Bab 7

2.6K 266 14
                                    

"Iriiiiinnn..." Teriak salah satu temannya keras.

Irin kaget begitu juga dengan Freen mereka segera berdiri tegak lalu memalingkan wajahnya bersama sama.

Suci membuka pintu bersamaan dengan Freen yang berjalan keluar ruangan. Irin juga merapikan kemeja yang dipinjamkan Freen untuknya.

"Kenapa?" Tanya Irin menggosok rambutnya dengan handuk yang masih berada diatas kepalanya.

"Engga, gue kira lo pingsan. Makanya gue panggil" Jawab Suci santai lalu meninggalkan Irin begitu saja.

Irin menatap dirinya dari pantulan kata dihadapannya.
'Aku keknya beneran gila deh' Irin memukul pelan kepalanya mengingat kejadian tadi yang benar benar diluar kontrolnya.

"Anjirrrr, maluu sama Freen. Gimana dong?"
.
.
.

Hari ini semua berjalan dengan sangat lancar. kafe yang penuh, Freen yang terlihat biasa saja, teman teman yang sudah bekerja keras sampai tibalah dipenghujung malam.

Freen menutup pintu depan dan mematikan lampu agar semuanya bisa melihat jika kafe mereka sudah tutup. Dia mendekati Irin yang sibuk mencatat penghasilan hari ini sambil menghitung uang yang berada ditangannya.

"Mau gue bantu?" Tanya Freen melihat Irin yang nampak sibuk.

"Gausah, dikit lagi selesai ko. Mbak Nita sama Becky ga ada ngomong apa apa buat besok?"

"Engga, mungkin sebentar lagi mereka ke sini"

Baru saja selesai berbicara seperti itu, Becky dan Nita datang bersamaan. Karyawan lain segera berkumpul setelah Freen memanggil mereka semua.

"Besok kafe buka lebih awal yaa, dan tutup jam 3 sore." Intruksi Nita pada karyawan dihadapannya.

Semua mengangguk tak terkecuali Freen.

Nita menghampiri Irin lalu memantau dan bertanya pada Irin bagaimana penghasilan kafe dari ayah nya ini, meningkat apa justru sedang menurun.

Freen menatap Becky yang sibuk dengan game diponselnya, Becky memilih duduk dikursi untuk meneruskan game yang baru saja dia mulai. Melihat itu Freen juga duduk disamping Becky.

"Serius amat mbak"

"Iss, ngangetin. Kalah deh ah"
Omel Becky melihat hero yang dia mainkan mati karena harus mengalihkan pandangannya dari ponselnya sekejap.

Freen tertawa melihat Becky yang ngomel ga jelas itu, "besok jadi?" Tanya Freen lagi.

"Jadi, kalo dia udah bilang kek gitu biasanya bakal jadi apapun yang terjadi" Jawab Becky tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

"Ko gue deg-degan ya?"
Freen merasakan jantungnya berdetak tidak normal sekarang, entah karena apa dia pun tidak tahu.

"Ya gapapa, itu berarti lo normal , bayangin kalo tiba tiba berenti tuh jantung"

"Bukan itu maksud gue" Freen nampak kesal karena Becky terus melihat ponselnya tanpa sedikitpun melihat ke arahnya.

Merasa diabaikan akhirnya Freen memilih untuk pergi tapi sebelum beranjak dari duduknya tangan Freen sudah digenggam oleh Becky.

Becky menggenggam tangan Freen sambil terus memainkan gamenya, perlahan tapi pasti Freen mulai merasakan wajahnya yang memanas.
.
.
.
.

Hari sudah sore sekarang, setelah semua karyawan pulang kini tinggallah Freen dan Irin didalam kafe.

"Lo bawa baju ganti kan?" Tanya Freen melihat Irin yang duduk disampingnya.

"Bawalahh, gue juga bawa kamera haha" Irin berlari mengambil tasnya lalu mengeluarkan kamera pribadinya kepada Freen.

Dear B  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang