19 - Run (2)

107 20 3
                                    

Agustus 2014

Semua orang punya cara untuk lari, menyembunyikan rapat rasa sakit yang mereka miliki, mencoba baik-baik saja karena tidak suka dikasihani. Berpura tidak merasakan apapun agar tidak dikomentari.

Seperti Perth yang akan membaca banyak buku, menonton kartun, nyemil serbuk milo, makan, saat ia merasa badmood atau sedih, merindukan ayahnya, hal yang akan selalu membuatnya menangis.

Dan kini ia hanya menenggelamkan diri dalam lautan kata-kata dari buku yang ia baca. Ditemani Renjun, dia tidak pernah meminta senior di fakultasnya untuk menemaninya, jelas Renjun sendiri yang menawarkan diri, katanya untuk ganti atas perbuatan Somi pada Perth pada dasarnya hanya selalu menerima kebaikan orang lain.

"Mengapa tidak menasehati langsung? Malah justru mengabaikannya?" Tanya Ren ingin tahu sikap dari Perth.
"Pada dasarnya semua orang pasti pernah merasa seperti kak Jungkook, melarikan diri. Dan aku berusaha memahaminya, memang siapa aku yang berhak menasehatinya, tapi hatiku tetap sakit memikirkan dia pasti sangat tertekan." Ucap Perth dengan mata berkaca-kaca.

Perth memang ingin bersikap netral yang tidak akan berusaha mengubah orang lain jika tanpa keinginan pemiliknya.

"Lagipula, siapa aku yang bisa menyuruhnya berhenti?" Tanya Perth bukan pada Renjun, tapi pada dirinya sendiri.

...

Namjoon sedang di Ruangan musiknya, ia ingin menulis lagu, namun ia sulit berkonsentrasi. Maka ia merebahkan tubuhnya pada Karpet dan memandang langit.

Di Rumahnya ada Perpustakaan yang bersebelahan dengan Layar Televisi yang tersedia banyak Kaset DVD berbagai film dan musik, lalu ada Ruang Musik, setiap sudut Rumahnya mungkin saja dialah pendekorasinya.

Seunghoo tidak akan melarang apapun yang diinginkan Namjoon didekorasi dalam Rumahnya. Setiap apapun yang diinginkan semahal apapun, Seulgi akan memberikan izin untuk membeli atau kadang mereka sendiri yang membelikan sesuai dengan keinginan Namjoon.

Seperti kompensasi atas waktunya yang tidak terlalu boleh berada di Luar Rumah tanpa Izin, namun saat Kuliah ia sudah diperbolehkan pergi sesuka hati asal jelas perginya dengan siapa.

Matanya memanas mengingat betapa ia selalu berharap lari dari Rumah dan Kekangan yang diberikan Orangtuanya. Namun, mengingat lagi, sepertinya ia hanya terus menuntut karena tidak mendapatkan apa yang ia lihat dari orang lain.

Ponselnya berdering, Taehyung mengajaknya jalan-jalan.

...

Min Yoongi membuka kamar adiknya yang sangat berantakan. Min Jiyoung si paling jorok.

Ia pun membersihkan kamar adiknya. Jiyoung keluar dari kamar mandi dan melihat kakaknya sibuk.
"Apa yang kau lakukan dikamarku?" Tanya Jiyoung.
"Membersihkan kandang." Ucap Yoongi membuat Jiyoung melempar Handuk pada punggungnya.

"Youngie." Panggil Yoongi setelah ia merapikan kamar Jiyoung lalu duduk di sofa kamar adiknya. Jiyoung sedang menonton Film di Laptop pun mempause filmnya.
"Apa?" Tanya Jiyoung.

"Dulu saat kau SMA, bagaimana akhirnya kau jadi ikut balap liar?" Tanya Yoongi membuat Jiyoung memiringkan kepala bingung.
"Mengapa baru bertanya sekian lama?" Tanya Jiyoung heran.
"Aku baru penasaran." Ucap Yoongi tidak mengutarakan maksudnya. Ia hanya ingin menebak pikiran Jungkook, mungkin saja alasan mereka melarikan diri dengan cara balapan atas alasan yang sama.

Jiyong berbaring dan melihat langit kamarnya yang berwarna Hijau.

"Aku saat itu iri denganmu, selain itu aku mengalami cinta sepihak." Ucap Jiyoung merasa badmood mengenang kembali ingatan masalalu. Namun, kakaknya ingin tahu.

"Iri padaku?" Tanya Yoongi heran.
"Kau bisa hidup sesuai keinginan Orang tua tanpa mengeluh, hanya menikmati cara kakek menjelaskan tentang Isi Renjana, mengerti dan memahami bagaimana Kakek mendirikan Renjana, kau yang tidak tahu apa yang diinginkan dalam hidup justru baik-baik saja saat menjalani kehidupan yang diinginkan orang lain." Ucap Jiyoung menohok Yoongi.

