ATWE#9

62 17 13
                                    

Lama ya up nya? Maaf sekarang tuh aq jarang buka wp. Pengen deh buat cerita baru tapi cerita ini aja belum tamat. Btw,  Terima kasih buat kamu yang selalu hadir di setiap chapter cerita ini.

 Btw,  Terima kasih buat kamu yang selalu hadir di setiap chapter cerita ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tak terasa kini sudah memasuki 2 bulan Gardanta berada di sini. Itu berarti sudah 8 bulan pernikahan ku dengannya, dan selama itu pula tidak ada perubahan sama sekali dari sifat nya.

"Kiw, cewe." Goda teman-teman Gardanta yang pasti ditujukan pada Evodia ketika aku dan Evodia tidak sengaja berpapasan dengan mereka.

"Gausah sok asik!" Evodia menatap sinis pada segerombolan itu.

"Galak amat, nanti cepet tua loh."

"Udah, ayo pergi, males banget harus ketemu orang kaya mereka." Evodia menarik tanganku, ia mempercepat langkah kakinya.

"Tapi kalo narik jangan kenceng² juga dong, vo," kataku, menyindirnya.

Refleks Evodia melepas tanganku dan berucap, "eh iya, maaf ya."

Aku hanya mengangguk menanggapi permintaan Maaf nya.

Akhirnya kita kembali, mengikuti pengajaran yang di ajarkan seorang dosen.

"Hsstt ra," bisik Evodia yang berada di samping ku.

Aku menoleh, hanya menatapnya, menunggu ucapan selanjutnya yang akan keluar dari mulut sahabatku itu.

"Nanti ada acara gak? Ayo nanti malem makan bareng anak² lain, ada kak Zergio juga, mau gak?"

"Gak ada, dan gak mau!" Kataku mutlak.

"Kenapa? Ayolah sesekali."

"Gak bisa, udah ya, diem, ntar ketahuan sama dosen."

Evodia hanya bisa mengangguk pasrah menuruti perkataanku, biarkan saja dia pergi sendiri nanti.

Tak terasa waktu telah berlalu, kini aku dan Evodia sedang berjalan ingin pulang.

"Ra, itu bukannya suamimu?" Kata Evodia yang membuatku menengok arah yang di tunjuk nya.

Di sana terlihat Gardanta dan Amartha yang sedang di marahi oleh mrs ayana.

"Ayo, samperin," ajakku berjalan duluan.

"Maaf miss, izin menyela, ini kenapa ya?" Tanyaku, berusaha sopan.

"Oh kamu Aira, maba ini ketahuan ciuman di area kampus, padahal itu sangat dilarang!" katanya berseru marah.

Tak dapat di pungkiri aku juga terkejut akan fakta itu, oh ayolah aq tau kalian sering mesra2 an tapi ya tau tempatlah apalagi ini sampai ketahuan dosen.

"Bantuin gue, atau sana pergi aja." Bisik Amartha padaku.

"Mungkin bisa di selesaikan baik² dulu miss, jangan pakai emosi." Aku tersenyum menyakinkan.

"Gak bisa, ini sudah melampaui batas."

"Tapi-"

"Diem lo, gausah ikut campur," desis Gardanta.

Astagfirullah, aku ini udah baik hati buat nolongin tapi kalo gini ya gimana.

"Yaudah ayo ra kita pergi aja."

Akhirnya aku pun pergi dari sana, rasanya pusing memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

"Mau jalan-jalan dulu gak ra?" Tawar Evodia.

"Boleh, kamu emang gak sibuk?" Tanyaku.

"Engga kok. Mau ketaman atau ke mall?"

"Up to you.¹"

"Oke kita ke taman aja, mau beli cilok." Katanya dengan semangat.

Akhirnya kita jalan ke taman, membeli beberapa makanan ringan.

"Duduk di situ aja," ajakku.

"Ayo."

Kita duduk di salah satu bangku taman, saling berbincang dan bersanda gurau.

"Allahuakbar allahuakbar."

"Udah adzan ashar vo, mau nungguin aku sholat dulu gak?"

"Mau. Mau aku temenin sekalian gak?" Tanyanya.

"Enggak usah, kamu tunggu sini aja." Setelah itu aku pun pergi, meninggalkan Evodia yang sibuk memakan jajanan di bangku taman sendirian.

Setelah menunaikan kewajiban bagi seorang muslim, aku kembali menghampiri Evodia. Ternyata disana ia tidak sendiri.

"Makasih udah mau nungguin."

"Iya, santai aja, kayak sama siapa aja."

Aku mengangguk mengiyakan, ku lihat orang yang duduk tak jauh dari Evodia itu. "Loh kak Zergio? Ngapain disini kak?"

"Oh, itu mau cari angin, lagian taman ini dekat dari rumahku."

"Oh yasudah, kita duluan ya kak," pamit Humaira. "Ayo, vo."

"Gak mau jalan-jalan bareng aja?" Tawar kak Zergio.

"Boleh kak, ayo," ujar Evodia, semangat.

"Aku engga dulu deh kak, aku mau pulang aja, capek," kataku.

"Loh?"

"Yaudah vo, aku duluan ya. Kalian pulang nya hati-hati." Aku pun berjalan meninggalkan mereka.

Alzawjat Tasheur Waka'anaha Eabda (END)Where stories live. Discover now