16 | Cute Girl Dua

659 109 6
                                    

H A I !👋

─ H A P P Y R E A D I N G ─

⚝⚝⚝

INI BUAT KAMU YANG SECARA SUKARELA MAU VOTE DAN KOMENT!💐

***

Hari kepulangan Jeno telah tiba, Xia Mei begitu antusias menunggu di depan gerbang SMARSA bersama siswi lainnya yang turut menanti sambil membawa hadiah terbaik yang mereka beli khusus untuk sang pujaan hati. Ya, Jeno memiliki banyak fans di SMARSA, bahkan banyak yang mengatakan cinta padanya secara terang-terangan.

Berbanding terbalik dengan Xia Mei yang hanya menunggu dengan tangan kosong, gadis mungil itu melompat-lompat seperti kelinci saat melihat mobil rombongan SMARSA yang membawa anak-anak paskibra sudah mulai terlihat oleh mata. Mobil-mobil itu terparkir di lapangan utama yang langsung diserbu semua fans Jeno.

Termasuk Xia Mei yang langsung terombang-ambing saat banyak siswi yang mendorongnya ke sana kemari. Sampai akhirnya, Xia Mei yang terlampau kesal, berteriak keras hingga semua pergerakan terhenti sejenak, bersamaan dengan suara tangisan Xia Mei yang terdengar menggema.

Di mana Jeno yang belum sempat menginjakkan kaki ke tanah, langsung meloncat turun seketika kala mendengar suara tangisan yang sangat di kenalinya. Jeno pun berlari menerjang semua siswi, meraih Xia Mei yang menangis sesenggukan ke dalam dekapan hangatnya.

"Hei, sayang. Berhentilah menangis,"

Bukannya berhenti menangis, Xia Mei malah semakin keras menangis di depan dada bidang Jeno.

Di sisi lain, Kaizer baru saja tiba di gedung SMA Persaptius 2. Kaizer harus segera mencari jawaban akurat atas konspirasi kecelakaan yang Leon alami. Sangat tidak mungkin untuk Buna Anara tidak mengetahui perihal kecelakaan yang menimpa Leon. Terjun bebas lalu dinyatakan koma, Ibu mana yang tidak tahu dan khawatir saat anak kesayangannya menghilang untuk sementara waktu?

Dia pun melangkah menuju beberapa ruangan sesuai insting benaknya, ada banyak memori tersemat dalam kepalanya mengenai kehidupan Leon di sekolah. Salah satunya tentang ruang UKS, Kaizer memasuki ruang kesehatan yang tampak berdebu tak terawat. Ada banyak debu dan sarang laba-laba yang hinggap.

Kepalanya bergerak ke kiri kanan, menggelilingi setiap sudut dengan matanya yang tajam. Sorotnya kian menajam bersamaan dengan sepenggal memori yang berputar secara acak, "Gila! Hahaha! Akhirnya bisa bolos juga dari Guru macan satu itu!"

Kening Kaizer berkerut samar, suara itu bukan suara Leon melainkan suara seorang perempuan yang terdengar asing ditelinganya. Dia kembali menelisik memori di kepalanya dengan sekuat energi yang dia punya. Bukankah, Leon terlampau cuek sampai tak pernah memiliki seorang kekasih? Lalu siapa suara perempuan di memorinya?

"Je! Sumpah ya, lo gila banget!!"

Kali ini Kaizer mengenali, itu suara Leon dengan nada antusiasnya. Jarang sekali cowok itu menunjukkan keantusiasannya pada seorang perempuan. Yang Kaizer yakin, perempuan dalam benaknya itu, pasti orang penting dalam hidup seorang Leon. Apakah Jena? Tapi suaranya berbeda.

"Leon punya pacar?" Kaizer mengusap dagunya, dia mengelilingi UKS hingga tertarik masuk ke dalam salah satu kamar mandi.

Kamar mandi ini juga sudah sangat berdebu, tapi ada satu hal yang menarik perhatian Kaizer. Cowok itu pun membungkuk, meraih benda persegi panjang dan mengusapnya hingga tanda dua garis merah, terlihat jelas. Kaizer tertegun untuk sementara waktu, matanya pun menyipit berusaha mencerna.

"Testpack? Apa di sini, pernah ada yang hamil?" Kaizer menyimpan kembali testpack itu ke tempatnya semula. "Enggak kaget sih, remaja sekarang banyak yang kayak gitu. Emang gila," Kaizer terkekeh miris.

Puas berkeliling, Kaizer pun lekas menuju kediaman si mantan ketua. Ya, dia sudah membuat janji, jika dirinya akan main ke rumah si mantan ketua. Berkenalan dengan istrinya si mantan ketua. Setibanya di depan sebuah rumah bertingkat, Kaizer berkata ingin bertemu si mantan ketua.