Dia tidak pernah memahami bagaimana Jiyoung bisa berpikir demikian tentangnya.

Dia bahkan tidak tahu Jiyoung memandangnya begitu.
"Seseorang cenderung sulit memahami diri mereka, namun mudah memahami orang lain bahkan jika itu hanya terlihat di Luar." Jiyoung berdiri lalu mendekat pada Yoon dan memeluknya.

"Hanya awas saja jika kau berpikir untuk ikut Balapan, kupotong kakimu." Bisik Jiyoung membuat Yoongi ngeri. Benar, adik perempuannya mengerikan.

Namun, kisah terakhir Jiyoung enggan membaginya, kisah cinta pertama Remaja SMA yang bertepuk sebelah tangan.

...

"Tumben mengajakku pergi?" Tanya Namjoon pada Taehyung. Mereka pergi ke Taman sambil memakan Ice Cream.
"Bukannya sebelum ada Yoongi, kita berdua sering jalan? Apa kau mulai melupakannya?" Goda Taehyung.
"Bukan begitu." Ucap Namjoon tidak mau ada salah paham. Taehyung tersenyum.

"Aku tidak tahu siapa yang memberitahu Perth soal Jungkook yang kini sering balapan. Bahkan jika Yeonjun atau Yeri tahu pun, mereka akan membiarkan anak itu berulah." Ucap Taehyung.
"Aku juga bertanya-tanya siapa yang memberi tahu Perth, bahkan setelah dia tahu pun reaksinya hanya biasa saja, kupikir ia tidak marah, tapi malah menghindari Jungkook." Ucap Namjoon heran pada sikap Perth.

Taehyung tertawa.

"Kecil itu memang seperti itu, tidak seperti kelihatannya yang galak dan tukang ngomel, jika ada yang berbuat hal yang tidak disukainya, ia tidak akan langsung mengatakan atau menasehati, itu karena dia tidak suka ikut campur." Ucap Taehyung. Namjoon terdiam.

"Tapi, justru sikapnya yang netral dan hanya membiarkan seseorang berlaku seenaknya akan membuat yang melakukan kesalahan pasti menyadari salahnya, membuatnya instropeksi dan seseorang pada akhirnya memperbaiki salahnya." Ucap Taehyung. Namjoon menatap wajah Tae dari samping, pria yang begitu memahami Perth dan sangat mencintai pria kecil itu.

"Seperti Cermin?" Tanya Namjoon. Taehyung mengangguk.

Melihat bayang diri yang menyedihkan.

Namjoon kini paham mengapa ia sering iri pada Perth, karena Perth membuatnya melihat bayang dirinya yang menyedihkan.

Bayang diri yang dia abaikan.

Dan kini Namjoon tahu, cermin lain yang membuatnya berani melihat kedalam dirinya. Min Yoongi.

Cermin yang indah.

...

Jungkook menghadang langkah Perth saat ia keluar dari kelasnya.
"Aku janji nggak akan balapan lagi, tapi kamu harus pulang sama aku dan janji nggak akan mengabaikanku lagi. Diambekin kamu lebih bikin frustasi dibanding diomelin Yeonjun." Ucap Jungkook membuat Perth tertawa.

"Aku nggak seserem Paman Yeonjun." Ucap Perth.
"Lebih serem." Ucap Jungkook kini menggandeng tangan yang lebih kecil.

"Tanganmu sampai diperban, emang sesakit itu?" Tanya Jungkook merasa bersalah mengingat ia mencekal tangan Perth sampai merah.
"Tahu kan Atta si paling khawatir, dia takutnya pergelangan tanganku patah." Ucap Perth berbohong.

Ia menggores sendiri pergelangan tangannya meski tidak berniat menyayat nadinya. Perth dan kebiasaan buruknya.

..

"Jungkook sungguh berhenti balapan." Ucap Yoongi pada Namjoon, keduanya sedang berada di Lantai atas dan mengamati Jungkook yang menghampiri Perth.
"Aku harus berterimakasih pada orang yang memberi tahu Perth." Ucap Namjoon sambil tersenyum.

Yoongi menatap wajah cantik itu dari samping dan ikut tersenyum.

"Sama-sama." Ucapnya lirih.
"Kak Yoon ngomong apa?" Tanya Namjoon menoleh.
"Nggak kok, kamu salah denger ajah kali." Ucap Yoongi lalu kini menggandeng tangan Namjoon untuk mengajaknya ke Kantin.

...

/Semua orang ingin lari dari Realita yang menyakitkan, lalu bagaimana caramu Lari?/

...

Tbc

Renjana (Yoonnam)Where stories live. Discover now