13. Terpancing

8 2 0
                                    

HAPPY READING ! 

Kamalia tersenyum ketika melihat pemandangan di depannya. Banyak warga yang sudah memulai aktivitasnya walaupun dalam hatinya timbul rasa was-was di sana.

Kamalia sendiri hanya melihatnya dengan penampilan yang bisa menyamarkan identitasnya. Dengan pakaian tebal dan wajahnya diberi masker untuk menyamarkan wajahnya sendiri. Mon sendiri malah bergabung dengan salah seorang penjual sembari ikut menjuali dagangan para warga di sana. 

"Apa ini cara yang tepat?" tanya kepala desa tersebut berdiri di sebelah Kamalia berdehem melihat keadaan sekitar.

Kamalia tidak menjawab dengan suara. Dia hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Kepala desa itu akhirnya diam, ikut mengamati keadaan sekaligus muncul perasaan was-was.

Sampai siang hari, muncul keributan yang membuat beberapa orang langsung menutup tokonya, takut mereka ikut terkena imbasnya.

Kamalia langsung menghampiri ke sumber suara dan menemukan pegadang tersebut sedang dikeroyok oleh beberapa orang. Kamalia mendekat kemudian menarik baju orang yang hendak mengayunkan tangannya ke pedagang tersebut.

Orang yang ditarik bajunya oleh Kamalia terjebam ke belakang dan menghantam beberapa barang dan kayu-kayu di sana.

"Apa urusan lo?" tanya orang tersebut setelah berdiri kembali tubuhnya sakit semua karena serangan yang tiba-tiba.

"Kalau lo menganggu ketenangan di sini, lo jadi urusan gue." Kamalia berteriak kemudian menatap lawannya itu dengan tatapan tajam, siapapun yang dilihat oleh Kamalia dengan tatapan seperti itu rasanya seperti ditelanjangi.

Orang tersebut memberikan kode ke orang di sekitarnya dan beberapa orang maju dan mulai menyerang Kamalia secara bersamaan. Para penduduk desa langsung berlarian masuk ke dalam rumahnya dengan takut ada juga yang bersembunyi di tempat yang jauh namun, masih bisa melihat pertikaian tersebut.

"Keroyokan. Cupu." Kamalia menyinggungkan senyumnya sinis mengejek lawannya. Mendengar itu orang yang tadi dilempar oleh Kamalia memerintahkan untuk anak buahnya mundur dan dirinya maju.

"Oke, kita buktiin kalau kita enggak cupu. Lo tau kalau gue berhasil bunuh lo. Gue bakal diangkat jadi ketua di sana." Orang tersebut terlalu banyak bicara sementara Kamalia sudah mulai memberikan serangan beruntun yang semuanya dihindari oleh orang tersebut dengan santai.

"Cuma dengan bunuh lo. Gue bisa dipuji oleh master." Dia mengulangi kata-katanya lagi lalu tertawa sembari terus menangkis pukulan dan tendangan dari Kamalia.

Mon berlari mendekati mereka. Tadi, Mon terbawa arus karena banyak orang yang berlari dan akhirnya mendorongnya. Mon datang dan langsung menendang lawan Kamalia dengan kakinya membuat orang tersebut tersungkur ke tanah.

"Mau membunuh kakakku, lewati aku dulu!" Mon berteriak dengan lantang kemudian memegang tangan Kamalia, membawanya ke belakang punggungnya.

Orang yang tadi ditendang untuknya bisa mempertahankan dirinya agar tidak jatuh. Begitu mendengar kata-kata itu dikeluarkan dari mulut Mon, orang tersebut tertawa terbahak-bahak.

"Sekarang siapa yang cupu? lo atau gue?" lawannya berteriak kemudian terbahak tidak berhenti membuat Kamalia jadi terpancing emosinya.

Mon mencegahnya kemudian menggeleng meminta Kamalia untuk tidak berbuat gegabah. Kamalia akhirnya diam tiba-tiba saja anak buah dari lawan sudah mengkepung mereka membuat Kamalia dan Mon akhirnya menyatukan kekuatannya.

"Ini hal yang adil, dua lawan enam! Lakukan!" Orang yang seperti ketua itu memberikan komando dan mulai menyerang Kamalia dan Mon secara bersamaan.

