VII. November 21, 2021

331 23 0
                                    

Ada berapa banyak hari terindah dalam hidup kamu?

Jika seseorang menanyakan itu pada Alda, maka Alda tak akan berpikir lama untuk menjawab 3. Bagi seorang Alda Adzkiana Lovensa, hari terbaik dalam hidupnya sejauh ini baru 3 kali. Pertama, pada hari kelulusan kuliahnya. Ia menandai hari itu sebagai hari terbaik karena berhasil lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Kedua ketika hari pembukaan tokonya secara offline. Alda memulai bisnis kue sejak di bangku kuliah semester 4, akan tetapi baru mendirikan toko resminya dua tahun kemudian. Selama dua tahun itu ia membuka usaha via online dan masih bertempat di rumah dengan memanfaatkan fitur instagram bisnis. Ketiga hari ini, hari ketika akhirnya ia bisa merasakan bagaimana ciuman pertamanya. Dan itu dari Aksa, seseorang yang akan menjadi imamnya dalam sebulan ke depan.

Pantaskah jika ia senang?

Alda tidak tahu, ia terlalu bodoh untuk mendeskripsikan bagaimana situasi hatinya saat ini. Namun, dua sudut bibirnya masih tertarik cukup tinggi ketika ia membaringkan diri di ranjangnya yang dingin.

Selepas diantar Aksa hingga pintu depan, ia bergegas mandi dan tentu membilas seluruh tubuhnya hingga dirasa bersih, tak terkecuali bibir. Tapi kenapa jejak pria itu masih bisa dirasa Alda hingga detik ini?

Masih segar dalam ingatannya ketika bibir lelaki itu menjelajah hingga ke leher, tangannya yang hampir menyentuh seluruh titik sensitif tubuh, bahkan sorot matanya yang lembut masih terbayang dalam benak Alda sampai sekarang!

Sial, Alda mulai gila karena tersenyum sendirian.

"Aish!" Gadis itu menggerutu kesal, lalu mendecak dan menenggelamkan kepala pada bantal kuning kesayangannya. Tapi tak lama, ia menurunkan sedikit bantal hingga terlihatlah sepasang matanya yang berkedip.

Tidak, sepertinya hari terindah dalam hidupnya akan bertambah jadi 4.

Hari pernikahan tentu akan jadi hari terindah selanjutnya, bukan?

*

Pagi selanjutnya, rumah Alda kedatangan tamu tak terduga. Ah, tak terduga sepertinya tidak tepat, sebab tamunya adalah Yura, ibu dari Aksa. Bukankah wajar jika perempuan yang selalu terlihat modis itu datang ke rumahnya? Beliau akan menjadi orang tua keduanya dalam waktu dekat.

Tapi walau begitu, kedatangannya yang tiba-tiba tetap membuat Alda cukup kerepotan. Dia harus membereskan rumah, menata perasaan yang lebih utama, ia juga belum sempat melihat Nenek yang belum juga keluar kamar.

"Mama kenapa tiba-tiba ke sini?" Alda langsung bertanya setelah meletakkan segelas teh hangat di depan calon ibu mertua. "Ah, maaf kalau pemandangannya nggak enak, aku belum sempat beres-beres."

Sebelum menjawab, Yura tampak tersenyum. "Kayaknya emang Mama yang kepagian datangnya. Tapi gimana, ya, Aksa nyuruh Mama buat ketemu kamu."

"Semua persiapan udah selesai, kan?"

"Bukan soal itu. Kemarin Aksa cerita ke Mama, kalian lihat rumah masa depan ya?"

Rumah masa depan. Alda tersenyum kecil. "Iya." Oh ya ampun, mengapa ia malah teringat kejadian itu lagi?!

"Itu rumah murni dibeli Aksa pakai uangnya sendiri, waktu dia belum jadi CEO kayak sekarang."

"Aku pikir karena dia anak Papa, dia langsung diangkat jadi CEO. Ternyata enggak, ya?"

Wanita itu kembali tersenyum, kemudian menggeleng. "Enggak. Aksa itu, walau terjun ke dunia bisnis bukan minatnya, tapi karena permintaan Papa dia jadinya mau belajar bisnis. Dia juga nggak membantah waktu Papa nyuruh dia meniti karirnya dari nol. Dari mulai karyawan biasa, manajer lapangan, sampai tembus posisi CEO kayak sekarang."

Magic In You | Haechan ✓Where stories live. Discover now