03 (FA) Love Story

9.6K 1.1K 96
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋

Alea masuk ke dalam kelas. Hari ini kebetulan Fahmi yang masuk ke kelas mereka. Fahyra hanya duduk diam di kursinya. Bahkan ketika Alea datang, Fahyra tetap melamun.

Sampai akhirnya suara serak lelaki yang paling familiar melintas di telinganya. Lamunannya buyar. Ia menatap Fahmi yang sudah duduk di kursi dosen.

"Pagi ini kelasnya, Pak Fahmi, ya?"

Alea mengangguk. Ia membuka buku tebal miliknya. "Ingat pesan ku, ya. Jadi kulkas sepuluh pintu buat Pak Raden. Ok?"

Dengan sangat putus asa Fahyra mengangguk. Tiba-tiba saja Alea membisikkan sesuatu di telinganya.

"Kalo kau pengen Pak Raden klepek-klepek ampe mencret sama kau. Kuncinya satu. Cuek! Jan sampe kau goda-goda apalagi ajak Pak Raden bicara. Harus cuek! Kau yakin lah sama ku, Ra. Setelah misi ini berhasil. Pak Raden bakal ngejar-ngejar kau. Ampe ujung dunia pun bakal dikejarnya."

Mulai saat itu tekad untuk melakukan misi menjadi kulkas seribu untuk dosen muda tersebut dimulai.

"Tugas makalah yang saya kasi bisa diantar sekarang. Bagi kelompok yang belum mengerjakan silakan keluar dari ruangan saya sekarang juga."

Mampus! Fahyra lupa kalau ada tugas dari Pak Fahmi. Ia melirik ke arah Alea.

"Kenapa nya kau? Sudah dikerjakan tugasnya, kan?" tanya gadis kribo itu.

Dengan sangat pasrah Fahyra menggeleng. "Lupa. Gue lupa, Lea. Mampus. Bakalan dihukum nih."

"Kenapa bisa lupa?"

"Gue sibuk ngurus Debora Samsuliyah. Makanya gue lupa. Astagfirullah." Fahyra menepuk keningnya.

Anggota dalam satu kelompok hanya dua. Dan sialnya, teman satu kelompok Fahyra tidak hadir. Artinya ia akan dihukum sendirian.

"Ada satu makalah lagi yang belum dikumpul. Silakan berdiri. Saya mau tandai wajah calon mahasiswa yang akan mendapat nilai C."

Mereka semua saling tatap. Kenapa belum ada yang berdiri? Sampai akhirnya, Fahyra berdiri. Ia benar-benar takut diamuk oleh Pak Fahmi.

Semua mata tertuju pada gadis berkerudung hitam itu.

"Alasannya berapa banyak Fahyra? Kalau lebih dari sepuluh supaya saya siapkan pulpen untuk mencatatnya."

Fahyra menunduk. Ini ketiga kalinya ia bolos mengerjakan makalah. Biasanya Fahyra pasti bermain menatap mata dosen mudanya. Tali sekarang ia malah takut.

"Kamu lupa? Waktunya terlalu singkat? Materinya terlalu susah? Atau kamu malas dengan mata kuliah saya?" tanya Fahmi tanpa menatap mata mahasiswinya.

Fahyra menggeleng. Dengan suara pelan, Fahyra menjawab. "L-lupa, Pak."

"Bagus," jawab Fahmi. Kali ini lelaki itu menatap Fahyra. "Sekarang kamu keluar," lanjut Fahmi lagi.

Habis sudah dirinya. Nilainya benar-benar akan C kalau begini. Ia akan ketinggalan materi. Namun, kalau ia tidak menurut. Bisa-bisa Fahmi akan tambah marah.

Jadi, Fahyra mulai berjalan meninggalkan mejanya. Alea hanya bisa menatap lirih sahabatnya itu.

Ketika Fahyra hampir keluar dari kelas. Suara Fahmi menghentikan langkahnya.

"Kemari," panggil Fahmi. Dengan perasaan takut dan was-was, Fahyra mendekat. Ia berdiri di sebelah meja dosen.

Tiba-tiba saja Fahmi menyodorkan uang kertas berwarna merah dua lembar. "Tolong belikan saya pulpen warna merah dan jemput pesanan saya di kantin Buk Corla. Kamu antar pesanan itu ke ruangan saya setelah itu kembali ke kelas."

(FA) Love Story  (SUDAH TERBIT)Där berättelser lever. Upptäck nu