Kamalia dan Mon saling mengkode kemudian mereka berdua mengangguk bersamaan. Gerakan kaki dan tangan yang digunakan secara selang seling dengan gerakan memutar itu berhasil membuat anak buah mereka mundur karena serangan dari dua legendaris ini.

"Harus bunuh. Bunuh ..." Orang tersebut bahkan sudah hampir tumbang karena serangan kombo mereka berdua. Kamalia menyeringai kemudian mendekat ke arahnya.

"Mau membunuh siapa? Lo yang gue bunuh atau sebaliknya?" Kamalia memukul orang tersebut hingga tersungkur ke tanah dan tidak bisa berdiri kembali.

Kamalia menarik kembali ke tangannya dan tersenyum. "Mon, bisa kita amankan terlebih dahulu orang tersebut." Kamalia memberikan instruksi kemudian Mon menganggukan kepalanya dan mendekati orang yang hanya bisa mendumel dengan keras.

"Siapa mastermu?" tanya Mon sembari mengikat orang tersebut dan Kamalia sendiri dengan mengikat para anak buah nya yang sudah dari awal tumbang terlebih dahulu.

"Lo tidak layak buat mengetahui nama sang master!" Orang tersebut masih berteriak, masih mempunyai sisa tenaga untuk berteriak walaupun tubuhnya sudah tidak bisa melakukan apapun lagi.

"Ogward?" tanya Kamalia setelah mengikat anak buah mereka yang terakhir dan mendekati Mon yang masih mengikat orang tersebut dengan simpul nya.

"Lo enggak berhak untuk menyebutkan nama itu. Lancang!" Orang tersebut melotot, dengan napas menderu membuat Kamalia mendenguskan napas dengan kesal.

Kamalia dengan sengaja menginjak kepala orang tersebut sampai orang itu berteriak kesakitan. Mon yang sedang mengikatnya sampai merapatkan giginya ngilu.

"Bahkan master lo itu lebih rendah daripada gue. Dia enggak berani ke sini nyerang gue dan ngorbanin lo? Dasar umpan." Kamalia kemudian mengangkat kakinya dan meminta Mon untuk mengangkatnya, membawanya ke tempat yang sudah disediakan oleh kepala desa untuk menampung orang jahat tersebut.

Setelah semuanya beres, Kamalia dan Mon keluar dari tempat tersebut dengan perasaan lega.

"Ogward pasti enggak bakal terima dirinya diperlakukan seperti itu. Kemungkinan kita akan diserang lagi, Mon. Persiapkan saja dirimu." Kamalia berbicara dan Mon mengangguk pelan.

Ogward adalah teman master Fu pada saat itu. Pada saat mereka masih menjadi murid dari Master Owen. Kamalia sendiri mendengar cerita ini dari Master Fu tidak secara lengkap karena yang mengetahui akhirnya hanyalah master Owen yang malah tidak menerimanya untuk bertemu. Sang master malah meminta Lee sebagai gantinya.

"Terima kasih." Kepala desa tersebut akhirnya muncul ke permukaan. Dia memberikan salam hormat dan Kamalia membalasnya juga.

"Tidak masalah. Ini tugas kami." Kamalia tersenyum tipis kemudian pamit untuk masuk ke dalam rumah sementara mereka. Karena Kamalia yakin mereka tidak akan datang lagi hari ini.

Kamalia setelah itu berpamitan dan diikuti dengan Mon di sana. Kamalia mengantuk, bahkan kemarin dia bergadang untuk memantau desa tersebut tidak ada gangguan dari para preman kelas kakap itu. Walaupun sering begadang perkelahian tadi benar-benar menguras tenaganya.

"Bangunkan aku kalau sudah sore." Kamalia berujar kepada Mon. Mon kini yang bergantian berjaga karena kemarin tidurnya sangat lelap.

Kamalia mulai memejamkan matanya dan Mon berjaga di depan pintu, melihat ke sekitar dan bersenandung sendiri. Misi hari ini selesai, namun sebenarnya baru akan dimulai.

Para legendaris tidak tahu apa yang akan mereka temui di kemudian hari atau bahkan di esok hari.

***

Lanjut? Yes or No?

Kungfu Boy | End, belum revisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang