2. Legendaris Ke-enam

9 3 0
                                    

HAPPY READING ! 

Lee masih tidak bergerak dari tempatnya, dirinya sangat terkejut dengan kejadian yang baru saja dia lewati. Pria kekar yang tadi hendak menampar dirinya sekarang sudah diikat dengan tali tambang berwarna cokelat. 

Lee tambah melotot ketika seseorang yang sekarang berdiri di depannya dan yang baru saja menyelamatkan dirinya adalah salah satu dari legendaris favoritnya, harimau. 

"Bangun sendiri." Manusia legendaris itu  melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap tidak suka ke arah Lee. Lee dengan semangat berdiri dan tampak malu-malu, dirinya sangat senang melihat wajah sang legendaris yang tampak jutek tersebut. 

"Terima kasih," ujar Lee kemudian menepuk pelan kedua kakinya untuk membersihkan kakinya yang kotor karena terkena tanah.

"Bawa dia, Mal." Legendaris harimau itu berucap, legendaris yang satunya, Malik hanya menaikkan alisnya kemudian menatap Lee sembari berputar, mengelilingi Lee yang tidak bisa bergerak.

Apa karena efek bertemu dengan idola?

"Ayo, ikut kami. Kamu Lee, kan?" tanya Malik kemudian berjalan selangkah lebih maju ke depan.

"Maaf, sepertinya aku tidak bisa bergerak, apa ini efek dari senang bertemu dengan para legendaris?" Lee masih berdiri dengan kaku menatap kepergian legendaris harimau dan Malik.

"Oh, iya. Aku lupa mencabut jarumnya." Malik mencabut suatu jarum, kemudian Lee secara tidak siap langsung terjatuh ke tanah yang keras.

"Cepat. Master sudah menunggu," ujar legendaris harimau tersebut sudah berjalan jauh, tidak mempedulikan Lee dan Malik yang masih ada di belakang.

Lee berpamitan dengan ayahnya sembari berlari mengejar kedua legendaris yang sudah berjalan ke depan.

"Permisi, kita ingin kemana?" Lee menepuk bahu legendaris harimau itu dengan pelan sementara yang ditepuk langsung melotot tidak suka.

"Kamalia, ada apa ini?" tanya Lee kembali, memanggil Kamalia, si legendaris harimau itu dengan penasaran.

Kamalia tidak menjawab, dirinya diam dan memberikan kode ke Malik. Malik mengangguk mengerti, secara cepat plaster hitam sudah ditempelkan di mulut Lee dengan kencang.

Lee tidak bisa berbicara lagi, kedua tangannya sudah diikat. Malah terlihat Lee menjadi buronan bukan menjadi tamu di sana.

"Salam master," Kamalia memberi salam dan menundukkan kepalanya. Lee berusaha bangun setelah tali dan lakbannya di lepas.

Lee menatap master yang ikut membalas salam Kamalia. Mulutnya sudah berubah menjadi bulat, membentuk huruf O kemudian secara reflek memeluk sang master.

"Hei, tidak sopan." Kamalia marah dengan nada tinggi tidak menyangka bahwa Lee akan melakuan hal yang seperti itu.

"Lepaskan." Master mendorongnya walaupun tidak mendapatkan hasil yang setimpal, tubuhnya sama sekali tidak bisa bergerak karena terlalu dipeluk erat oleh Lee sendiri.

Kamalia memukul pinggang Lee membust akhirnya Laki-laki itu mengaduh kesakitan dan melonggarkan pelukannya.

"Apa perlu kita usir saja, master?" Kamalia menatap Lee yang masih mengelus pinggangnya kesakitan sementara sang master menggelengkan kepala.

"Perintah master Owen tidak bisa dilanggar." Master Fu menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan pendapat Kamalia.

"Kamalia, panggil teman-teman ke sini. Ajari dasarnya sampai dia siap untuk bertemu dengan master Owen," lanjut master kemudian membalikkan badannya dan masuk ke dalam. Kamalia dan Malik memberi salam hormat sampai pintu di depan mereka tertutup, Lee sendiri ikut-ikut walaupun tidak sampai pintu tertutup dirinya sudah melirik ke arah pintu dengan penasaran.

Kamalia mendengus kemudian meminta Malik untuk memanggil legendaris yang lainnya. Khususnya yang tidak sibuk latihan.

Saat mereka tinggal berdua, Kamalia menatap sengit ke arah Lee. "Untuk apa master Owen mencarimu." Perempuan itu bermonolog sementara Lee hanya menatapnya bingung, dirinya sendiri juga tidak tahu untuk apa dirinya ke sini mengingat dirinya tadi di seret oleh kedua legendaris itu untuk masuk ke dalam.

"Gue aja yang sudah lama enggak pernah ketemu sama Master Owen," lanjut perempuan itu bermonolog sembari menatap Lee dengan tatapan memincing, Lee sendiri merasa terancam karena tatapannya seolah-olah menguliti dirinya.

Kamalia pergi dari sana, berjalan keluar ke arah kota dan meninggaljan Lee sendirian.

"Kamalia, kok pergi?" Lee berteriak kebingungan, sekarang dirinya harus apa coba kalau teman sekelasnya sekaligus legendaris itu pergi meninggalkannya.

Kamalia tidak menjawab dirinya masih berjalan terus tanpa berhenti sedikitpun. "Loh, Lia hendak kemana?" Malik kembali tanpa membawa seorang legendaris satupun.

"Aku tidak sudi untuk mengajari makhluk tidak jelas itu, mana yang lain?" tanya Lia akhirnya berhenti berjalan dan menatap Malik dengan wajah jutek.

Malik mengangkat bahu, "Mereka semua masih latihan, Master Fu memintaku untuk mengajarinya di ruang latihan milikku."

Kamalia hanya mengangguk kemudian pergi dari sana tanpa sepatah kata apapun lagi. Malik hanya menggelengkan kepala kemudian menghampiri Lee hanya sedang berdiri sembari melihat ke sekitar.

Malik tersenyum ramah. "Ayo, kita ke tempat latihanku."

***

Kamalia di sisi lain mendumel sembari menendang batu yang ada saat perjalannya menuju danau. Kamalia duduk di tepi danau dan melempar batu ke dalam danau sembari mendumel lebih keras.

"Apa yang spesial dari anak itu, bahkan saat di kelas saja dia hanya bisa melakukan atraksi bodoh dengan piringnya." Kamalia mendengus kemudian melemparkan batu yang entah ke berapa dengan tenaga yang kuat.

"Spesialnya apa coba? Kemarin aku pikir Master Fu memanggilku untuk tugas yang penting perintah dari Master Owen katanya, perintahnya malah seperti itu." Kamalia meninju udara sembari berteriak kesal.

Kamalia menundukkan kepalanya. "Aku sudah mengabdi di sini dari aku kecil, belum pernah aku bertemu dengan master Owen. Sementara dia, tidak mengenal saja sudah hendak bertemu dengan master." Kamalia terus mendumel kesal.

***

Lee menatap tempat latihan itu dengan ngeri. Sebenarnya ini tempat latihan atau tempat kematian? Banyak boneka yang bergerak-gerak dan tombak-tombak yang siap menancapkan dirinya ke tubuh Lee. Ruangan tersebut nuansa cokelat, lebih tepatnya ruangan pembunuhan nuansa cokelat.

Lee meneguk ludahnya sendiri, tidak siap untuk mati muda. Malik sendiri sudah meminta Lee untuk melewati rintangan itu. Laki-laki itu langsung menggelengkan kepalanya tidak mau.

"Bisakah anda memberi contoh terlebih dahulu?" tanya Lee dengan sopan, sebenarnya kata-kata yang muncul di dalam benaknya adalah 'bisakah kamu kembali hidup-hidup untuk melewati tantangan ini?'

Malik mengangguk kemudian langsung pergi ke seberang sana dengan badannya yang kecil, melewati satu persatu rintangan yang ada dan di akhir menekan tombol berwarna merah sebagai tanda selesai. Dirinya bersorak sendiri kemudian mengangkat tangannya ke atas.

"Rekor baru, lebih cepat tiga detik," katanya dengan sorak sorak bangga.

Lee menatap tidak percaya, bahkan Malik mencetak skor baru yang lebih cepat daripada kemarin. Bahkan itu hanya lima detik. Apa. para legendaris ini gila semua?

"Oke, sekarang giliran mu. Cetak skor pertamamu." Malik sudah kembali ke tempat Lee berdiri.

***

Lanjut? Yes or No?

Kungfu Boy | End, belum revisiOnde as histórias ganham vida. Descobre agora