Episode 13: Crow

27 4 3
                                    

"Teman menjadi musuh? Siapa yang kau maksud itu?" tanyaku.

"Kau akan segera mengetahuinya, itu akan terjadi lusa," jawab Soobin.

"Kenapa kau tidak memberitahukannya saja padaku? Kalau kau memberitahuku tentang apa yang kau lihat, kita bisa mencari jalan agar itu tidak terjadi!"

"Itu percuma saja hyung, karena kebanyakan apa yang ku lihat itu merupakan hal yang mutlak atau tidak bisa diubah. Jadi, walau aku sudah memberitahu hyung tentang apa yang kulihat barusan, itu akan tetap terjadi dan tidak bisa diubah."

"Jika semua yang kau lihat itu tidak bisa diubah, lalu apa gunanya kau memiliki kemampuan itu? Jadi katakan sa-"

"Tunggu, apa maksudmu tadi?" tanya Soobin.

"Jika masa depan yang kamu liat tidak bisa diubah, maka kemampuanmu itu sama sekali tidak ada gunanya. Intinya kau memiliki kemampuan itu karena mampu mengubah apa yang kau lihat itu. Jadi, siapa orang yang akan membuatku terpuruk seperti itu?"

"Baiklah, aku akan memberitahumu. Jadi orang yang kulihat itu adalah-"

Belum sempat Soobin menyebut nama orang tersebut, tiba-tiba saja Beomgyu datang menghampiri kita sambil berlari lalu berkata, "Hyung! Kai sudah sadar!"

Mendengar itu, aku dan Soobin merasa sangat senang, lalu aku langsung berkata, "Benarkah? Kalau begitu, ayo kita pergi melihatnya sekarang!"

Kita bertiga pun berlari menuju kamar Kai untuk melihat keadaannya yang sudah sadar dari pingsannya. Setelah sampai dan membuka pintu kamar, ternyata apa yang dikatakan Beomgyu benar, Kai sudah sadar dari pingsannya dan sedang mengobrol dengan Taehyun.

Soobin yang melihat Kai sudah sadar pun berlari ke arahnya kemudian memeluknya sambil tersenyum lalu berkata, "Kai! Akhirnya kau sadar juga. Saat kau pingsan kami semua merasa sedih karena takut kau kenapa-napa."

"Aku juga senang melihat kalian lagi, hyung! Saat terbangun, aku sangat mengkhawatirkan keadaan kalian semua. Tapi untungnya, Beomgyu dan Taehyun segera menjelaskan semuanya kepadaku," ucap Kai sambil tersenyum balik kepada Soobin.

Melihat itu, aku pun ikut tersenyum juga. Namun, tiba-tiba saja ada suara yang seperti menabrak sesuatu. Aku dan yang lain pun terkejut mendengar suara tersebut.

"Suara apa itu?!" ujarku.

Ternyata suara itu berasal dari jendela kamarnya Kai, terlihat kaca jendela itu pecah dan juga ada darah di setiap garis pecahnya.

"Bercak darah?! Apa yang sebenarnya terjadi?" ucap Kai.

"Baiklah, kalian tenang saja terlebih dahulu. Jadi, siapa yang mau mengeceknya?"

Karena mendengar pertanyaanku, semuanya menggelengkan kepala tanda tidak mau mengecek jendela tersebut.

"Kenapa kalian tidak mau mengeceknya?"

"Kami semua takut untuk mengeceknya, hyung. Bagaimana denganmu?" tanya Beomgyu.

Karena tidak ada yang mau mengeceknya, akupun mulai memberanikan diri untuk mengecek jendela tersebut meskipun sedikit takut juga, "Yasudah, biar aku saja yang mengeceknya, kalian disini saja."

"Hati-hati, hyung," ujar Soobin.

Aku berjalan pelan-pelan menuju jendela tersebut. Darah yang berada di setiap garis pecah jendela itu mulai menetes ke bawah. Setelah berada di dekat jendela itu dan melihat ke bawah, ada hewan yang ternyata sudah mati, terlihat hewan itu berwarna hitam dan banyak darah yang keluar dari tubuh hewan tersebut, akupun langsung berasumsi bahwa hewan itu yang tidak sengaja menabrak jendela kamar Kai hingga pecah.

"Apa yang kau temukan, hyung?" ujar Taehyun.

"Tidak ada sesuatu yang mengerikan, hanya menemukan hewan yang sudah mati disini. Aku juga yakin kalau hewan ini yang tidak sengaja menabrak jendela hingga pecah."

Karena penasaran hewan apa yang ku maksud itu, Taehyun pun mulai berjalan menuju jendela lalu melihat hewan tersebut.

"Itu hanya seekor burung, Burung Gagak lebih tepatnya," ucap Taehyun.

"Burung Gagak? Kenapa bisa menabrak jendela ini sampai pecah?"

"Apa hyung tidak pernah melihat burung ini?"

"Tidak, baru kali ini aku melihatnya, apa kau tau sesuatu tentang burung ini, hyun?"

"Ya, aku tahu burung ini. Burung Gagak adalah burung terpintar di dunia ini, tapi sebagian orang yakin kalau burung ini datang adalah suatu pertanda buruk."

"Pertanda buruk? Seperti apa?"

"Seperti jika mendengar suara atau melihat burung ini, maka akan adanya peristiwa buruk atau musibah yang akan menimpa orang yang mendengar atau melihatnya, bahkan tanda adanya kematian."

"Kematian? Apa kau percaya itu?"

"Tentu saja tidak, karena aku percaya takdir semua manusia sudah ditentukan oleh Tuhan. Jika saat burung itu datang dan kita meninggal, itu sudah takdirnya."

"Jadi, hewan apa yang kau temukan tadi, hyung?" tanya Kai.

"Itu hanya seekor Burung Gagak, jadi kalian tidak perlu khawatir," jawabku.

"Syukurlah kalau begitu," ujar Soobin.

"Kita harus membersihkan jendela dan menyingkirkan bangkai burung itu terlebih dahulu."

"Biar aku saja yang mengurusnya, hyung," sambung Taehyun.

"Apa kau yakin?"

"Ya, kalian disini saja, biar aku yang menyingkirkan dan membersihkan darah di jendela itu."

Taehyun langsung jalan keluar rumah untuk membersihkan dan menyingkirkan bangkai Burung Gagak yang ada di luar, sedangkan kita berempat tetap berada di kamar sesuai perkataannya.

"Kai, apa kau baik-baik saja?" tanyaku.

"Aku baik-baik saja hyung, tidak perlu khawatir, tapi jujur saja saat Mort menyikut perutku, itu sangat sakit sekali."

Mendengar jawaban Kai itu, aku pun mulai ingat kembali kalau luka yang Kai derita sudah disembuhkan oleh Beomgyu, hanya saja lukanya dipindahkan ke tubuhnya. Aku pun menghampiri Beomgyu kemudian menanyai keadaannya dengan berbisik, karena yang lain tidak boleh tahu tentang Beomgyu yang memindahkan luka Kai ke tubuhnya.

"Gyu, apa kau sudah baikan?"

"Ya, aku tidak apa-apa, hyung. Penyembuhanku sedikit lebih cepat daripada manusia biasa, lukanya akan sembuh beberapa jam lagi, jadi jangan khawatir," jawab gyu.

Aku mengangguk mendengar jawaban Beomgyu. Namun, aku masih takut dan khawatir dengan apa yang Taehyun katakan tentang Burung Gagak itu nyata atau tidak.

Di sisi lain, Taehyun sudah sampai di tempat bangkai Burung Gagak itu berada. Bukannya langsung menyingkirkan bangkai tersebut, dia malah mengambil posisi jongkok sambil melihat bangkai tersebut.

"Sudah waktunya, ya."

- To Be Continued

Evil Magic || TXTWhere stories live. Discover now