Dia pun di antar menuju ruang tamu, menunggu sebentar sampai si mantan ketua datang sambil menggendong seorang batita lucu yang menggemaskan dan di sampingnya, ada seorang wanita berperut buncit yang menatapnya sambil tersenyum ramah. Kaizer dan si mantan ketua pun saling hive five ala laki-laki pada umumnya.

Tapi ada yang mengganjal pikiran Kaizer saat ini karena setahunya, istri mantan ketua sedang hamil anak pertama, lantas siapa yang si mantan ketua gendong? Batita cantik dengan rambut pirangnya yang sangat menggemaskan. Ah, Kaizer jadi jatuh hati pada batita lucu nan manis itu.

Apalagi pipinya yang seakan mau tumpah, mengingatkannya pada Xia Mei yang juga memiliki pipi bulat kemerahan. "Kai, mau minum apa? Biar pelayan buatkan,"

Dengan sopan, Kaizer menggeleng pelan. "Enggak usah, aduh, saya panggilnya apa ya?"

Mendengar nada bingung Kaizer, si mantan ketua tertawa pelan. Dia pun meminta pelayan untuk mengambilkan segelas cokelat dingin saja, "Kai. Kenalin, ini istri gue, namanya Kinan."

"Oh, hai Mba Kinan. Saya Kaizer,"

Kinan dengan perut buncit dan badannya yang sedikit berisi memang tampak menarik, wajahnya yang cantik khas asia dengan kulit putih yang tidak terlalu putih. Jika di sandingkan, memang lebih putih Kaizer. Jelas, karena Kaizer itu kembarannya kapas. Kelewat putih dia tuh. Mirip Chenle atau Suga.

"Kai, ini anak gue. Namanya Kinzie, panggil Zie aja."

"Hallo Zie," Kaizer mengusap puncak kepala bocah perempuan yang mungkin baru berusia sekitar 1 tahunan lebih atau kurang itu.

Mereka berempat berbincang-bincang cukup lama sampai akhirnya, si mantan ketua─sebut saja Javier, meminta anak dan istrinya pergi, berkata ingin berbicara penting dan hanya berdua dengan Kaizer. Selepas kepergian istri dan anak Javier, pria itu pun mengajak Kaizer pergi ke ruang kerjanya.

Dan di ruang kerja Javier, Kaizer dibuat tertegun dengan banyaknya figura foto seorang wanita dan wanita itu bukanlah Kinan istri Javier. "Semua itu, foto wanita yang selalu mengisi penuh hati gue, sekaligus Ibu dari anak gue."

Deg.

Kaizer tertegun, "Zie?"

Pria dewasa itu mengangguk sekilas, "Anak gue sama wanita yang pernah gue ceritain, dia meninggal karena kekejaman musuh Arseus. Dia pergi meninggalkan gue dan anaknya yang masih butuh dia," Javier mengajak Kaizer untuk duduk dan mulai menceritakan kisahnya.

"Bang? Lo alumni SMARDU?"

Satu alis Javier terangkat, dia pun mengangguk. "Kenapa? Ada yang mau lo tanyain?"

Sekejap, Kaizer terdiam beberapa waktu. "SMARDU di anggap angker, lo tahu kenapa, Bang?"

Perubahan raut wajah Javier yang langsung sendu, berhasil membuat Kaizer bingung. "Bang?"

"Cewek gue mati di sana,"

Jantung Kaizer bertalu dua kali lipat lebih cepat, cowok itu menatap Javier yang menyorot lurus dengan pandangan kosong. "Maksudnya?"

"Gue enggak tau ini kutukan atau apa, tapi di SMARDU selalu akan ada yang meninggal. Setiap setahun sekali, gue yang mikirnya cuma mitos, ternyata gue salah, sialannya, cewek gue yang harus mati di sana. Tepat dihari, bulan, tanggal, bahkan di jam dan menit yang sama seperti siswa yang pernah meninggal tahun sebelumnya."

Mata Kaizer membola, "Setiap tahun akan ada satu kasus kematian di SMARDU?!"

"Ya, dan cewek gue yang enggak salah, harus jadi korbannya."

Apa Leon termasuk? Kalo gitu, gue harus cari tahu, kapan Leon terjun bebas dan dinyatakan koma.

***

Aku mau ganti judul ah

Karena cerita ini bukan tentang Xia Mei saja, melainkan ada tokoh Kaizer. Mereka berdua adalah tokoh utama dalam satu cerita yang sama.

Mereka punya alur masing-masing di cerita ini.

Bagusnya, ganti pakai judul apa yaak?

YOK KOMENT!

Couple Intuitive [Hiatus]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora