37 - Empty

114 20 2
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

...

Di dunia ini, siapa yang paling menakutkan? - Diri sendiri.

...

Pernahkah membayangkan apa yang akan terjadi pada diri di masa depan?
Pernahkah membayangkan seperti siapa saat dewasa?

Dulu, saat kecil Kim Namjoon sangat mengidolakan kakaknya, yang cantik, pintar, baik hati apalagi jika tersenyum, seolah apapun di Dunia ini tidak ada yang lebih indah di mata Namjoon kecil selain senyum kakaknya.

Namun, melihat kaki kakaknya menjuntai tidak menyentuh tanah, dunia yang diimpikan Kim Namjoon runtuh.

Seulgi yang shock menutup mulutnya lalu menatap kedua mata Namjoon.

...

Namjoon terbangun dan menatap Ruang kamarnya yang putih.

"Kamu sudah bangun." Ucap seseorang.
Namjoon melirik ke sudut sofa di ujung kamar dan melihat sosok Yoongi yang sedang sibuk dengan laptopnya.
"Aku mimpi buruk." Ucap Namjoon membuat Yoongi beralih menatapnya.
"Tentang apa?" Tanya Yoongi.
"Duniaku Runtuh." Ucap Namjoon dengan tatap dingin.

Ia membenci mimpi yang satu itu, mimpi yang merenggut segala apa yang pernah ia harapkan.
Pada kenyataannya jauh sebelum kehilangan Yoongi, Namjoon telah kehilangan Dirinya semenjak kaki menjuntai itu memenuhi isi kepalanya.
Kakak perempuannya yang malang.

Pintu kamar dibuka dan May menyapa Namjoon dengan hangat.
"Pagi bayi Rubah, apa kabarmu hari ini?" Tanya May lalu mendekat dan duduk di hadapan Namjoon yang baru saja beranjak duduk.
"Aku mimpi buruk." Ucap Namjoon dengan dingin.

Mau menatapnya lalu berdiri dan mendekat kemudian memeluk Namjoon untuk memberikan rasa nyaman.
Namjoon memejamkan matanya lalu menangis di pelukan May.
May menggosok perlahan punggung Namjoon dan menepuknya pelan.
"Sudah, ada kak May disini." Cara perawat itu menenangkannya.

"Maaf." Ucap Namjoon lirih.
"Minta maaf pada siapa?" Tanya May setelah melepas pelukan dan kembali duduk di hadapan Namjoon.
Namjoon menatap May.
"Pada diriku sendiri karena gagal menjaga kakak." Ucap Namjoon membuat May mengusap air mata di ujung mata Namjoon.

May kemudian mengenggam tangan Namjoon dan tersenyum.

Jimin berdiri di ambang pintu melihat interaksi keduanya.
Pada perlahan, Namjoon mulai menceritakan kembali tentang apa yang selama ini ia lupakan, meski samar, ingatan itu kemudian kembali dalam ingatan di mimpinya.

"Selamat Pagi bayi Rubah." Ucap Jimin berjalan mendekat.
Namjoon tersenyum dan merentangkan tangan meminta dipeluk.

Sebuah kebiasaan yang membuat Namjoon selalu suka dipeluk hangat oleh Dokter yang ia panggil Ayah Rubah.

Mau berdiri dan mulai mengambil Rekap yang dibawa Jimin.
Sesi Konsultasi.

Jimin pun mendekat lalu memeluk Namjoon, mengelus kepalanya dengan sayang.
"Bagaimana kabarmu? Apa tidurmu nyenyak?" Tanya Jimin.
Namjoon mengangguk.
"Meski aku bermimpi tentang kakak lagi." Ucap Namjoon kemudian mengeratkan peluk pertanda ingin dipeluk lebih lama.
Dan Jimin paham.

Ada masa dimana Namjoon ingin sekali kembali ke masa lalu.
Ia begitu ingin bertanya apakah hari yang dialami kakaknya begitu berat?
Apakah rasa sakit yang dialaminya tidak bisa disembuhkan?
Seperti apa kehidupan kakaknya hingga ia menyerah?

Atau kembali ke masa dimana ada Yoongi untuk menahan pria itu untuk pergi. Memohon agar pria itu tetap bersama nya, disisinya, dan selalu dengannya.

Karena Kim Namjoon tidak punya siapapun selain Min Yoongi untuk membuatnya tetap waras.

...

Perth membuka jendela balkon kamar lalu berdiri di tepian balkon.

Seringkali Perth bertanya-tanya bagaimana jika dia naik pembatas lalu terjun bebas.

Atta membuka kamar Perth dan mendapati kosong, lalu Atta melihat ke Balkon dan menghela nafas melihat Perth hanya berada disana.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Atta berjalan mendekat pada Perth.
Dia berdiri di sisi Perth.

"Bang." Panggil Perth.
"Iyah." Jawab Atta lalu menoleh memandang wajah adiknya.
Ia senang sekarang anak itu mulai kembali menjadi dirinya sendiri.

"Aku rindu papa, kapan aku bisa nyusul papa?" Lirih, begitu lirih namun mampu membuat jantung Atta sempat berhenti, hatinya sakit, namun ia segera menarik tubuh adiknya untuk dipeluk.
"Aku hidup cuma nyusahin ajah, semua orang harus sedih cuma karena ku."ucap Perth tidak dijawab oleh Atta.

Pria itu hanya memeluk lebih erat.

Bukankah setiap manusia punya lubang di hatinya?
Lubang dimana manusia itu terjatuh tanpa tahu dasar.

...

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Seokjin saat makan siang bersama Jimin.
Di dekat Renjana ada Kafe yang bagus.
"Ia mulai mengingat tentang kakaknya." Ucap Jimin sambil meminum Americano.

Seokjin menghela nafas.
"Rupanya ia diam-diam bisa mengingat masa lalunya." Ucap Seokjin yang kemudian sedih mengingat kakak sepupunya yang lama telah tiada.

"Apa yang terjadi padanya?" Tanya Jimin menatap Seokjin yang tatapnya sendu.
Mengingat seseorang yang telah tiada itu menyakitkan.
Seolah ada lubang dalam hati yang tidak bisa ditambal oleh apapun.
Lubang yang kadang menggerogoti hati itu sendiri.
"Bunuh diri karena hamil di luar nikah, ia membenci dirinya sendiri lebih dari membenci keluarganya yang terlihat sempurna." Ucap Seokjin yang masih mengingat setiap detail yang dikisahkan ibunya tentang gadis itu.

"Kebencian pada diri sendiri, sama seperti yang dilakukan oleh Namjoon sekarang." Komentar Jimin yang merasa bahwa dadanya begitu sesak.
Ia jadi teringat Karina,nya.
Meski Karina tidak meninggal bunuh diri, Jimin jadi merindukan lebih banyak kepada mendiang istrinya.

"Apa Perth akan menemui Namjoon?" Tanya Seokjin memecah keheningan yang sejenak tercipta.
"Aku tidak yakin, saat Narendra mengajaknya ia jadi diam dan tidak menjawab. Padahal Namjoon sangat merindukannya." Ucap Jimin membuat Seokjin menghela nafas panjang.
"Lalu bagaimana tentang Min Yoongi?" Tanya Seokjin yang sudah tahu Yoongi berada di Renjana.

Jimin menatap Seokjin sambil menghela nafas.

"Dia belum tahu keberadaan Namjoon, mungkin juga dia tidak ingin menganggu ya. Konsisten pada meninggalkan Namjoon." Ucap Jimin apa adanya.
"Aku sudah paham alasannya pergi, itu perintah dari Orangtua Namjoon, mereka berdua masih trauma pada hubungan anak pertama mereka yang tidak mereka tahu. Dan Namjoon hanya jadi pelampiasan kehilangan dan rasa sakit mereka." Ucap Seokjin membuat Jimin mengerti.

"Mereka bertiga menghadapi kehilangan dengan cara yang berbeda." Ucap Jimin berusaha memahami ketiganya dari masing-masing sisi.

Seokjin mengerti meski ia tidak tahu apakah pada akhirnya hanya karena saling menyakiti, mereka bertiga justru saling melukai.

Namun mengapa? Saat tidak ingin menyakiti, justru menjadikan seseorang terluka lebih banyak?

...

Tbc

Renjana (Yoonnam)Where stories live. Discover now