Kuncir Dua

180 148 240
                                    

°°°🌻°°°

Bunga dengan warna yang beragam, daun lebar dan bergigi di bagian tepi, yang memiliki simbol sebagai ucapan permintaan ini telah mekar dengan indahnya.

Sang pemilik pun amat bahagia melihat bunga kesukaan sang kekasih ini, telah mekar.

Namun, bunga ini adalah salah suatu peninggalan dimana dirinya dengan orang yang ia sayang telah tiada.

°°°🌻°°°

Senin, 15 Juli 2016

°°°

SMA Bangsa sedang melaksanakan ritual upacara yang selalu di adakan di hari senin, dalam rangka memperkenalkan para siswa baru dan semua hal yang berhubungan dengan lingkungan sekolah atau yang di sebut MPLS.

Para siswa-siswi berbaris dengan rapi, maklum anak baru masuk sekolah pasti masih masa masanya mudah untuk di atur tapi kalau sudah lama timbul'lah sifat aslinya dan susah untuk di atur.

Pengibar berdera memasuki lapangan untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih, Paduan suara mengambil posisi untuk persiapan menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia, dengan gerakan nya melalui isyarat.

"Kepada sang merah putih hormat... GERAK!"

"Hidup lah Indonesia Raya..."

"Tu.."

"Dua.."

"Indonesia Tanah Airku..."

"Tanah Tumpah Darahku..."

Semua peserta upacara menyanyikan lagu yang di ciptakan oleh Wage Rudolf Soepratman, dan hormat kepada sang saka merah putih.

Hampir tiga menit telah berlalu, bendera merah putih telah selesai terpasang di tiang bendera berkibar indah di langit yang biru, tibalah dimana pembina upacara melakukan sebuah sebutir kata mutiara, dan dakwah yang berfaedah untuk para siswa-siswi.

"Untuk amanat istirahat di tempat ... GERAK!"

"Cek cek son... 'Ya Selamat Pagi anak anak SMA Bangsa yang pak guru nantikan PRESTASINYA!" Ucap Slogan Kepala sekolah yang bernama Mahanka untuk membuat para murid agar tetap semangat menjalani hari hari yang amat kelam.

"Pagi pak!" Dan di jawab lah oleh seluruh perseta upacara.

Kepala sekolah ini memang sangat lama dengan pidato nya itu, karena ia telah mempersiapkan pidato ini dari berapa hari yang lalu agar sang anak bangga memiliki orang tua sekaligus kepala sekolah di Sma Bangsa ini.

"Ck! Lama, cuma amanat sampai ke keluarga diceritain tahun depan baru selesai," Ucap Ari, ia tidak sadar jika sang anak dari kepala sekolah ini berada di samping barisan paling kanan, dan parahnya bukannya memarahi Ari karena telah menjelekkan sang ayahnya justru ia mendukung apa kata Ari.

"Emang iya orang nya kaya gitu, kebanyakan cerita,"

Ari menoleh ke arah sang sumber suara,dan sempat melirik nametag cowok itu 'Aiden Putra Mahanka', Ari hanya bergumam "oh Aiden ngak kenal si gue."

Sedangkan di barisan paling kiri Ari pun ikut juga mengomentari sang kelapa sekolah yang amat sangat lama berpidato,

"Kalau di kasih air es teh sama di kipasin cewek cewek cantik sih gue betah lama lama di sini," Ucap Bagas Saputra, nama nya memang kuno, bukan hanya kono. Bagas itu memiliki predikat dengan cowo otak garis miring.

"Iya apalagi kalau di kipasin sama cewe cantik di barisan pojok sana." Ucap Aiden dengan mata sebagai penunjuk.

"Oh... bukan cewe yang seperti itu, gue maunya cewe yang ada di pantai cewe bule contohnya," Bagas secara blak-blakan mengungkapkan pendapat nya seperti itu, sungguh memalukan.

"Sinting!" Ucap Ari dan Aiden secara bersamaan.

Bagas hanya tertawa kecil saat itu, apa yang ia bicarakan memang tidak salah baginya, sebutannya juga cowok dengan garis miring.

Saat ini Ari menyadari sesuatu ada yang salah dengan apa yang ia liat, bukan mahluk halus melainkan makhluk ciptaan Tuhan yang dulu di takdirkan untuk berpisah kini kembali di persatukan.

Seketika mata Ari melebar, dia tidak menyangka bahwa bisa bertemu kembali dengannya.

Ia memastikan bahwa apakah itu benar-benar sahabat masa kecilnya atau ia salah lihat,

'Iya itu Vita,'

'Akh,, bukan bukan!'

'Tapi hati kecil gue bilang iya,'

Ari berdebat dengan jiwa dan raganya, pasalnya perubahan sang teman masa kecilnya ini sungguh sangat drastis berbeda sekali dengan waktu kecil.

Anak kecil yang ia kenal dengan rambut kuncir dua, dan wajah yang penuh dengan kebahagiaan dan senyuman yang manisnya itu,

Dan sekarang yang ia lihat bukan lagi anak kecil dengan rambut kuncir dua melainkan, rambut pendek sebahu yang sudah tidak ada senyum manis di wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan sekarang yang ia lihat bukan lagi anak kecil dengan rambut kuncir dua melainkan, rambut pendek sebahu yang sudah tidak ada senyum manis di wajahnya. Dan itulah yang membuat Ari bimbang untuk mengucapkan kata 'iya', yang ia lihat sama persis dari teman kecilnya itu adalah kecantikannya.

Dasar!

Tapi anak kecil dengan kuncir dua yang ia lihat,itu dulu dengan 5 tahun telah berlalu. Jika dia telah berubah mungkin keadaan dan waktu yang memaksakan-nya untuk dewasa.

Bagas yang sendari dari tadi melihat Ari yang hampir tak berkedip,seketika Bagas melontarkan kata-kata lucknut.

"Lo mikirin apa, mikirin pesona cewek bule bro?" Ucap Bagas tampa memikirkan seberapa dosa ucapannya itu kepada Ari.

Ari hanya membalas dengan tatapan sinis,sungguh ia tidak ingin memiliki sahabat atau teman manusia seperti Bagas yang berpredikat cowok garis miring.

"Lo liat cewek yang rambut nya sebahu?" Peka sekali kau anaknya Mahanka.

"Lo kok tau?"

"Bukan urusan lo,"

"Ck! Tapi lo tau namanya siapa?"

Aiden menganggukan kepalanya dan berkata "Dia,Vitea Ayudia Eleanor."

°°°🌻°°°

Apah apah? Aiden kenal Vita?

Kenapa nih kenapa kok bisa Aiden kenal Vita? Apakah Aiden itu mantan Vita? Atau Aiden suka Vita kalian penasaran dari cerita ini?

Vote dan komen biar tttttvttttt ini tangan dan raganya itu semangat biar ngelanjutin cerita ini.

See you!

Time MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang