42 - New Chapter

141 22 20
                                    

Pada pelarian, akan bertemu dengan Titik Terjauh, di kala berada di ujung jalan gelap, butuh sedikit saja Cahaya untuk menerangi Jalan di hadapan.

Namun, ketika Jalanan mulai terlihat, hanya ada Jalan awal, titik mula sebuah Pelarian.

Hingga disadari, sejauh apapun melarikan diri, satu waktu akan kembali pada apa yang harus dihadapi.

...

"Apa kabar Nam?" Tanya Taehyung saat memasuki Kamar Namjoon, Namjoon hanya menatapnya tanpa mengatakan apapun.
Kini ingatan Namjoon menjadi acak tentang masalalu, ia mulai menyadari beda antara mimpi dan kenyataan.

Dia sudah tidak lagi melihat sosok Imajiner Yoongi yang selama ini ia lihat.

"Aku tidak tahu cara menjawab pertanyaanmu." Ucap Namjoon memandang Tae yang kini duduk di hadapannya.
Taehyung mengusak kepala Namjoon lalu beranjak memeluknya.

"Maaf karena telah meninggalkanmu sendirian." Ucapan Taehyung membuat dada Namjoon terasa sakit.
Ingatannya jatuh pada bagaimana ia mulai merasa sendirian karena kesalahannya sendiri.

Dimana ia merasa ditinggalkan karena dia yang memang membuat segalanya jadi berantakan.

Keduanya melepas pelukan dan berpandangan.
Taehyung mengusap air mata di sudut mata Namjoon.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Namjoon.
Tae tahu siapa yang sedang Namjoon tanyakan, namun ia ragu harus menjawab apa.

Jimin sudah mengatakan pada Taehyung bahwa Namjoon keadaan mentalnya mulai stabil dan membaik, meski dia enggan bersikap normal.

"Dia baik-baik saja, sungguhan." Ucap Taehyung berbohong tentunya tentang keadaan Perth.

"Aku senang, kalau aku sudah keluar dari sini, aku akan memberanikan diri untuk menghadapinya dan meminta maaf. Aku ingin memperbaiki hubungan kita semua." Ucap Namjoon sambil tersenyum tipis.
Meski dihatinya penuh keraguan tentang apakah ia bisa kembali?

Namun ucapan spontan itu serupa harapan keinginan untuk sembuh.

"Termasuk menerima Yoongi kembali?" Tanya Taehyung.
Dari yang Tae dengar bahwa Yoongi kini malah terus berpura-pura seolah baik-baik saja.
Dia seolah tidak memikirkan apapun padahal nyatanya pria itu sedang menghukum dirinya.

Jimin atau Jaemin bahkan lelah memperingatkannya untuk Istirahat, pria itu tidak lagi mengurus dirinya sendiri.

"Dia bagaimanapun juga adalah bagian dari kita, aku berharap bagaimanapun hubungan kita, kita berlima akan tetap bisa menjadi sahabat." Ucap Namjoon kini mengalihkan pandang pada foto-foto di Dinding.

Semua kenangan mereka berlima menjadi sebuah keinginan bahwa Namjoon ingin kembali pada mereka.

Meski tidak akan sama lagi, Namjoon hanya ingin berada diantara mereka.
Orang-orang asing yang jauh lebih berharga dibanding Orangtuanya sendiri.

"Kuharap kita bahagia." Ungkap Taehyung sambil tersenyum menatap arah sama dengan Namjoon.

...

"Istirahatlah, kasian tubuh kurusmu itu." Ucap Jaemin yang jengah menatap Yoongi dan keras kepalanya.
Pria yang kini menghukum dirinya untuk membunuh Waktu.
Syukur jika waktunya segera berhenti.

Pria yang ingin membunuh dirinya sendiri pada pacuan waktu.
Tidak perduli tentang kesehatannya lagi.
"Jika kau tetap cerewet, diperbolehkan keluar, aku bisa bekerja sendirian." Ucap Yoongi yang sibuk memasukkan Data Pasien pada Komputer.

Pria yang memaksakan menerima jadwal sebanyak mungkin.

"Setidaknya makanlah dulu." Ucap Jaemin memelas.
"Aku tidak lapar, pergilah Najaemin." Ungkap Yoongi tidak perduli pada perhatian dan rasa khawatir Jaemin.

"Kuharap kau segera mati saja." Ucap Jaemin lelah dan memilih keluar Ruangan.

