20 - Two Drivers

61 15 1
                                    

Bahagia itu sederhana jika kamu benar-benar menikmatinya.

***

Untuk menghilangkan rasa gugupnya karena telah berbicara seperti itu, Clarissa memilin-milin jemarinya. Mengapa ia bisa ceroboh mengatakan hal itu? Please jangan agresif begitu, cukup sekali Clarissa menjadi bodoh karena mengejar laki-laki. Kini ia harus lebih menjaga image dan jangan membawa hidup terlalu sulit.

"Kakak mau kado apa dari aku?" Alih gadis itu, tidak ingin Arimbawa membahas lebih lanjut mengenai ucapannya barusan.

Arimbawa tersentak. Ia sedang melambung tinggi karena ucapan Clarissa barusan memberikan harapan yang sangat besar padanya untuk tidak mundur begitu saja. Namun saat memperhatikan Clarissa yang terlihat gugup, pemuda itu berdeham untuk mengajak raganya kembali pada dunia nyata.

"Ucapan tulus dari kamu aja saya udah seneng." Jujur Arimbawa yang berhasil membuat Clarissa merutuki jantungnya yang bekerja dengan gilanya.

Clarissa membasahkan bibir, "Itu sih pasti Kak. Tapi aku mau ngasik kado nih supaya bisa dikenang."

Arimbawa nampak berpikir, "Jadi saya boleh request barang?"

Clarissa mengangguk, "Apa? Aku beliin."

Arimbawa terkekeh, "Saya lagi nyari...." Pemuda itu mengingat-ingat apa yang diperlukan olehnya untuk saat ini, "Car Cigarette Plug Charger dengan GSM SIM Card karena yang sebelumnya rusak."

"Ha?? Apa Kak?" Clarissa melongo begitu saja. Ia meraih ponsel lalu mencari aplikasi google, "Apa Kak? Pengecasan hape?"

Arimbawa tergelak, "Kamu mau beliin saya itu?"

Clarissa mendecak, "Gimana mau beliin, aku aja gak tau apa yang tadi Kakak sebutin. Denger charger doang."

Arimbawa merasa gemas hingga tanpa sadar mengacak rambut Clarissa sampai berantakan yang membuat jantung Clarissa berdendang semakin keras.

"Ih Kak seriusan! Pasti tadi ngasal ya ngomongnya?!" Pekik Clarissa merasa dibodohi.

Arimbawa berdeham, menormalkan tawanya, "Yang tadi saya bilang itu salah satu alat pelacak."

Clarissa melotot, "Ngapain nyuruh aku beli gitu?!"

"Loh tadi katanya bebas saya boleh request?"

Clarissa mendengus, "Kak, aku tau aku gak sepintar Kakak. Aku gaptek Kak, puas?" Arimbawa tertawa sehingga membuat Clarissa mengerucutkan bibir kesal, "Namanya aja aku gak tau apalagi bentuknya. Lagian kenapa sih mau beli alat pelacak? Mau jadi hacker?" Celetuk gadis itu asal.

Arimbawa hanya tersenyum tipis kemudian. Dalam hati ingin menyombongkan diri bahwa ia sudah bisa dikatakan hacker handal dengan segala kemampuan teknologinya. Tapi ia memendamnya. Lagipula sejak kapan hacker menunjukkan diri dengan mudahnya? Yang ada nanti ia ditahan negara jika sampai menyalah-gunakan kekuasaannya.

"Kalau begitu, saya ingin ucapan tulus aja." Alih Arimbawa.

Clarissa mendengus, "Yang lain kek." Gadis itu kemudian mendumel, "Susah emang sama orang kaya. Semua barang pasti udah dipunyain." Lanjutnya.

Arimbawa terkekeh, "Masakan kamu aja. Saya mau itu." Katanya dengan mantap.

Clarissa spontan menatap Arimbawa berbinar, "Seriusan? Kalau itu aku bisa!" Pekiknya semangat, "Kakak mau apa? Kue ulang tahun? Rasa apa? Coklat? Keju? Vanila? Tiramisu? Bilang ayo bilang, aku buatin." Ujarnya jadi semangat.

Arimbawa tergelak. Nada bicara gadis itu seakan-akan ingin menantangnya untuk baku hantam saja.

"Banana cheese cake please?"

BEHIND THE SELLERWhere stories live. Discover now