8. | Bertanggung jawab??

431 18 3
                                    

•••

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

•••

Tok... Tok... Tok.... Suara ketukan pintu dari luar kamar Adiba. Adiba segera bergegas ke arah pintu dan membukanya.

"Putri umi udah solat?"

"Udah kok mi, umi ayo masuk" umi zena pun masuk ke kamar Adiba.

"Asya belum siuman juga" ucap umi zena yang duduk di samping asya sambil membelai tangan kanan asya.

"Itu yang adiba cemasin mi, kenapa asya gak bangun bangun"

"Kita tunggu bentar lagi, kalo asya masih belum bangun juga kita bawa ke rumah sakit saja" adiba menganggukkan kepalanya. perlahan tangan yang umi zena belai bergerak dan menggenggam erat.

"Nggaa!! Jangan!! Tolong jangan!!" Teriak Asya.

"Syaaa, bangun sayang ini umi" umi zena mengguncang kedua bahu asya.

"Asya bangun sya ini aku Adiba" ucap Adiba yang berusaha membangunkan kesadaran Asya.

"Ada apa ini" tanya Abi Muhammad yang masuk ke kamar Adiba bersama Aslan.

"Nggaaa!! jangan!! tolong lepasin asyaa hiks" racau asya menepis tangan umi zena

"Astaghfirullah syaaa bangun sayang" umi zena menangkup kedua pipinya. Asya masih enggan membuka matanya meracau tak karuan bahkan kondisinya saat ini sangat memilukan.

Hal tersebut lolos membuat hati Aslan sakit. hatinya sakit melihat kondisi asya sekarang, ingin sekali rasanya merengkuh tubuh rapuh tersebut.

Perlahan Mata indah Asya terbuka melihat umi zena dan menghambur pelukan.

"Uumiii Asya takut" Asya mengeratkan pelukannya seiring dengan tangisannya.

"Istighfar sayang, ngga ada apa apa jangan takut" ucap umi zena menenangkan, membelai punggung asya yang bergetar menahan isakan.

"Syaaa" Adiba menyentuh pundak asya, asya melerai pelukannya dengan umi zena.

"Jangan nangis lagi, kamu gak perlu takut sya ada kita" ucap Adiba menghapus air mata asya dipipinya.

Asya mengangguk dan melihat ke belakang Adiba. Dibelakang adiba Aslan berdiri tegak menatap Asya, tatapan yang sulit diartikan, mata keduanya terkunci menikmati kesempurnaan ciptaan tuhannya.

Cukup lama tatapan mereka beradu Asya tersadar dan lebih dulu memalingkan wajahnya, menunduk seraya meremas kedua tangannya.

"Asya" umi zena menggenggam kedua tangan Asya.

"Adiba sudah menceritakan semuanya syaa"

Deggg...

Apa?? Menceritakan apa?? Asya menoleh ke arah Adiba menggelengkan kepalanya pertanda jangan! Tapi apa boleh buat semuanya sudah diceritakan. Asya malu, juga takut, takut akan pikiran orang lain terhadap apa yang sudah Asya alami.

Arsalan Sa'ad Al-MalikWo Geschichten leben. Entdecke jetzt