa aman, aku tak mengetahui parasnya tapi keindahannya serasa memancar dihadapku, aku berpikir apakah dia pangeran negeri dongengku.

Terdengar iringan langkah kaki "Suara berisik apa itu !" teriak seseorang, aku mengenali suara itu, dia penjahat yang bernama Iwan, menurutku dia penjahat yang tak kenal ampun dan tak memilki sedikitpun simpati, tentu walaupun aku sekarang tak sendiri namun tetap saja aku aku takut.

 suara langkah kaki itu pun semakin mendekat sehingga terdengar tepat dihadapanku, "kenapa kau teriak?" suaranya berbeda dengan yang tadi, mungkin ini penjahat yang bernama khusni itu, ditutupnya salah satu indraku membuat indra lainnya semakin tajam, sekarang aku bisa membedakan suara mereka berdua 

aku diam kaku tak bisa menjawab pertanyaannya

"hei dengar, jika kau bisa menutup mulutmu itu,aku pastikan ini akan berakhir dengan cepat, jadi tutup mulutmu" ucap khusni, kini aku bisa membedakan suara mereka,tak lama setelah itu langkah kakipun terdengar menjauhi kami.

tiba tiba Abimanyu berucap "pernahkah kau mendengar suara penjahat selembut itu" 

"maaf ?" respon otakku masih terdiam tersentak atas kejadian tadi

"namanya Khusni, dia sebenarnya seorang ayah, dia memliki 2 anak, satu berusia remaja dan satu berusia 8 tahun" balas Abimanyu

"bagaimana kau mengetahui itu semua ?" tanyaku

"karena sebelum ini dia tinggal disebelah rumahku" jawab Abimanyu

jawaban Abimanyu sekejap membuatku terpental, seperti munculnya gundur dikala hujan badai, pernyataannya membuatku tak bisa berkata, sedari tadi peristiwa tak terduga terjadi begitu saja, namun aku sudah belajar untuk bisa mengatur emosi bagaimanapun kondisinya, manarik nafas panjang dan mencoba melihat sudut pandang luas dari penjelasan Abimanyu pengenai penyataanya.

"apa maksudmu ?" ucapku untuk mendapat penjelasan dari Abimanyu

"dia tinggal tepat disebelah rumahku, aku mengenalnya dengan baik, begitu pula dengannya, dia sangat mencintai kedua anaknya lebih dari apapun dan hidupnya sangat sederhana, ia mendapatkan uang dari kerja serabutan, anak pertamanya mengidap kebutuhan khusus yang membuat perkembangannya berbeda dengan anak kebanyakan, semenjak istrinya meninggal dia merawat sekaligus menanggung beban keluarga,  tak lama setelah itu anak bungsunya didiagnosis kanker, dan anak pertamanya yang sudah menginjak remaja membuat pengeluarannya menjadi sangat membengkak, setiap bulan ia harus mensetor biaya perobatan untuk kanker anaknya, ia meminjam dari rumah ke rumah untuk bisa berobat, namun setelah berbulan bulan ia tak bisa melunasinya, membuat orang orang tak mau meminjamkan uang lagi kepadanya, maka terpaksa darahnya dihisap oleh lintah darah hingga kering keronta, lalu ia menjual sebagian ginjalnya untuk menutupi hal itu, namun itu bukan sebuah solusi, tak lama setelah itu anak sulungnya meninggal dunia-" 

"a... a.. apa?" potongku terkejut mendengar penjelasan Abimanyu

"kini hanya dia dan anak bungsunya, kematian anak pertamanya membuat ia terpuruk dan putus asa, hidup diambang antara ingin mati dan hidup, namun ia sadar ia masih memilki satu anak kesayangannya yang ingin merasakan hidup bahagia, ingin merasakan kehidupan yang sama seperti anak seusianya, itu yang membuatnya tak menyerah kepada anaknya" Ucap Abimanyu, seteleh penyataan itu keluar sekejap suasana sunyi, anak panah yang meluncur tepat meruntuhkan mentalku membuat hati tak bisa bernafas dengan tenang.

