Bonus Clip: Alisha Alegria

765 23 10
                                    

7 bulan kemudian...

"Sebelumnya maaf ya, Al, jadwal USG kamu harus saya majukan tiba-tiba."

Mendengar penuturan itu, seulas senyum muncul di bibir Alda. "Nggak apa-apa, dokter nggak perlu sungkan begitu. Saya nggak merasa keberatan."

"Aksara nggak ikut?"

"Mas Aksa masih di kantor jam segini."

Di balik kacamatanya, sepasang mata dokter Ali tampak membesar. "Jadi kamu sendiri ke sini?"

"Iya."

"Nyetir?"

"Nggaklah. Bisa abis dimarahin Mas Aksa kalau saya nekat nyetir. Saya pakai taksi."

Pria di hadapannya lalu tertawa. "Mau USG sekarang?" Dijawab anggukan ringan oleh Alda. "Let see apa yang sedang dilakukan peri kecilmu di dalam sana ya," ujarnya kemudian, sambil mempersiapkan peralatan.

Ini bukan kali pertama, tapi setiap melakukan ini, selalu ada perasaan was-was yang menghampiri dada Alda. Tegang, yang baru bisa berubah lega setelah layar di sampingnya memperlihatkan aktivitas si janin di dalam perut.


"She's fine, overall. Kamu masih ikuti saran dari saya?"

Mata Alda masih meneliti layar ketika menjawab, "Kadang lupa, kadang juga bisa tiba-tiba gak mood. Tapi selalu dipaksa Mas Aksa."

"Suami siaga banget ya Aksara." Entah dia mengejek atau tidak, tapi pria yang tahun ini memasuki kepala empat itu terkekeh di akhir kalimat.

"Tapi akhir-akhir ini saya jadi sering sakit punggung, is that okay, Doc?"

Dokter Ali mengangguk ringan. "Sangat wajar. Hormon kehamilan mengendurkan jaringan ikat yang menahan tulang panggul, tapi sebenarnya itu bagus untuk memperlancar persalinan.

"Selama trimester tiga juga kamu akan sering mengalami kontraksi palsu, banyak-banyak komunikasi sama suami apa yang kamu rasain. Dan kamu juga tetap ikuti saran dari saya, ya. Tetap aktif bergerak, bisa jalan-jalan sekitar rumah, atau berenang."

"Perkiraan lahirnya kapan, Dok?"

"Karena sekarang baru 31 minggu, jadi kemungkinan... pertengahan Maret tahun depan."

***

"Kamu serius nggak mau saya antar?"

Tepat di lobi rumah sakit, Alda menghentikan langkah, memutar tubuhnya sedikit hingga menghadap sang dokter. "Dokter Ali yang terhormat, nggak perlu. Saya bisa naik taksi sendiri. Saya masih bisa jaga diri saya sendiri. Tadi juga saya baik-baik aja pas sampai sini, kan?"

Kata-katanya membuat pria itu tidak bisa membantah lagi. Akhirnya ia menghela napas pasrah. "Entahlah, saya merasa cemas tanpa alasan."

"Fighting, semoga besok acaranya lancar." Setelah mengatakan itu, ponsel di dalam tasnya berdering panjang. Perhatian Alda teralihkan sebab lekas melihat siapa yang meneleponnya.

Ketika Alda pikir itu Aksa, dia salah sebab nomor yang tertera nomor asing.

+62 812-1277-1999
Calling...

Magic In You | Haechan ✓Where stories live. Discover now