4. Van VEM072

2.3K 318 193
                                    

🍂🍂🍂

Ong Yoongi libur hari ini. Sejak pagi pria itu sudah berdiam di mobil yang terparkir di parkiran mall. Yoongi tidak melakukan apa pun, tetap di dalam mobilnya sampai hari menjelang sore. Pria itu tak keberatan untuk membayar uang parkir lebih karena mobilnya berada di parkiran atas, bukan basement mall. Ia meregangkan pinggangnya yang pegal, kemudian melihat ke depan.

Kedai roti Hoseok berdiri tepat di depan mall. Iya, Yoongi menunggu Haerin di sana. Pria itu memang tak berani mendekat dan terus memperhatikan wanita yang dicintainya dari jauh. Sekitar dua minggu yang lalu, wanita yang ingin dijodohkan olehnya mengajaknya membeli barang di mall tersebut. Secara kebetulan, Yoongi melihat Haerin keluar dari dalam kedai roti Hoseok mengenakan seragam rapi.

Sejak itu, Yoongi selalu berkunjung ke mall itu. Entah hanya memakirkan mobilnya di depan dan memastikan bahwa Haerin baik-baik saja. Atau, kalau Yoongi sibuk, biasanya ia melewati jalan di depan kedai Hoseok saat malam hari. Ia mengawasi Haerin yang pulang kerja. Mulai dari wanita itu keluar kedai, menunggu bus di halte, sampai naik bus. Yoongi menjaga Haerin dari jauh, karena daerah tersebut rawan oleh kejahatan.

Pria itu masih mencintai Haerin, namun kedua orang tuanya melarangnya keras semenjak tahu kalau Haerin adalah putri seorang mafia. Ayah Yoongi adalah boss besar sebuah perusahaan properti. Citranya bagus dan sang ayah tak mau putra tunggalnya menikahi putri mafia yang kotor.

Sudah tiga hari ini Yoongi tidak melihat Haerin masuk kerja. Satu hari, mungkin Haerin sakit. Dua hari, mungkin Haerin masih harus istirahat. Namun, tiga hari ini Yoongi malah gelisah sendiri. Ia takut Haerin mengalami hal buruk seperti waktu itu. Apalagi Yoongi tidak tahu Haerin tinggal di mana. Yoongi pernah mengikuti Haerin, tapi kehilangan jejak wanita itu. Yang pasti, Haerin sekarang hidup kekurangan, lingkungan tempat tinggalnya juga tidak sehat.

Cukup. Ya, sudah cukup Yoongi menunggu dan mengawasi dari jauh. Ia sadar kalau dirinya pecundang, tapi masa depan Yoongi ada di tangan sang ayah. Jika Yoongi berani macam-macam, maka taruhannya Yoongi akan kehilangan segalanya.

"Tak apa, Yoon. Hari ini saja, sekedar duduk dan memesan kue," gumamnya sambil menyakinkan dirinya sendiri.

Ia keluar dari dalam mobilnya, menyeberang jalan, kemudian masuk ke dalam kedai roti Hoseok yang nyaman. Di sana hanya ada beberapa pembeli yang berdiri di meja kasir dan duduk di kursi yang disediakan. Yoongi sebenarnya tidak terlalu suka makanan manis, tapi tak apa.

Demi Haerin, batinnya.

"Silakan, Tuan."

"Apa yang paling enak di sini?"

"Kami ada varian baru...." Pelayan itu menjelaskan kue varian baru yang dibuat Hoseok.

Yoongi manggut-manggut saja, karena ia tidak paham dengan istilah-istilah makanan.

Kalau enak, ya di makan. Kalau tidak, ya dihabiskan saja sebagai bentuk menghargai makanan. Itulah prinsipnya.

Yoongi akhirnya memilih varian baru itu lalu menunggu di meja paling pojok. Sejak tadi pria itu terus memperhatikan ke arah ruang karyawan atau dapur.

"Tuan, ini kuenya. Silakan menikmati." Kebetulan yang mengantar dan melayani adalah Hoseok.

"Hm, aku boleh tanya?"

"Ya, Tuan."

"Apa di sini ada karyawan bernama Son Haerin?"

Hoseok diam dengan senyum yang memudar. "Tuan ini kakaknya Nona Son?" Jujur, Hoseok tidak suka dengan kakak Haerin. Soalnya, Haerin bilang kakaknya sering mabuk-mabukkan dan jarang pulang.

VANTABLACK [M]Where stories live. Discover now