"Apa kalian ingin ikut Mommy ke danau?" ucap Daisy seakan mengalihkan suasana haru itu.

Daisy tidak sanggup jika melihat Angel terus menerus menangis. Hatinya seakan dicabik-cabik oleh tiap tetes air mata yang keluar dari mata putrinya itu. Daisy mencoba menahan air matanya sebisa mungkin, meski dia tahu jika tanpa diinginkan air mata itu akan tetap menetes dengan sendirinya.

"Ayo! Akan menyenangkan bermain di danau." Apple membantu Angel berdiri dan terus menggenggam tangan gadis kecil itu.

Mereka ke danau dengan berjalan kaki. Niall menjadi pendiam semenjak sampai di Sheffield, begitu pula Angel. Daisy seakan kehabisan kata-kata untuk memulai pembicaraan. Dia membiarkan kesedihan dan perasaan bersalah melingkupi dirinya. Dia merasa bersalah karena dia menjadi penyebab kesedihan Angel saat ini. Dia sadar jika dia mungkin akan memadamkan semangat hidup Angel. Tugasnya sekarang adalah untuk meyakinkan Angel jika semua akan baik-baik saja meskipun dia berada jauh dari putri kecilnya itu.

"Angel, kau jangan menangis terus." Apple mengusap air mata Angel dengan kedua ibu jarinya. Itu membuat Angel justru semakin terisak.

"Apple, aku ingin menulis permohonan." Ucap Angel.

"Tapi kau harus berhenti menangis." Ucap Apple.

"Iya, iya." Angel mengusap air matanya.

Daisy dan Niall memandangi kedua anak mereka dari jarak yang cukup jauh. Mereka juga tidak berbicara kepada satu sama lain. Ada banyak hal dalam pikiran keduanya, tapi mereka tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Mereka tidak tahu bagaimana cara memulainya. Niall mungkin sikapnya tidak seegois dulu, tapi sifatnya masihlah egois. Dia bahkan, tidak mau mengakui perasaannya sendiri. Dia merindukan wanita yang sekarang bersamanya ini, tapi dia terlalu egois untuk mengakuinya.

Dear God

I'm Angel Horan, I wouldn't complaint to you about my family, life and happiness. I wouldn't ask too much things to you. I'm not kinda girl like that. But can I ask you one thing? Can you please bring my family back? In my whole life, I just want to ask you one thing, that was, it is and it will always be. I know that you always hear me, I'm sure that you hear my pray this time.

Sincerely—Angelica Kimberly Horan.

Angel memasukkan kertas itu ke dalam amplop yang sudah disiapkannya dari rumah. Dia dan Apple memang berencana untuk menulis harapan di danau itu, danau di mana mereka sering menghabiskan waktu bersama ketika mereka kecil. Danau di mana mereka selalu menulis harapan-harapan mereka dan kemudian menghanyutkannya di danau itu. Mereka telah mengerti jika mereka menghanyutkan surat mereka di danau, air di danau itu tidak akan membawa surat mereka menuju lautan.

Angel menulis di amplop itu, alamatnya adalah Heaven. Terdengar lucu memang, dia mengirimkan surat untuk Tuhan dan mengirimkannya ke surga.

"Angel, lihat. Kau lihat pohon apel itu?" Apple menunjuk pohon apel yang tidak jauh dari mereka. Angel melihat ke arah yang ditunjuk Apple.

"Kita sering bermain di sana, kan?" Angel mulai mengingatnya. Dia mengingat masa kecilnya.

"Ya, ayo ke sana!" Apple berlari menuju pohon itu diikuti Angel.

Daisy dan Niall hanya memantau anak-anak mereka yang sedang asik bermain. Angel sudah tidak menangis lagi. Dia telah larut dalam permainannya bersama Apple. Apple sangat bisa mengambil hati Angel.

"Sekarang kau harus tepati janjimu, Das." Niall memecah keheningan yang sudah hampir setengah jam mereka berdua membisu.

Daisy menoleh ke arah mantan suaminya itu. Sedikit tidak mengerti dengan maksud ucapannya. "Janji?"

Incomplete (On Editing and Re-publishing)Where stories live. Discover now