"Vin kamu sadar nggak sih kalo Inara itu lebih tua dari kamu?"

"Iya terus kenapa mih, apa lah arti umur orang kita juga bedanya cuman 4-5 tahunan"

"Astaga Davin!! Emang nggak ada cewek yang seusia kamu hah sampe harus cari yang lebih tua"

"Mih aku mau nya Inara bukan yang lain"

"Inara itu lebih cocok sama Arka dari pada sama kamu"

"Inara punya aku nggak usah bawa bawa Arka"

"Sudah kita selesaikan masalah ini nanti" Ucap papihnya Davin final.

Tiga hari setelah kejadian dimana mereka berdua kepergok. Hubungan keduannya pun cukup merenggang bukan sebenarnya Inara lah yang menjauh dari Davin. Semua pesan tidak di balas oleh Inara bahkan ketika Davin menelponnya pun Inara dengan sengaja me-reject. Inara hanya butuh sendiri untuk saat ini, apa lagi hubungan Inara dan keluarganya pun ikut merenggang sudah beberapa hari ini kedua orang tuanya masih mendiami Inara memanggil ketika makan saja itu pun sang ayah tidak pernah mau makan bersamanya. Ayah Inara masih kecewa, bukan pada sang putri tapi pada dirinya yang tidak bisa menjaga putri semata wayangnya.

Hari ini entah ada keajaiban apa ibu Nisa mengetuk pintu kamar Inara lalu senyum yang dulu selalu menghiasi wajahnya kini kembali lagi apa lagi senyum itu di berikan pada Inara. Sang ibu datang tidak dengan tangan kosong, melainkan ada satu paper bag di tangannya. Inara memicingkan matanya melihat logo yang ada dalam paper bag ini. Semakin mendekat Inara semakin yakin kalo itu brand milik tempatnya bekerja Nona Rose.

"Ra lihat ibu nemu baju bagus, kayanya cocok deh di kamu" Memberikan paper bag itu.

"Coba deh pake dulu pengen tau beneran cocok atau nggak?" Walaupun sedikit ragu dengan sikap ibu Nisa yang terlihat biasa saja padahal Inara tau seberapa kecewanya wanita itu kemarin.

"Tuh kan cocok ibu kamu tuh nggak pernah salah kalo soal pilihin kamu baju"

"Udah nanti malem kamu pake baju itu aja ya" Sambungnya.

"Ma--malem?"

"Iya malem bakal ada tamu harus dandan yang cantik pokonya walaupun ya bunda juga tau kalau kamu itu cantik dari sananya kan nurun dari ibu" Ceriwis, ini lah ibu Nisa nya yang sesungguhnya. Inara langsung memeluk tubuh bunda nya hangat.

Benar seperti yang tadi siang Inara dengar dari ibu Nisa. Kalau malam ini keluarganya kedatangan tamu tapi siapa sangka kalau tamu itu adalah keluarga Davin dengan formasi lengkap, mamih papihnya, Davin dan juga Arka.
Jujur Inara belum sanggup bertemu mereka, mata Inara sengaja ia turunkan tidak mau menatap ke arah depan. Berbeda dengan Davin yang terus menatapnya dalam ada pancarkan kerinduan yang Davin keluarkan bukan cuman itu Davin juga merasa sedih mengingat komunikasi di antara mereka terhenti.

"Jadi kedatangan kita kesini mau meminta maaf sebesar-besarnya atas semua yang sudah Davin lakukan pada Inara."

"Kami tau permintaan maaf tidak akan cukup bagi kalian dan tidak akan mengembalikan apapun, maka dari itu kita sepakat untuk mengambil tindakan untuk bertanggungjawab" Papih Davin berbicara dengan tegas dan to the point.

Jujur Davin tidak tau apa apa dengan rencana keluarganya tapi Davin cukup lega dengan keputusan apa yang diambil keluarganya. Itu berarti Davin akan segera memiliki Inara seutuhnya. Tapi kata kata berikutnya membuat nafas Davin tidak beraturan.

"Kami akan menikahkan Inara dengan Arka"

"Hah? Kenapa Arka? Mungkin maksud papih itu Davin?"

"Tidak vin, keputusan kita sudah bulat bahwa Arka lah yang akan bertanggungjawab atas apa yang kamu lakukan dan ini juga sudah di setujui oleh orang tua Inara" Kali ini mamih Melda lah yang berbicara nada bicaranya tenang memastikan anak bungsunya menerima semua keputusan yang ada.

"Tapi mih kenapa Arka? Davin juga bisa bertanggungjawab dengan Inara? Davin juga bisa nikahin Inara" Kali ini Davin sudah mulai emosi.

"Kamu mau ngasih makan Inara dengan apa Davin"

"Mih Davin punya usaha, perusahaan davin juga lagi berkem--"

"SUDAH!" Ucap tegas papihnya Davin membuat ibu dan anak itu terdiam.

"Kita selesaikan masalah ini di rumah, apa kalian tidak malu sama keluarga Inara" Setelah pamit dari keluarga Inara kekeruhan keluarga itu berlanjut. Davin benar benar tidak habis pikir dengan keputusan orang tuanya.

"Udah vin lo terima aja keputusan yang ada, toh ini juga keputusan terbaik buat Inara" Ucap Arka kali ini ikut berbicara.

"Tau apa lo tentang Inara hah?" Emosi Davin sudah di ujung, dia mendekat dan meremas kerah Arka kuat siap menghajar laki laki di depannya kapan saja.

Arka tersenyum miring tanpa takut dan menimpali kata kata Davin dengan entengnya.

"Gue kenal Inara lebih dulu dari pada lo"

"Gue juga tau kalo Inara suka gue"

Bugghh

Satu pukulan Davin daratkan di muka tampan Arka yang membuat mamahnya histeria melihat itu.

"Lo kira Inara bakal suka sifat lo yang kaya gini" Tanpa takut di hajar lagi Arka kembali berbicara memancing emosi Davin.

"Lo nggak cocok jadi suami Inara, dengan tangan kasar lo kaya gin--"

Bugghhh

Bugghhhh

Davin hanya ingin meluapkan kesedihannya walaupun ia tau cara ini salah. Davin kehabisan kata kata untuk membalas Arka makanya dia akan membuat laki laki itu terdiam dengan pukulannya.

"Lo udah ambil semuanya dari gue, please jangan ambil Inara. Dia satu satunya buat gue" Mata Davin sayu dia terduduk lemas melihat Arka di pinggirnya dengan beberapa lebam yang di buatnya.

"Sorry tapi gue mau Inara" Balas Arkan.

Bughh..

***

Gimana ini readersss yang mau married sama Inara ternyata Arka bukan Davin huhu atau kalian sebelumnya udah ngira ini???

Yukk komen gaes yang kesel sama Arka. Oh iya mau nanya kalo chapter tujuan di kalian masih publish atau budh berubah jadi unpublish soalnya di aku tiba tiba berubah jadi draft lagi.

One Night Change ItWhere stories live. Discover now