19 - I Believe You

66 17 1
                                    

Cinta boleh tapi jangan sampai bodoh.

***

Istirahat kedua kali ini, Clarissa seperti rutinitas sebelumnya memilih mengikuti Sonia ke perpustakaan saja. Namun siapa sangka bahwa Arimbawa tiba-tiba saja menghampiri mereka dan membuat Sonia langsung sadar diri. Sonia berdiri, memilih alasan ingin belajar sendiri daripada harus mengganggu Clarissa dan Arimbawa. Clarissa awalnya ingin protes namun melihat ke-kekeuhan Sonia, gadis itu memilih tidak ingin mendebat lagi. Kini Arimbawa mengambil alih tempat duduk Sonia, tepat di samping kanan Clarissa.

"Kak Arim ngusir temen aku." Kata Clarissa dengan raut wajah kesal.

Arimbawa seperti biasa tersenyum tenang, "Dia yang milih pergi kok."

Clarissa mendengus lalu menatap Arimbawa, "Kakak tuh sadar gak sih kalau tatapan Kakak itu gak bisa dibantah?"

Arimbawa mengernyit, "Gitu?"

"Iya!"

Arimbawa terkekeh, "Tapi kenapa kamu gak terpengaruh sama tatapan saya?"

Clarissa speechless. Di bagian mana Clarissa tidak terpengaruh? Buktinya saja gadis itu berusaha keras membangun benteng agar tidak terlalu kelihatan salah tingkah hanya karena semua yang dilakukan oleh Arimbawa.

Clarissa mengedikkan bahu lalu fokus pada buku yang ia bawa dari kelas. Arimbawa melirik Clarissa, laki-laki itu mengerti bahwa reaksi Clarissa menunjukkan bahwa gadis itu tidak ingin membahas terlalu jauh mengenai topik tadi.

"Belajar apa?" Tanya Arimbawa mengalihkan topik.

"Sejarah Indoneia. Takutnya sewaktu tes pertukaran pelajar disuruh nyeritain tentang sejarah Indonesia." Jawab Clarissa masih fokus pada buku.

Arimbawa mengangguk mengerti, "Pelajari aja sejarah umunya atau pengetahuan yang emang dasar-dasarnya aja, contohnya kayak kapan Indonesia merdeka, Indonesia diapit sama benua dan samudra apa, dan pengetahuan umum lainnya."

Clarissa menatap Arimbawa, "Pertempuran-pertempuran?"

"Kemungkinan kecil sih, tapi kalau sempat, pelajari juga."

Clarissa menghembuskan napas kasar, "Aku benci sejarah Kak. Ngapain coba kita harus ungkit masa lalu? Kenapa gak masa depan aja?" Keluh gadis itu.

Arimbawa terkekeh, "Sejarah itu penting supaya kamu bisa menambah wawasan mengenai masa depan. Misalnya aja dulu kamu pernah melakukan kesalahan, selanjutnya kamu pasti gak akan melakukan kesalahan yang sama lagi karena kamu belajar memahami sejarah kamu sebelumnya."

Clarissa menatap Arimbawa dengan berbinar, "Aku suka nih diajak diskusi gini." Kekehnya.

Arimbawa tergelak kecil, "Akhlak juga yang paling penting."

Clarissa mengangguk, "Sekarang mah semua berlomba-lomba pingin jadi terkenal, baik di kalangan teman, sekolah, ataupun masyarakat. Malah ada yang terkenal padahal akhlaknya nol banget. Miris banget sih."

Arimbawa tersenyum. Baru saja ia hendak membalas ucapan Clarissa, seseorang menginterupsi pembicaraan mereka.

"Kamu udah selesai belajar sama Kakak, Cla?"

Clarissa dan Arimbawa menoleh kompak ke sumber suara. Setelah melihat sang pemilik suara, Clarissa mendelik sedangkan Arimbawa melongos pelan.

"Kak Aba kok disini?" Tanya Clarissa.

Manuaba mengambil duduk di samping kiri Clarissa, "Kakak cari kamu ke kelas karena tumben kamu gak chat Kakak untuk belajar bareng trus temen kamu bilang kamu disini, jadi Kakak kesini."

BEHIND THE SELLERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang