Chapter 3

65 11 0
                                    

Hallo... Well come back to my storyyy.
Don't forget to vote, comment and follow this account.

Warning!!
Vote dan comment
Sangat berarti untuk kelancaran proses pembuatan cerita!!

Mohon maaf bila ada kesamaan
nama tokoh, latar tempat, alur cerita
karena unsur ketidaksengajaan

Happy reading guys (◠‿◕)

.The Nancy Secret.

Flashback On

Disebuah taman komplek elit, terlihat seorang anak perempuan berusia lima tahun yang sedang menggambar dengan menyandarkan tubuhnya di batang pohon besar.

Ia menggambar dengan nyaman sembari bersenandung kecil, ia menggambar suasana acara minum teh bersama boneka bonekanya, sesuai dengan imajinasinya.

Dari belakang pohon besar tempat ia bersandar, terlihat seorang anak laki laki yang tengah mengintip anak perempuan yang sedang menggambar itu.

Si bocah laki laki itu, melempar kerikil kerikil kecil kearah si anak perempuan yang tengah fokus mewarnai gambarannya. Ia berniat menjahili sahabatnya itu, karena merasa kesal dicuekin oleh sahabatnya yang malah fokus menggambar dan mengabaikan dirinya.

Salah satu kerikil berhasil mengenai punggung kecil si anak perempuan, dengan kesalnya si anak perempuan berbalik .

"Ihhhh Pael, cakittt!" Teriak si anak perempuan itu dengan cadelnya, wajahnha memerah dan alis berkerut tajam. Namun malah terlihat sangat imut Dimata bocah laki laki yang bernama Rafael itu.

Rafael berusaha menahan kedutan bibirnya, melihat keimutan sahabatnya.

"Gitu aja cakit, dasal lemah!" Ujar Rafael, dengan memasang wajah songong andalannya. "Liat nihh, Pael aja gapapa kok tangannya patah gala-gala Nancy." Lanjut Rafael sembari memperlihatkan tangan patahnya yang dibalut perban.

Wajah si anak perempuan bernama Nancy itu berubah menjadi murung, ia sangat merasa bersalah telah membuat tangan sahabatnya itu patah dan tidak bisa digerakkan.

"Maapin Nancy, Pael," cicit Nancy dengan kepala menunduk, tidak berani menatap wajah sahabatnya. "Nancy gak cengaja." Lanjut Nancy.

Melihat Sang sahabat yang berubah murung, Rafael menjadi tersentak dan beranjak mendekati sahabat perempuannya itu, bukan seperti itu maksudnya.

"Heyy, Nancy, Pael gak papa kok." Ujar Rafael menenangkan sembari mengangkat wajah Nancy yang menunduk. "Ini udah gak cakit." Lanjutnya sembari menatap dalam mata besar yang sudah berair itu.

Jadi kemarin lusa itu, Nancy berkata ingin memakan buah ceri yang sudah mulai memerah di pohon taman komplek. Ia meminta Sang sahabat untuk mengambilkan nya dengan memanjat, namun Rafael sudah bilang ia tidak bisa karena pohon itu terlalu tinggi.

Tetapi karena Nancy sangat tergiur dengan buah ceri itu, ia ingin nekat memanjat. Melihat sahabatnya yang sudah mengambil ancang-ancang akan memanjat, Rafael pun takut Nancy terjatuh dan dia yang jadi memanjat untuk mengambilkan buah ceri untuk sahabat tersayangnya itu.

The Nancy Secret Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt