07 | Cute Girl Dua

843 139 12
                                    

H A I !👋

─ H A P P Y R E A D I N G ─

⚝⚝⚝

INI BUAT KAMU YANG SECARA SUKARELA MAU VOTE DAN KOMENT!💐

***

Diruang kerja Changyi, sudah ada Mei Yin, Jeno, dan juga Jagat. Yang pasti, Jaysen masih takut bertemu Mei Yin, jadi biarkan saja dia memendam dalam ketakutan nya sendiri. Dan saat ini, keempatnya tengah berdiskusi mengenai perubahan Xavi yang tak masuk diakal sehat mereka.

"Sekalipun dia di diagnosa amnesia, mana mungkin dia bisa mengingat nama Xia yang jelas asing dan melupakan namanya sendiri. Iya masuk akal, kalau dia melupakan semuanya tanpa terkecuali."

Apa yang Jeno ucapkan memang benar, kalau Xavi amnesia, seharusnya dia melupakan semuanya atau setidaknya, dia tidak akan menyebut nama asing yang jelas bukan namanya. Jagat turut mengangguk setuju akan ucapan Jeno.

Cowok tampan itu mengusap dagunya, "Kalau memang amnesia. Apa alasan nya? Dia tidak mengalami benturan yang keras, hanya terjatuh dari atas kursi dan dibawahnya pun, ada karpet berbulu. Lalu, yang terdampak itu paru-parunya karena tak kuat menghirup asap, lantas apa yang menjadi alasannya amnesia?"

Keempatnya adalah seseorang yang memiliki sifat amat sangat teliti, hal sekecil apapun yang tak masuk diakal, mereka pasti akan mencari tahu. "Bahkan hasil pemeriksaan pun tidak ada yang menyatakan jika dia amnesia,"

"Lalu, apa yang sebenarnya terjadi?"

Semua masih menjadi misteri yang belum kunjung terpecahkan, sampai hari pertama Xia Mei masuk sekolah telah tiba. Mei Yin berusaha mengenyahkan sejenak asumsi nya, dia ingin fokus menuangkan semua kasih sayangnya hanya kepada Xia Mei seorang.

"Makan yang banyak, sayang."

Xia Mei mengangguk antusias, dia dengan semangat membuka mulutnya saat Mei Yin menyuapinya sepotong roti bakar. Dia menyengir lucu, "Makanan ini enak! Xia suka!"

Mata bulat itu mengerjab, "Apa nama makanan ini, Eomma?"

"Ini namanya roti bakar, sayang." Jawab Mei Yin sembari membersihkan sudut bibir Xia Mei dengan tisu.

Gadis mungil itu mengangguk mengerti, "Xia suka ini!"

Changyi terkekeh, "Kalau begitu, makan yang banyak, sayang."

Selepas makan, Jeno datang menjemput Xia Mei. Dia berpamit pergi ke sekolah bersama dengan Xia Mei. Didepan motor besarnya, Jeno dengan ringan, mengangkat tubuh mungil itu, mendudukan nya dijok belakang.

Tinnn!

"Hati-hati!"

Jeno hanya mengangkat Ibu jarinya sebagai balasan, dia pun melajukan motornya dengan Xia Mei dibelakang, yang terus menatap sekeliling dengan tatapan penuh binar. "Woah! Apakah ini yang dinamakan kuda besi terbang?"

Berkat hembusan angin yang ribut, Jeno jadi tak bisa mendengar suara Xia Mei. Dia fokus menyetir hingga lingkaran tangan mungil yang berada diperutnya, membuat Jeno tersentak kaget. Hampir saja keseimbangan nya goyah kalau tak cepat-cepat dia kendalikan sendiri. Dia pun berdehem canggung.

Ini adalah kali pertama dirinya membonceng raga Xavi dan kali pertama juga, jarak keduanya sedekat ini. Karena biasanya, Xavi tak pernah mau berdekatan dengannya atau pun Jagat juga Jaysen. Gadis itu terlalu menutup diri, berteman dengan mereka, hanya sebatas penyempurna keinginan nya.

Jeno tahu, gadis itu hanya ingin mendapatkan perhatian sedikit saja dari Ayahnya. Berusaha keras berteman dengan laki-laki meskipun akal sehatnya terus membantah. Tapi kini, Jeno semakin dibuat berpikir keras. Dia bukan Xavi, benaknya semakin keras menyuarakan pendapat.

Dia pun menepi sejenak, tanpa turun dari atas motornya. Menatap Xia Mei hanya dari pantulan kaca spion, "Nama lo siapa?"

Gadis mungil itu menunjuk dirinya sendiri, "Xia. Kalo Gege?"

Loh? Kok malah ngajak kenalan balik?! Jeno meringis pelan, sial! Asumsi nya kian terbenarkan dengan fakta yang semakin terungkap. "Lo kenal Xavi? Xaviora Allearlette?"

Dengan polosnya, Xia Mei menggeleng. Membuat Jeno terpaku sejenak, "Kalau... Kalau Jeno, Jagat, Jaysen? Ah, Bokap lo deh, lo ingat nama Bokap lo?"

Lagi, Xia Mei menggeleng dengan wajah polos. "Tidak mengenal mereka, Gege. Memangnya, siapa mereka?"

"Lo lupa ingatan?"

Xia Mei mengerucutkan bibirnya, dia menggeleng. "Xia ingat, Xia ini ya Xia Mei! Qarīn dari segala qarīn,"

Kening Jeno berkerut, "Xia Mei? Qarīn?"

Kali ini, Xia Mei mengangguk setuju. "Iya, Gege. Xia itu qarīn yang hidupnya abadi, tidak seperti manusia fana yang bisa meninggal. Xia saja bingung, mengapa kaki Xia bisa menapak ditanah? Biasanya, Xia selalu melayang!"

"Lo bukan Xavi?"

Xia Mei mengangguk, "Bukan. Ini Xia!" 

Cowok tampan itu terdiam cukup lama, dia memilih untuk kembali melajukan motornya, menuju sekolah. Sampai disekolah, Jeno berhenti tepat diparkiran. Menunggu Jagat dan Jaysen datang menghampiri. Yang anehnya, Xia Mei malah merentangkan kedua tangannya kearah Jagat namun malah Jaysen yang menggendong gadis mungil itu ala koala.

Ada yang aneh lagi, saat dimana Jaysen menatap lembut Xia Mei, bahkan tak segan mengecup kedua pipi Xia Mei, hingga gadis mungil itu tertawa geli. Jeno mengepalkan kedua tangannya erat, ada yang harus Jaysen jelaskan padanya! Jeno pun mengisyaratkan Jaysen untuk bicara serius dengannya.

Jaysen memutar bola matanya malas, dia sudah bisa menebak, apa yang akan Jeno tanyakan padanya nanti. "Gue anter Xia ke kelas dulu,"

See, ini semakin aneh. Batin Jeno sembari memasukan kedua tangannya kedalam saku celana, melangkah dengan tatapan datar menuju rooftop, diikuti Jagat.

Setelah Jaysen datang, Jeno langsung meneror nya dengan banyak pertanyaan. "Kalian ingat? Setelah Xia─maksudnya, Xavi keluar dari rumah sakit, gue enggak nemuin dia lagi?"

Kedua laki-laki itu mengangguk tanpa bicara, "Itu karena gue terlalu merasa bersalah. Setiap hari hanya ditemani rasa sesal, hingga malam itu. Gue lagi sendirian di pinggir kolam renang, lalu bayangan putih cerah, datang tiba-tiba. Kalian tau siapa dia?"

"Dia, Xavi!" Jaysen membasahi bibir bawahnya, "Awalnya gue anggap halusinasi karena terlalu merasa bersalah. Tapi ternyata, itu memang terjadi nyata. Xavi kasih gue banyak tayangan tentang kejadian demi kejadian, termasuk raga Xavi yang diisi jiwa asing. Gue enggak perduli, mau kalian percaya atau enggak."

Jaysen menyandarkan punggungnya disandaran sofa dengan mata terpejam, "Karena awalnya, gue pun enggak percaya. Tapi kalian lihat perubahan Xavi? Itu semua enggak masuk akal! Mana ada orang amnesia yang melupakan kisah raganya tapi tidak dengan kisah 'Xia'? Itu aneh,"

"Seakan-akan, Xia memang dirinya dan Xavi adalah orang lain. Semua bukti kuat itu, sudah kalian saksikan sendiri. Sekalipun Xavi ingin mengubah kepribadian demi menarik perhatian keluarganya, untuk apa dia mengganti nama? Namanya Xaviora! Bukan Xia atau siapa pun," sambung Jaysen.

Yang semakin membuat Jeno dan Jagat terdiam, "Hufft. Xavi meminta gue, termasuk kalian berdua, untuk terus menjaga Xia. Dia enggak tahu apa-apa tentang dunia ini, karena dia memang bukan manusia seperti kita."

"Qarīn?" Jeno menyela ucapan Jaysen yang langsung diangguki cowok itu.

"Iya, dia hanya sesosok jin pendamping yang sialnya, ditarik untuk mengisi raga Xavi yang telah kosong tak berjiwa. Tanpa diberi tahu atau pun diberi arahan untuk mengingat tentang siapa raga yang dia tempati,"

"Jadi?" Jagat memijat pelan pelipisnya.

"Xavi telah menyerah, dia tak lagi melanjutkan perjuangan nya."

***

Couple Intuitive [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang