12. Kepala desa Ikriman

7 2 0
                                    

HAPPY READING!

Saat mereka kembali ke dalam gubuk, Kamalia mencari kotak kesehatan dan dengan buru-buru mengobati telapak tangan Mon yang terluka. Gubuk tanpa lampu dan cuaca yang dingin membuat suasana jadi semakin mencengkram. Membuat bulu siapa pun akan berdiri sakit dinginnya. 

"Kok bisa enggak nyadar?" tanya Kamalia mendumel sembari membersihkan telapak tangan Mon dari darah yang sudah mengering dan masih sedikit juga yang mengucur di sana. Mon berteriak kesakitan ketika Kamalia entah secara sengaja ataupun tidak menekan lukanya. 

"Diem !" Kamalia mengancam sementara Mon langsung bungkam. Dia sangat takut kalau Kamalia sudah mulai mengeluarkan ultimatum seperti itu. 

Mon tersenyum tipis pada akhirnya, sungkan karena dimarahi oleh Kamalia. Dirinya tidak membalas, membiarkan Kamalia mengomel sembari menggigit perban untuk dibalutkan ke telapak tangan Mon. Baru hendak membungkus luka Mon sebuah gebrakan dari luar membuat kedua legendaris itu terkejut. Mereka pikir hanya angin kencang karena cuacanya sedang bersalju namun, mereka salah muncul dua orang di sana dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. 

Brak!!

Suara pintu gubuk tersebut terbuka dengan keras, sekitar dua orang muncul di sana. Kamalia langsung berdiri dan menutupi Mon yang masih duduk dengan perban yang belum dirinya pasang dengan benar. Kamalia harus melindungi Mon kali ini. 

"Siapa kalian?" tanya Kamalia, memasang kuda-kuda meminta Mon untuk mundur ke belakang. Kamalia sudah bersiap untuk menyerang. Kamalia tidak akan menyerang lebih dahulu kalau dirinya tidak diserang atau pun orang terdekatnya diserang. 

"Kalian legendaris Mon dan Lia bukan?" tanya orang tersebut membuat Kamalia jadi makin waspada. Sementara orang yang di depannya tersenyum ramah, tidak membuat wajah mencurigakan yang malah membuat Kamalia jadi berpikir yang tidak-tidak. 

Pikiran Kamalia jadi liar orang yang datang membawa senjata lah, bom lah, atau bahkan nuklir yang dapat membakar banyak jiwa di sini. Sepertinya udara dingin membuat dirinya berhalusinasi. 

"Siapa kamu ? Kenapa kalau itu kita ?" tanya Kamalia masih di posisi dan gerakan yang sama. Seseorang tersebut tampak tidak mau bertengkar dirinya hanya datang dengan suara pintu yang keras saja. 

"Maaf karena kami tidak menyambut kalian. Saya ketua desa di sini. Perkenalkan aku Leng. Terima kasih sudah datang ke desa kami." Ketua desa tersebut menyambut Kamalia membuat Kamalia menurunkan kuda-kudanya dan menjawab salam dari sang ketua desa tersebut. 

"Sulit mencari rumah kalian. Maaf apabila sangat lama datangnya." Ketua desa itu kembali menundukkan kepalanya sebagai bentuk permintaan maaf. Kamalia membalasnya dengan menunduk juga kemudian tersenyum tipis. 

Kamalia kemudian meminta mereka duduk di gubuk tersebut sembari mereka duduk, Kamalia memperbaiki balutan luka di telapak tangan Mon dengan hati-hati. Mereka melihat hal tersebut dan mempertanyakan membuat Kamalia akhirnya menjelaskan apa yang terjadi. Kamalia bukannya gila hormat, tapi sebagai tamu bukankah harusnya dia diberi sebuah sambutan atau setidaknya dirinya mendapatkan hak istimewa seperti diberi tahu dimana tempat mereka akan beristirahat. 

