"Mark! Kenapa kamu gak mau sama aku, sih?! Aku udah menang malam-"

"Gak usah ngebacot, Gis. Yang taruhan elo sama Donghyuck, lo gak ada persetujuan sama gue!" potong Mark sinis.

Giselle mengerucutkan bibirnya.

"Tapi, dia kalah, Mark. Lagi pula, dia gak ada suka sama lo. Waktu pagi, gue dengar kalau dia ditembak sama Lee Know di lapangan school," jelas Giselle.

"Ya kali lo ngejar pacar orang? Murahan tahu," lanjut Giselle memanasi.

Mark menatap Giselle dengan tajam, lalu mendorong Giselle semakin jauh.

Mark berdiri dari duduknya, lalu berjalan menghampiri seseorang yang tengah duduk di salah satu kursi yang berada paling pojok kantin.

Mark menarik pergelangan tangan pria itu dengan cukup keras, membuat sang korban berteriak kesal.

"Anjing! Apa-apaan sih bangsat?!" teriak Haechan kesal.

"Sahabat gue, Bangsat! Lo mau apain!" marah Renjun.

Mark masih menarik Haechan, Renjun yang melihat itu langsung bergerak ingin menolong sahabatnya, tetapi sialnya ada seseorang yang menahannya dari belakang. Renjun menoleh.

"Gak usah ngurusin mereka. Lo gak ada hak sama sekali," ucap Jeno datar.

Renjun rolling eyes, lalu dengan cepat menendang tulang kering Jeno.

"BANGSAT!" teriak Jeno keras, sedangkan Renjun menjulurkan lidahnya sambil berlari mengejar Haechan.

"Mau ke mana, sih?!" tanya Haechan kesal.

Mark tak perduli dan malah membawa Haechan ke tempat yang paling sepi di Neo, taman belakang sekolah.

Haechan mendorong Mark dengan kasar, membuat Mark langsung memberi jarak antara mereka.

"Mau lo apa?!" tanya Haechan marah.

"Jangan mau sama Lee Know," jawab Mark.

Haechan mendelikkan matanya dengan lebar.

"Kenapa lo yang ngatur? Lo gak ada hak!" sinis Haechan.

Mark terdiam.

"Ngapain lo mau ngejilat ludah sendiri? Udah bosen sama Giselle? Atau lo mau gue cariin lubang vagina yang baru? Lo kan straight."

"Gak sekalian lo sewa selusin lonte buat muasin kontol lo?"

"Ah ... Atau lo mau kalau gue ngemis lagi di kaki lo? OGAH bangsat!"

"Emang bener kata teman gue semasa JHS dulu, ngapain buang waktu belajar kalau niat gue masuk SHS karena orang lain. Emang kecewa banget sih, Anjing!"

"Niatnya mau dikejar biar jinak, sialnya gue bukan pawang nya. Mau gimana lagi? Gue ngehomo sedangkan lo enggak."

Haechan tertawa hambar.

Haechan membalikkan badannya dan berniat meninggalkan Mark, tetapi Mark lebih dulu menahan pergelangan tangannya.

"Lo beneran gak mau ngasih gue kesempatan kedua?" tanya Mark pelan.

Haechan menepis tangan Mark dengan kasar, lalu menatap Mark tajam.

"Ngapain minta kesempatan? Yakin lo bisa suka sama gue? Waktu itu aja, lo jadiin gue pacar cuma biar bisa dekat sama Minji! Murahan tahu gak!" sinis Haechan.

Mark menghela napas panjang.

"Gak usah sok asik lo! Lo gak penting lagi di hidup gue!" sinis Haechan.

Mark mengangkat pandangannya dan menatap Haechan dengan nanar.

Haechan mengalihkan pandangannya saat melihat tatapan mata Mark.

"Fine. Emang pada dasarnya gue pecundang karena udah ngejilat ludah sendiri, padahal malam itu gue udah lepasin lo. Sialan, anjing memang," ucap Mark sambil terkekeh.

Mark mendekati Haechan sambil mengangkat dagu Haechan agar pria itu menatapnya. Haechan mengalihkan pandangannya, tetapi dia masih merasakan jari Mark pada dagunya.

"Gih ... Kejar apa yang bikin lo bahagia. Gue gak akan ganggu. Udah gue lepas lo. Sama gue, malah sakit yang ada," ucap Mark lembut.

Mark tersenyum nanar sambil menatap pahatan kulit karamel itu, lalu dengan lembut tangannya mengelus pipi Haechan.

"Gih sana ... Jangan lupa bahagia," ucap Mark lembut.

Mark melepaskan pegangannya, lalu berjalan menjauhi Haechan tanpa berhenti atau menoleh sedikitpun.

Haechan menatap punggung Mark dengan nanar, lalu menghela napas panjang sambil mencengkram celana abu-abu nya.

"Sia!" lirih Haechan.

Haechan menundukkan kepalanya dengan dalam.

"Lo diapain sama Mark?!" tanya Renjun yang baru datang.

Renjun mengangkat dagu Haechan, lalu mengeraskan rahangnya saat melihat mata Haechan yang berkaca-kaca.

"Anjing! Belum puas dia nyakitin lo?!" tanya Renjun emosi.

Haechan menggeleng dengan pelan.

"Gak. Dia gak nyakitin gue," jawab Haechan.

"Terus, ngapa lo nangis anjing?!" kesal Renjun.

"Gue masih sayang sama Mark, Njun..." lirih Haechan.

Renjun terdiam.

"Gue mainin drama gue sendiri, tapi gue juga yang dapat scene buruk," lanjutnya serak.

- 🏫🏫🏫 -

Cold Leader (?) | MarkHyuck Where stories live. Discover now