ATWE#8

62 17 5
                                    

Makasih banget buat kalian yg udah ngehargai karyaku. Maaf ya, ini ngarang banget, jadi ada yg di luar nalar gitu.

 Maaf ya, ini ngarang banget, jadi ada yg di luar nalar gitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tahun ajaran baru telah di buka. Mahasiswa/i baru dikumpulkan menjadi satu di aula. Para maba yang melakukan apa yg dilakukan seniornya, mengingatkan ku ketika aku dulu masuk di universitas ini.

"Kayaknya tahun ini bakal banyak kedatangan siswa/i ya?" Kata Evodia. Ya, sekarang kami sedang berkeliling.

"Iya vo, lebih banyak dari angkatan kita," jawabku.

"Eh bentar." Evodia langsubg menghentikan langkahnya, membuatku ikut berhenti berjalan juga

"Itu..." tangannya menunjuk ke arah sesuatu dan dengan komuk¹ yang di buat seperti memikirkan sesuatu. "Kayak orang yang aku temuin di apart kamu, iya gak sih?"

Aku melihat arah tunjuk Evodia, mataku membulat terkejut, di sana ada Gardanta dan teman-temannya, pastinya ada Amartha juga.

Anta lanjut ke sini? Wah seneng sih tapi kenapa ya? Apa dia gak tau kalo aku juga disini? Batinku, tak habis pikir.

"Woy, sini!" teriak Evodia seraya melambaikan tangan, sukses membuat semua orang yang ada di sekitar kami  menjadi melihat kami.

Aku menyenggol lengan Evodia, memberi peringatan atas perlakuannya. Dan tersenyum kikuk, mengisyaratkan maaf kepada mahasiswa lain.

"Kalian? Ngapain kalian disini?" Tanya Gardanta ketika sampai di depan kita.

"Lah, harusnya kita kali yang nanya sama kalian pada, kalian ngapain disini? Maba kah?" Tanya Evodia, yeah ku akui bahwa wajahnya sedikit menantang.

"Songong banget, siapa sih lu?" Sinis Amartha.

"Ini perempuan yang gue ceritain kemarin."

"Cantik juga ew wkwkw," kata Leander

"Kita senior kalian ya haha, mau apa?"

"Mbak, mbak nya udah ada pacar belum? Sama aa aja sini, haha anjir," goda Viernon

"Ogah, sorry nih lu bukan level gue."

"Vo, bar-bar banget kamu. Udah ya ayo pergi, gak enak dilihat sama yang lain," kataku, lalu menggeret lengan Evodia.

"Ntar dulu, mereka ini gak ada sopan santun, harus di ajarin sih, sama yang lebih tua kok kurang ajar banget."

Aku masih berusaha menarik lengan Evodia dengan memaksa akhirnya kita pergi dari situ. "Assalamu'alaikum."

"Apasih ra, kamu kok malah belain mereka yang kurang adab gitu?" Dumel Evodia.

"Aq gak belain mereka. Tapi mereka emang kayak gitu. Buat apa ngeladenin orang kaya gitu? Harusnya kita yang lebih tua nyontohin yang baik."

"Wah jangan-jangan selama ini lu diapa-apain lagi sama mereka?"

"Gak juga."

Evodia memegang bahuku, dan berkata "beneran? Jujur sama gue ra, kayak sama siapa aja, lu di bully? Atau diapain aja, biar gue bales mereka dengan setimpal."

"Gapapa. Kalo kita balas dendam itu juga gak bakal nyelesaiin masalah. Kalo nih seandainya kita nglakuin apa yang di lakuin mereka, jadi kita gak ada bedanya dong sama mereka?"

"Bedalah, orang mereka yang mulai." Evodia mulai ngegas.

"Kamu tenang dulu, aku mau cerita sesuatu," kataku, mengelus pundak sahabatku.

"Huft ok² sekarang jelasin!"

"Gini, kamu tahu bukan perihal aku yang nikah sama Gardanta?" tanyaku yang dibalas anggukan oleh Evodia.

"Jadi... sebenarnya Amartha itu pacarnya Gardanta. Sejak saat dia belum nikah sama aku."

"Hah? Yang bener aja?" Evodia tampaknya terkejut, dapat di lihat dari wajahnya.

"Beneran." Aku menggangguk meyakinkan.

"Terus² kalian di jodohin? Ortu kalian tau itu?"

"Mereka tau, yaah tapi ntah lah."

"Oh no! Aku bingung harus bela siapa," kata Evodia, memegang kepalanya.

"Haha gausah sok mendramatisir gitu. Jalani aja dengan ikhlas kalo kataku. Lagian ini juga permintaan abi dan umi, gak mungkin aku nolak."

Alzawjat Tasheur Waka'anaha Eabda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang