28. Flashback

Mulai dari awal
                                    

"Bibi temani ya?" tawar wanita tua itu.

"Tidak usah."

Bibi Ana menghembuskan nafas sebentar, "Kalau gitu bibi ambilkan jaket dulu ya buat non Arasya supaya gak kedinginan," ucap bibi lalu berdiri mengambil jaket untuk nona nya.

"Makasih bibi," ungkap Arasya tulus yang di balas senyum hangat dari bibi Ana.

Tak lama bibi Ana datang dengan jaket putih berbulu kesayangan Arasya, "Ini non jaketnya di pakai ya, nanti pulangnya jangan malam-malam," tutur bibi Ana seraya mengelus surai anak majikannya yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri.

"Baiklah bibi."

Setelah kepergian bibi Ana, Arasya menghembuskan nafas sebentar lalu mengeratkan jaketnya dan bersiap untuk meninggalkan area pemakaman.

"Arasya pulang dulu ya ma, pa, tapi Arasya bakal sering-sering kesini buat ketemu kalian," ucap Arasya sebelum pergi ia menyempatkan mencium batu nisan kedua orangtuanya.

Gadis kecil itu memilih berjalan kaki untuk sampai ke pantai, meskipun tadinya sudah ada supir yang menunggunya di depan makam, tapi Arasya berdalih akan pergi ke suatu tempat yang jaraknya dekat dari pemakaman, dan berjanji akan menghubungi supirnya jika gadis itu mau pulang nanti.

Pak supir yang sangat mengenal nona nya itu terpaksa menganggukkan kepalanya karena ini juga keinginan nona nya yang mungkin ingin sendiri dulu.

Jarak pemakaman dengan pantai yang akan Arasya kunjungi memang jauh tapi gadis itu tidak peduli, sesekali saat berjalan ia akan menendang batu yang menghalangi jalannya. Ekspresinya selalu datar tanpa ada setipis senyuman terpatri diwajahnya.

Setelah membayar tiket masuk ke pantai itu, Arasya berjalan menyusuri bibir pantai seraya mencari tempat yang biasanya ia datangi jika kemari, tepatnya ada di atas batu karang yang posisinya jauh dari keramaian.

Tapi sayang saat Arasya sampai di sana tempat itu sudah ada yang menempati, seorang laki-laki berwajah tampan dan mungkin umurnya satu tahun di atas gadis itu, rambut hitam legam dan tatapan tajamnya saat menatap laut lepas.

Arasya yang saat itu masih terbilang kecil sebenarnya sedikit takut akan aura yang mengitari anak laki-laki itu. Tapi Arasya menepis pikiran itu lalu berjalan mendekat.

"Kamu punya masalah ya?" tanyanya polos.

Arasya yang memang saat itu masih polos dan memiliki hati nurani, memilih berbicara menggunakan aku-kamu pada lelaki itu.

Tidak ada jawaban atas pertanyaannya tadi.

Arasya kembali bertanya, "kata papa orang yang gak jawab pertanyaan kita berarti orang itu gak bisa ngomong," ucap gadis itu lagi

"Tapi Arasya bisa bahasa isyarat kok," bangganya, melupakan sebentar kesedihannya.

"Jadi, kamu punya masalah apa?" tanya gadis itu seraya menggerakkan tangannya dengan lihai seperti sangat menguasai bahasa isyarat.

"Gak," satu kata yang keluar dari mulut laki-laki itu dan terdengar sangat datar.

"Ih bisa ngomong ternyata," kesal Arasya menatap sengit lawan bicaranya.

TRANSMIGRASI ICE GIRL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang