46. Kembali tapi akan pergi lagi?

Start from the beginning
                                    

Saat baru saja memasuki lift rumahnya, tiba-tiba kepalanya diserang rasa pusing yang teramat membuatnya harus memegangi kepalanya yang berdenyut itu, ini yang dirinya sesali, jika setelah berada di bawah guyuran air hujan pasti nanti badannya akan terasa tidak enak, untung suaminya tidak sedang berada di rumah, jika ada, sudah dipastikan ia terkana omelannya habis-habisan.

Ia berjalan semboyongan menuju kamarnya, karena saking terburu-burunya ia sampai lupa menaruh kresek belanjaannya di bawah, alhasil ia melempar kresek yang berisi cemilan putranya itu di kasur miliknya.

Brukh

Entah siapa yang saat ini menopang tubuhnya yang penting dirinya ingin sekali menutup mata terlebih dahulu alias pingsan.

—•••—

Perlahan matanya terbuka sedikit demi sedikit, rasa sakit dikepalanya itupun belum reda sama sekali, malah kian bertambah hingga bahunya ikutan sakit, kenapa ini dengannya? rasa-rasanya semua tubuhnya hanya terasa sakit, sakit dan sakit, bahkan perutnya ikut terasa nyeri.

"Permisi nyonya, ini saya mengantarkan bubur dan teh hangat sesuai perintah Tuan muda tadi."

"Hah?" Asya yang bingungpun lantas membuat art itu tersenyum simpul.

"Nyonya sejak kapan punya mag?" jika Asya ingat-ingat beberapa bulan lalu dirinya sempat merasakan sakit diperutnya sebab pernah seharian lupa makan.

"Lupa bi." dirinya nyengir membuat pembantu tersebut menggelengkan kepalanya.

"Mag nyonya tadi kambuh, dan nyonya juga demam, dokter bilang sementara nyonya istirahat dulu sampai badannya enakan." Asya mengangguk mengerti.

"Yasudah, saya kembali ke bawah dulu nya." Asya hanya mengangguk lagi, setelah art itu keluar dari kamarnya, ia malah meraih ponselnya di nakas dan tidur dengan posisi membelakangi pintu yang tak lain menghadap jendela luar, dan juga entah siapa yang membuka pintu balkon malam-malam, mungkin tadi art nya lupa menutupnya.

Ingin berdiri dan menutup, namun tubuhnya terasa sangat lemas, alhasil ia kembali membelakangi balkon dan menghadap pintu. Baru saja membalikkan badannya ia dikejutkan oleh kedatangan seorang pria yang saat ini berada pas di depan wajahnya dengan tampang watadosnya.

Asya mendelik sebelum akhirnya menjerit dan menutup tubuhnya dengan selimut, hingga beberapa detik selimutnya dibuka paksa lalu terasa sentilan halus di keningnya.

"Bandel hmm?"

Deg

Suara itu, suara yang selama ini ia sangat rindukan, rasanya, dunia kesunyiannya selama ini telah terkubur dalam-dalam, siapa lagi jika bukan Devan, suaminya yang saat ini telah mengobati rasa rindunya itu.

Asya masih saja bengong menatap suaminya yang menurutnya banyak berubah, terdapat sedikit bekas cukuran kumis di bawah hidungnnya dan rambut yang acak-acakan tak lupa matanya yang memiliki warna abu di sekitarnya, oh ia tau, tampaknya suaminya itu kurang tidur.

Bukannya terkekeh melihat wajah istrinya yang menggemaskan, ia justru menatap tajam Asya yang saat ini masih syok itu. Yang ditatap pun seakan sadar langsung mengalihkan pandangan.

"Suami tanya itu dijawab." ujarnya mengintimidasi membuat Asya menoleh kearahnya.

"Sejak kapan punya mag? kamu sering lupa makan iya? kamu itu bukan gadis lagi, jadi jangan seenaknya, Xaivano masih butuh perhatian kamu, kalau kamu sakit gini terus gimana sama Xaivano yang maunya sama kamu doang?" ucapan itu, tanpa sadar malah membuat hatinya ikutan sakit, air mata yang sedari tadi ia tahan pun akhirnya menetes keluar.

DEVANO||•Desya• (BELUM REVISI)Where stories live. Discover now