20. Fatal

542 24 5
                                    

𝐍𝐲𝐚𝐭𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐥𝐢𝐫𝐚𝐧 𝐚𝐢𝐫 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐝𝐞𝐫𝐚𝐬 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐝𝐚𝐫𝐚𝐡, 𝐧𝐠𝐞𝐫𝐭𝐢? - 𝐀𝐲𝐥𝐢𝐧 𝐀𝐞𝐥𝐚𝐧

🌹

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Aylin mengernyitkan dahinya kala mencium aroma masakan yang sedikit asing dihidungnya. Gadis itu berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air putih.

"Ngapain lo didapur gue?" Pertanyaan bernada ketus itu meluncur dari mulut Aylin. Tujuannya untuk mengambil air putih sebelum berangkat ke sekolah terhenti saat melihat sesosok pria didapurnya.

"Nyiapin bekel buat lo dari Syera, for lunch." Jawab Gavin setelah membereskan kotak makan Aylin dan memasukkan nya ke dalam paper bag.

"Gue gak but-" Ucapan Aylin terpotong kala Syera menyela.

"Gapapa, Ay. Sekali-sekali kakak juga pengen bikinin bekel buat kamu. Jangan terlalu sering makan makanan kantin, takutnya gak higienis." Syera tersenyum sumringah sementara Aylin menatap kakaknya itu dengan tatapan tak suka.

Come on! Aylin bersekolah di sekolah elite, tentu saja pihak sekolah menjamin penuh ke-higienis-an makanan di sekolahnya.

"Untuk menghemat uang jajan kamu juga Ay." Sambung Syera.

Gavin menyodorkan paper bag berisi bekal itu ke hadapan Aylin. "Ambil! Hargain kakak lo yang udah bangun pagi demi bikinin lo bekel ini."

Aylin mendengus kasar, mau tidak mau ia mengambil paper bag itu dengan kasar, ia hanya tidak ingin berdebat terlalu lama, bisa-bisa ia telat berangkat ke sekolah.

Gadis itu melengos pergi tanpa sepatah kata pun, tanpa berpamitan ataupun berterimakasih.

"Makasih nya mana?" Sindir Gavin saat Aylin sudah melangkah jauh.

"Gapapa, Vin. Aylin mau nerima pemberian aku aja aku udah seneng banget. Semoga dia suka yaa sama makanan bikinan kita." Syera tersenyum lebar menatap Gavin. "Aku pengen hubungan aku sama Aylin bisa balik kaya dulu."

Gavin turut tersenyum tipis seraya mengelus puncak kepala tunangannya itu, "Dia pasti suka. Soalnya masakan lo enak banget."

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

"WOOYYYYY!!" Teriakan tepat di telinga itu mengagetkan Aylin yang baru memasuki halaman sekolah.

"ANJING PENA! KAGET GUE!" Pekik Aylin tak kalah berteriak sembari mengelus-elus dadanya.

"Hehe." Ravenna cengengesan, sudah biasa baginya menjahili Aylin. "Gue gak punya anjing yaaa anjing!" Ia menatap Aylin sekilas dengan sinis. "Eh btw lo bawa apaan tuh?" Ravenna melirik paper bag yang Aylin jinjing sejak tadi.

"Bekel. Gak tau isinya apaan."

"Tumbenan banget lo bekel, lagi stop uang jajan?"

Aylin menggeleng malas, "Kak Syera sama tunangan nya yang bikinin."

Ravenna membelalak terkejut, "Lo serius?" Aylin mengangguk malas, kini mereka sudah sampai di kelas dan mendudukkan diri mereka di bangku masing-masing.

"Ada racunnya gak, Ay? Lo gak curiga? Mana tau lo diracunin ama tu dua biawak?"

"Gak tau deh, kalo diracunin yaa tinggal mati aja gue." Jawab Aylin enteng.

Ravenna menjawil bibir sahabatnya itu geram, "Enteng banget tu congor kalo ngomong."

"Jorok banget sih lo, Pen! Itu tangan lo abis ngapain sembarangan nyentuh-nyentuh bibir seksi gue?!" Aylin mengusap mulutnya dengan brutal.

AYLIN : BAD DESTINY'sWhere stories live. Discover now