15. Kamalia menghilang

6 2 0
                                    

HAPPY READING!

Kalau boleh jujur, rasanya kaki Lee lumpuh sudah, rasanya kakinya berubah menjadi jelly saking lemasnya. Perjalanan yang cukup panjang tanpa istirahat membuat kedua kakinya kesakitan.

"Masih kuat?" tanya Kare tanpa melihat ke arah Lee. Cowok itu akhirnya menjawab dengan agak terengah-engah.

"Aku ..."

"Kuat ..."

Kare menaikkan alisnya tidak percaya dengan kata-kata dari Lee. Dirinya akhirnya meminta mereka beristirahat terlebih dahulu. Lee akhirnya merasa lega, rasanya kalau dipaksakan cowok itu akan mati suri.

Lee mendongakkan kepalanya ke atas, dirinya menyenderkan punggungnya ke batang kayu di dekatnya dan tidak berbicara.

"Lapar?" tanya laki-laki yang umu miinrnya lebih tua itu dengan polos. Laki-laki itu mencari sesuatu di dalam tasnya dan mengeluarkan sesuatu di sana. Sebuah kotak berwarna hijau tua.

Lee mengangguk dengan lesu bahkan dia sudah tidak ada tenaga untuk berbicara. Mulutnya seolah sudah dibungkam dengan isolasi tak terlihat.

"Makanlah." Laki-laki tersebut menyodorkan sebuah roti yang langsung diterima oleh mulut Lee.

Lee menghabiskan roti itu dalam sekejap, rasanya roti itu memang dibuat untuknya. Dalam artinya seharusnya tidak ada jatah untuk Kare.

Mereka akhirnya meneruskan perjalanan mereka. Dengan jalan kaki tentunya. Lee sendiri yakin kalau Kamalia tidak akan ada masalah, secara perempuan tangguh itu selalu bisa menyelesaikan semua masalahnya.

Lee ingin segera sampai saja, setiap langkahnya laki-laki itu merapalkan doa supaya segera sampai desa yang dimaksud.

"Sampai." Lee melihat ke sekitar kemudian kagum sendiri karena desa ini sangat menarik hatinya. Dengan pemandangan yang menyenangkan dan tampak menyegarkan. Bahkan secara khusus, musim mereka berbeda dengan musim yang ada di rumahnya.

Di sini bamyak salju yang bertebaran. Lee jadi yakin tadi mereka benar-benar jalan separuh dari bumi. Karena, nyatanya tidak mungkin akan ada salju di dekat rumahnya seperti ini.

"Ayo, kita cari Kamalia dan Mon. Kita akan pulang setelah bertemu dengannya." Kare berbicara sembari memilih satu jalan yang sekiranya menurutnya benar.

Lee mengikutinya, kondisi desa tersebut sepi dengan beberapa rumah tampak rusak, sepertinya ada perperangan di sana sebelum mereka datang.

"Bagaimana kalau kita berpencar? Aku ke sebelah utara dan kamu yang berlawanan." Kare tiba-tiba memberikan keputusan ketika melihat banyak sekali rumah-rumah di sana.

Lee awalnya ingin menolak, namun Kare tampaknya bukan memberikan pertanyaan namun sebuah pernyataan karena setelah mengucapkan itu, Kare menghilang. Dia berjalan ke arah yang tadi dia bicarakan.

Lee menghela napas berat, Lee jadi takut kalau bertemu dengan seorang musuh saat dia sedang mengetuk semua pintu rumah. Lee akhirnya mulai mengetik pintu salah satu yang terdekst dari dirinya berdiri.

"Permisi, Kamalia?" Tidak ada jawaban membuat Lee berpindah ke arah yang lainnya. Ke rumah yang lain.

"Permisi, Mon?" Lagi-lagi tidak ada jawaban. Lee terus melakukan hal tersebut dengan menyebutkan selang-seling dari nama berdua.

Hasilnya nihil, Lee berteriak frustrasi ketika menemukan bahwa dirinya tinggal mengetuk rumah terakhir. Kalau sampai tidak ada mereka berdua, Lee tidak tahu harus bagaimana lagi.

"Permisi," ujar Lee masih senantiasa mengetuk pintu rumah tersebut. Lee mulai tertekan karena desa ini terlihat seperti tempat kosong yang indah.

"Kamalia. Mon. Ini Lee." Lee melanjutkan sembari masih mengetuk pintu. Tidak mendapatkan jawaban, Lee mendengus sebal kemudian berjongkok di depan pintu.


"Jadi, ini legendaris ke-enam, ya?" Sebuah suara membuat Lee mendongakkan kepalanya dan terkejut ketika melihat banyak orang sudah mengepung dirinya. Lee tidak tahu mengapa suara langkah kaki mereka tidak bisa dia dengar padahal jumlah mereka cukup banyak untuk menimbulkan suara.

Lee tidak menjawab karena mereka sudah mulai menyerang. Lee yang tidak siap membuat wajahnya terkena pukulan keras dari salah seorang dari puluhan orang tersebut.

"Beraninya keroyokan, ga seru." Lee berkomentar sembari memegang wajahnya yang terasa perih. Sepertinya wajahnya sudah memar.

"Apa semua ucapan legendaris seperti itu? Tapi, keliatannya kamu lebih lemah daripada temanmu itu. Ini akan lebih mudah untuk membawamu, bukan?" Orang tersebut menyeringai dengan puas, ketika melihat wajah Lee yang agak ketakutan.

Lee baru pertama kali mengalami hal ini. Dia sangat ketakutan bukankah itu wajar? Terlebih jumlahnya sangat banyak ada puluhan.

Lee berusaha untuk menyerang ketika mereka melakukan serangan secara bergantian. Walaupun lebih banyak Lee yang diserang, Lee tidak pantang mundur.

Dia merasa dia harus menyelamatkan dirinya dan memenangkan penyerangan massal ini. Lee di tendang di perut, membuat laki-laki itu terjatuh dan terlempar hingga menabrak banyak tong - tong menumpuk di sana. Sakitnya berlipat ganda.

"Dia sudah tidak bisa apa-apa. Kita bisa membawanya ke master." Orang yang menyerang perutnya berkomentar. Kepala Lee sudah mulai pening pandangannya sudah mulai kabur.


Sial, musuh semakin banyak, Lee sudah kehabisan tenaga dan Kare juga sedang bertarung di pihak sana. Apa mungkin, Lee akan mati di sini? Mati saat Kamalia bahkan menghilang?

Lee masih berusaha untuk berdiri meskipun perutnya sudah sakit dan pelipisnya sudah mengeluarkan darah.

"Masih bertahan? Kita lihat sampai mana kamu akan hidup."

Lee diam ketika mendengar komentar mereka. Lee harus berusaha sebisanya. Lee tidak boleh menyerah di sini. Serius, Lee masih ingin menyelamatkan Kamalia dan Mon.

"Kami di suruh membawamu hidup-hidup. Tapi, kamu yang memilih untuk mati. Benar-benar aneh." Bahkan kini, mereka membawa senjata, Lee belum belajar untuk mengalahkan orang dengan senjata, tolong.

Lee harus apa? Apakah ini akhir dari legendaris ke-enam yang gagal?

***

Lanjut? Yes or No?

Kungfu Boy | End, belum revisiWhere stories live. Discover now