"Tapi kenapa wajah kamu seram gitu," ungkap Arasya polos, ia sampai mengetuk-ngetuk dagunya seolah berpikir.

"Karena lihat lo," jawabnya singkat.

"Apa hubungannya coba?" tanya gadis itu sambil menggaruk pelan lengannya yang tiba-tiba gatal.

"Pergi sana lo!" sentak laki-laki itu kasar, agaknya ia merasa risih mendengar ocehan gadis yang sok kenal dengannya.

"Kok tiba-tiba kamu bentak Arasya sih!" seru Arasya ikutan menyentak.

"Gak sopan," lanjutnya sambil melipat tangannya di depan dada.

"Arasya di sini juga karena buat tenangin diri, jadi lebih baik kamu aja yang pergi," suruh gadis itu tapi tidak dihiraukan oleh si empu yang hanya diam tidak merespon apapun.

"Untung wajah kamu nyeremin, jadi Arasya sedikit takut kalau ngusir kamu," gumamnya lalu duduk di pasir samping batu karang besar itu.

"Senjanya indah ya tapi cuman sementara," ucapnya tidak sadar kalau lelaki tadi sudah memfokuskan pandangannya pada dirinya.

"Terkadang kenangan indah akan kalah dengan kenangan buruk karena akan selalu membekas di hati," setelah mengatakan itu Arasya menelungkup kan wajahnya pada sela-sela lutut yang ia tekuk.

"Nama kamu siapa?" tanya Arasya seraya mendongakkan kepalanya ke atas, sepertinya gadis itu memilih mengalihkan kesedihannya dengan berbicara pada anak lelaki itu.

Sedangkan yang ditanya hanya mengangkat bahunya acuh seolah mengatakan kalau ia tidak memiliki nama.

"Ganteng-ganteng kok lupa sama nama sendiri," sindirnya dengan mata menyipit sinis.

"Ar aku panggil kamu Ar aja, itu diambil dari kata depan nama Arasya loh," ujar nya bangga.

Lelaki yang Arasya panggil Ar itu hanya menampilkan raut datarnya.

"Kenapa sedih?" tanya lelaki itu tanpa mau menatap lawan bicaranya.

"Ada deh, kata papa jangan beritahu orang yang tidak dikenal tentang masalah kita, karena belum tentu orang itu akan bersimpati pada kita," balas Arasya bijak sambil menggerakkan jari telunjuknya ke udara.

"Dasar anak papa," gumam laki-laki itu seraya mengangkat sudut bibirnya.

"Iya dong Arasya kan emang anak kesayangan papa," ucapnya bangga.

"Dasar bocah," sindirnya, membuat gadis itu tidak terima "Kata papa, sadar diri itu perlu kamu ngatain Arasya bocah padahal kamu sendiri juga bocah," ujar Arasya kesal.

"Kok marah?"

"Lagian kamu sih yang bikin Arasya marah."

"Nama gue Arghaza inget itu."

☠️☠️

4 tahun kemudian

Tin..tin.

Seorang gadis keluar dari gerbang rumahnya, rapi dengan baju seragam putih abu-abu nya yang dilapisi cardigan.

TRANSMIGRASI ICE GIRL [END]Where stories live. Discover now