"Hah ? Di serang ?" tanya kepala desa tersebut dengan kaget. kemudian Kamalia menjawabnya dengan anggukan kepala. 

Kepala desa tersebut tampak merenung, sepertinya dia khawatir tampak dari raut wajahnya yang sudah menyengit.  "Mereka sampai berani dengan kalian. Apa ini akhir dari desa ini ?" tanya kepala desa kemudian memegang kepalanya frustrasi. 

"Mereka sampai tahu kedatangan kita bukankah itu suatu masalah ?" tanya Mon sembari memegang perban yang sudah menempel di telapak tangannya. Kamalia mengangguk menyetujuinya. 

"Kalau mereka menyerang kita dan baru tahu akan kedatangan kita itu tidak masalah, masalahnya dia datang untuk menyerang kita karena tahu adanya legendaris yang datang ke desa ini," ujar Kamalia kemudian berpikir keras, apa mungkin dia yang terlalu sensitif ? 

Kamalia menatap kepala desa yang tampak pucat pasi. "Desa kami sudah lama diserang, awal kedatangan mereka hanya untuk tujuan membeli dagangan kami dan berjualan. Lama-lama mereka jadi semakin serakah mereka jadi main fisik terhadap kami," ujar kepala desa tersebut memulai ceritanya. Kamalia dan Mon duduk mendengarkannya dengan seksama. 

"Mereka sudah tidak mau berdagang, mereka ingin mendapatkan sumber daya kami dengan gratis dan pemaksaan, awalnya banyak orang di desa kami menolaknya namun, kekerasan fisik yang akhirnya orang di desa kami dapatkan." Kepala desa tersebut malah menangis membuat Kamalia jadi merinding sendiri. 

Mon menatapnya prihatin satu pengikut yang datang bersama dengan sang kepala desa akhirnya mulai bersuara karena merasa sang kepala desa tidak bisa melanjutkan kata-katanya. 

"Tujuan kami memanggil kalian berharap untuk mengembalikan desa kami sepenuhnya. Dalam kondisi semula karena bahkan karena mereka kami tidak bisa bebas keluar dari rumah kami." Orang tersebut menjelaskan sementara Kamalia hanya mengangguk paham. 

Kamalia mengangkat tangannya ke atas, kira - kira tangannya berada di samping wajahnya meminta untuk dirinya sendiri memotong pembicaraan dari pengikut kepala desa tersebut. "Sebelumnya, nama anda siapa ?" tanya Kamalia pada akhirnya membuat pengikut kepala desa tersebut malah tersanjung karena dirinya ditanya oleh sang legendaris di sini. 

"Saya Kwa. Saya adalah teman dari kepala desa sejak lahir." Teman dari kepala desa tersebut menjelaskan sementara Kamalia hanya mengangguk paham. Mereka hanya diam-diam saja, tidak tahu ingin membahas apa kemudian secercah ide muncul. Kamalia mulai mengungkapkan idenya. 

"Saya punya rencana. Buka beberapa toko yang mereka bersedia untuk buka. Karena kita tidak boleh terus-terusan untuk takut terhadap penjajah tersebut. Bilang kepada mereka kami akan menjamin keselamatan mereka. Lakukanlah seperti biasanya. Membuka pasar, berteriak promosi dan sebagainya." Kamalia mulai mengungkapkan idenya dan langsung disetujui oleh sang kepala desa. Dia yakin dengan ucapan Kamalia, jadi dia tanpa penolakan langsung menyetujuinya. 

Kamalia tidak menyangka ini akan berjalan sesuai dengan harapannya. Kepala desa yang tidak banyak bicara dan mengikuti perintahnya. Tidak menyusahkan. 

"Bagus. Besok saya harap ada sebuah toko yang bisa buka dan saya jaga." Kamalia tersenyum kemudian sang kepala desa dan temannya itu pamit undur diri hendak menyampaikan kabar gembira untuk warganya. 

***

Lanjut ? Yes or No ? 

Kungfu Boy | End, belum revisiWhere stories live. Discover now