Yoongi tertegun mendengar ungkapan Jaemin.

"Saat dia berada di ujung keputusasaan, saat dia ingin menyayat nadinya, tercipta satu harapan di hatinya, yaitu kedatanganmu." Ucap Jimin menceritakan tentang bagaimana Namjoon menciptakan sosok Imajiner tentang Yoongi.

Matanya memanas dengan dada yang terasa sesak.
Hatinya sangat sakit memikirkan lagi betapa egois dan bodohnya dirinya yang memilih pergi.

Yoongi memutuskan untuk berjalan - jalan sebentar.

Dan di Lorong ia bertemu dengan Namjoon.
Namjoon juga menatapnya.

Yoongi tidak tahu harus menyapa atau tidak, ia tidak mengatakan apapun lagi.
Namjoon berjalan mendekat lalu saat di hadapan Yoongi, ia menatap pria itu.

"Bolehkah aku memelukmu?" Tanya Namjoon membuat Yoongi terkejut.
Apa ia tidak salah dengar?

Namun kemudian ia mengangguk, maka Namjoon maju dan memeluk pria itu.

"Aku merindukanmu sangat banyak." Ucap Namjoon membuat Yoongi tertegun.
Ia tidak menjawab ucapan Namjoon, namun kepalanya mendadak pusing, mungkin akibat ia kelelahan.

Diserang perasaan campur aduk saat dipeluk Namjoon.

"Aku pusing." Ucap Yoongi yang kemudian memejamkan matanya.
Pria itu pingsan di pelukan pria yang dirindukannya.

...

Perth sedang sibuk menggambar saat Taehyung mengunjunginya di Sore hari.

Setelah pagi menemui Namjoon, ia juga merindukan Perth.
"Kau sudah makan?" Tanya Tae kini duduk di ranjang Perth.
Perth menoleh untuk menatap Tae sekilas.
"Sudah, kau kan tahu Atta akan mengomeliku kalau tidak mau makan." Ucap Perth apa adanya tentang perangai kakaknya.

"Baguslah." Ucap Tae kemudian berbaring di atas tempat tidur dan memandang langit atap.

Perth melirik Tae.

"Apa abang ada masalah?" Tanya Perth heran melihat Taehyung tampak mellow.
"Iyah." Ucap Tae kini menatap Perth masih dalam posisinya.
"Sini." Ucap Tae menyuruh Perth berbaring di sisinya.
Maka dengan helaan nafas pasrah, Perth menurutinya.

Ia kini berbaring menghadap Taehyung.

Taehyung menatapnya masih sama, cara tatap yang tidak berubah.
Yah perasaannya pun tetap sama, sekeras apapun Tae menyangkal, ujungnya perasaannya tetap pada pria kecil itu.

Tae mendekat lalu memeluk Perth.
Perth terkejut dan tidak menolak.
Ia membiarkan Tae memeluknya.

"Pasti harimu sangat lelah." Ucap Perth kini tangannya mengelus punggung Tae, memberikan afeksi semangat.
"Kau bagaimana? Apakah melelahkan juga?" Tanya Tae.

"Tidak, aku tidak keluar rumah, tidak bertemu siapapun, hanya menurut pada Bunda sama Abang, jadi nggak merasa lelah." Ucap Perth.

Setelah beberapa menit berlalu, Perth tidak mendengar suara Tae, hanya deru nafas yang teratur.

Perth perlahan memberi jarak lalu menatap Tae yang rupanya sudah tertidur.

"Aku berbohong, aku merasa lelah, aku lelah hidup." Lirih Perth kini memutuskan untuk memejamkan mata, ia ingin tidur.

...

Yoongi terbangun dari pingsannya dan memegang kepalanya yang sangat pusing, namun dia merasa ada seseorang yang mengenggam tangannya.

Yoongi memperhatikan lebih seksama tentang siapa yang tertidur dengan mengenggam tangannya.

Rupanya Namjoon.
Ia berusaha mengingat mengapa ia berakhir pingsan, dan saat mengingat Namjoon memeluknya, tatap mata Yoongi berubah sendu.

"Aku merindukanmu Namjoon." Lirih Yoongi yang jelas tidak didengar oleh Namjoon.
Yoongi mengelus kepala Namjoon dengan sayang.

"Sangat banyak." Lirihnya kembali.

...

Tbc

Renjana (Yoonnam)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin