Sebuah topi indah dipakai dengan bangga,
Kini menjadi simbol daku telah ditolak,
Kau milikku yang telah pergi, dan kau bongkar kelemahanku
Dan diriku yang akan selalu meratapi.Aku merendam diri dalam rasa sakit dan kesedihan,
Kerinduanku kini ternoda dengan esok,
Strategi rumit gagal menyelamatkanku,
Usaha ku sia sia dan tak bisa membebaskan diriku.Kejahaant itu membuatku terguncang,
Tak ada pilihan selain memendam dan tergelincir,
Selalu turun, tak pernah naik, tak pernah menyerah,
Mentalitas tak henti-hentinya hanyalah dosa.Tak peduli seberapa keras aku mencoba,
Hidupku masih terus menjadi kebohongan yang berkelanjutan,
Dan meski aku merindukan hari yang lebih baik,
Kegelapan tak pernah pergi.
YOU ARE READING
Antologi Puisi Nomor 1: Kehidupan Jatuh di Ujung Galuh
Poetry"Makna Bercucuran dalam Relung Nalarku" Buku antologi puisi "Kehidupan Jatuh di Ujung Galuh" adalah kumpulan puisi dari Arsya Utomo berkisar tentang hubungan dan sebersit kisah yang terjadi dalam pikiran penduduk Hujung Galuh, sebuah kota fiksi y...