"mengapa kau memberi tahu semua ini ?" tanyaku 

"karena itulah alasan mengapa aku disini, ia terpaksa menjadi seorang penjahat hanya untuk merasakan bagaimana cara anaknya bahagia, tersenyum dan bermain bersama teman sebayanya"

"jadi karena ini alasanmu disini ?" ucapku khawatir 

"Aku menyerahkan diriku, komplotan ini memliki dokter spesialis, ia ahli dalam membedah organ dalam, dan benda tersebut akan ditukar dengan uang, tapi tenang saja itu hanya berlaku bagiku saja, kau disini hanya jadi tawanan mereka yang menunggu orang tuamu menebus mu dengan imbalan uang, aku janji padamu kau akan aman"

"mengapa kau melakukan sejauh ini Abimanyu, nyawamu yang jadi taruhannya ?"

"jika nyawaku bisa berguna aku tak protes"

tangisku tak bisa terbendung, mataku meneteskan air mata, aku bingung mengapa Abimanyu melakukan hal ini, apa tidak ada cara lain, mengapa harus nyawanya ia korbankan "mengapa harus kamu, mengapa ?"

"Aku pengidap Skizoferania, setiap hari  yang kurasakan adalah kegelisahan, setiap hari yang kurasakan adalah teriakan yang tak nyata, dan setiap hari yang kudengar adalah keputusasaan, mereka sering berkata kau tak pantas hidup, hidupmu tidak berguna, kau anak bejat , anak haram !"

"mereka siapa ?" tanyaku 

"aku tak tahu,setiap aku melihat kebelakang tak ada siapa siapa, itu hanya imajinasiku saja, tapi itu semakin lama menggerogotiku hingga tak bersisa, aku rapuh, semua orang mengira aku gila, ibuku bahkan tak bisa membantuku, tak ada siapa pun yang peduli dan mengerti terhadap seseorang yang mengalami gangguan mental, oleh karena itu aku memberikan separuh hidupku untuk memberi senyuman, berharap bermetamorfosis menjadi lebih indah, aku janji untuk setiap nafasku yang keluar, aku janji untuk setiap bisikan yang terdengar, dan aku berjanji untuk setiap tindakanku, aku akan menjagamu,"

perkataan tulus itu seperti menggambarkan bahwa ia ingin sekali membantu salah seorang penjahat itu, hanya dia seorang, dia berjanji padaku akan menjagaku dengan nyawanya, dia bersaksi seolah ia memutuskan untuk menanggung beban ini sendiri, walaupun begitu aku tak setuju dengan pernyataanya, membakar diri sendiri menjadi abu agar abu tersebut bisa menjadi pupuk, ini tidak masuk akal.

"bagaimana dengan sisanya, bagaimana dengan mereka berdua, si dokter dan si Iwan itu, kau pikir setelah uang itu sampai, kau yakin uangnya bisa mengobati keseluruhan pengobatannya !" jawabku kesal sembari menangis terisak isak

"tentu saja kau pikir berapa harga-"

"aku tidak sedang bicara harga, aku bicara tentang bagi hasil, kau pikir hanya penjahat yang kau sebut tadi yang hanya mendapatkan uang, apa kau pernah berpikir bagaimana dengan sisanya, apakah mereka melakukan semua ini dengan sukarela !"

"berhentilah untuk berbicara omong kosong !" jawabku kesal

"tak ada siapa pun yang peduli dan mengerti terhadap seseorang yang mengalami gangguan mental"  balasnya

"..." 

"rasanya kau ingin mengakhiri hidupmu, menjalani dunia dilain sisi yang berbeda berharap reinkarnasi itu ada, berharap nasib berubah, namun nyatanya kau masih harus berjalan ditumpukan paku berduri lagi yang tak berujung" Ucap Abimanyu

"tenang saja aku janji bagaimana pun mereka tidak akan pernah berani menyakitimu, jadi sekarang kamu tenang yaa" lanjutnya

suara langkah kaki terdengar kembali, suaranya bertambah banyak, nampaknya kali ini ada 3 orang, lalu salah seorangnya berkata "kami siap kapanpun kau siap Abi" nampaknya suara tersebut bukanlah suara Iwan maupun Khusni, suaranya lain, ia memanggil nama panggilan Abimanyu, ingin apa mereka.

"Aku siap Dokter" aku terkejut dengan ucapan Abimanyu, apakah...

"baiklah" terdengar suara rantai borgol yang terbuka lalu suara langkah kaki menjauh tak bergeming, tak ada protes.

"selamat tinggal, senang bisa berkenalan denganmu" suara terakhir yang tulus itu keluar, membuat ku ingin berteriak tuk berucap BERHENTI, TOLONG HENTIKAN IDE BURUKMU ITU. hingga suara itu tak terdengar lagi.





Let Him GoWhere stories live. Discover now