29 [ Topeng ]

181 31 33
                                    

Junkyu membawa gue menjauh dari kerumunan, kami berdua masuk ke kamar Junkyu. Terdengar suara pintu ditutup dengan kencang.

"Kenapa lo pacaran sama dia sih?" tanya Junkyu sambil melepas tangan gue dengan kasar.

Gue memejamkan mata gue, berusaha menahan emosi di hadapan Junkyu. Berusaha sebisa mungkin tidak mengeluarkan sumpah serapah di hadapan laki-laki yang membuat hati gue sakit saat ini.

"Dia itu gak baik buat lo, Kana!"

"Tahu darimana dia nggak baik buat gue?"

Pertanyaan gue barusan tidak dijawab langsung oleh Junkyu. Ia seperti ragu untuk menjawab pertanyaan gue.

"Lo yang nggak baik buat gue! Lo yang seenaknya ninggalin persahabatan kita karna pacar baru lo itu! Lo udah nggak peduli lagi sama gue, ingkar janji sama gue, dan lo udah nyakitin perasaan gue!"

Semua ucapan yang tentu berasal dari hati gue berhasil terluapkan. Entah apa yang Junkyu pikirkan sekarang, gue memutuskan meninggalkan Junkyu sendirian di kamar.

"Bukan Hyunjin yang jahat, tapi lo. Seharusnya gue nggak pernah ketemu lo sejak awal, Junkyu"

***

Sudah hampir sebulan berlalu semenjak kejadian di rumah Junkyu. Hubungan gue dan Junkyu benar-benar sudah usai, bahkan hubungan gue dengan Ryujin, Noa, dan Mashiho pun perlahan-lahan mulai merenggang.

Entah karena waktu dan keadaan, gue lebih banyak menghabiskan hari-hari gue dengan Hyunjin. Tidak lama setelah kejadian ulang tahun Junkyu, gue dan Hyunjin resmi berpacaran.

Gue menerima Hyunjin karena gue tidak ingin kalah dari Junkyu. Meskipun gue tahu bahwa tindakan ini nggak benar, tapi gue ingin menunjukkan kepada Junkyu bahwa gue bisa bahagia tanpa kehadiran Junkyu disisi gue.

Seperti saat ini, gue dan Hyunjin makan berdua di kantin. Disisi seberang, gue bisa merasakan tatapan dari Junkyu, Minju, Noa, Ryujin, dan Mashiho ke meja kami.

"Kana, nanti pulang sekolah mau ke rumah aku nggak? Kita belajar bareng buat ulangan besok" tanya Hyunjin.

Gue menganggukan kepala dengan semangat mendengar tawaran Hyunjin. Lelaki di hadapan gue saat ini pun tersenyum dan mengacak-acak rambut gue dengan pelan.

***

Sesampainya gue di rumah Hyunjin, gue masih nggak berhenti membuka mulut gue saking takjubnya dengan kondisi rumah Hyunjin.

Interior mewah dan kelihatan mahal, beberapa mobil mewah yang terparkir di halaman depan, serta beberapa asisten rumah tangga yang berseragam rapi membuat nyali gue semakin ciut.

"Ini gue nyasar di drakor nggak sih?"

Tanpa sadar ucapan yang seharusnya gue ucapkan dalam hati justru terucap melalui mulut, hal ini membuat Hyunjin tertawa kencang.

Hyunjin berjalan ke hadapan gue dan mulai mencubit pipi gue dengan gemas, "Nggak kok! Bukan drakor, webtoon, au, atau wattpad. Ini beneran di dunia nyata"

Gue sedikit malu dengan kelakuan gue barusan, kan jadi terlihat norak di hadapan Hyunjin. Sedangkan lelaki di hadapan gue kini sedang meminta salah seorang asisten rumah tangganya untuk menyiapkan minuman dan makanan.

"Kita belajar di ruangan ini yuk!" ajak Hyunjin sambil menarik tangan gue, menuju ke sebuah ruangan yang mirip seperti ruangan kerja.

"Tunggu disini dulu ya, aku mau ke lantai atas. Mau ganti baju" ucap Hyunjin dan meninggalkan gue sendirian di dalam ruangan kerja tersebut.

Tidak berapa lama kemudian, gue bisa mendengar ketukan pintu dan asisten rumah tangga muncul bersamaan dengan nampan berisi minuman dan makanan sebagai cemilan untuk kegiatan belajar hari ini.

Gue meminum minuman soda dan menyantap beberapa kukis sembari mengabarkan mama gue bahwa gue sedang belajar bersama di rumah Hyunjin dan sepertinya akan pulang telat ke rumah. Gue juga share location gue saat ini kepada mama.

Sudah sekitar 15 menit gue menunggu namun masih belum ada tanda-tanda Hyunjin muncul. Sambil menunggu Hyunjin, gue memutuskan mengelilingi ruang kerja yang cukup luas tersebut.

Banyak buku-buku politik, hukum, dan keuangan di rak buku. Beberapa vas bunga kecil di sekitar meja kerja dan ada satu pigura foto yang ternyata merupakan foto keluarga Hyunjin.

Gue menatap foto itu lumayan lama, hingga akhirnya gue menyadari sesuatu.

"K-k-kenapa bisa?"

Foto pelaku penculikan gue, ada di pigura foto tersebut. Foto yang menampilkan ayah Hyunjin dengan setelan rapi dan senyum gagahnya.

Saking gemetarnya, tangan gue tidak sadar menjatuhkan pigura foto tersebut yang menyebabkan serpihan kaca tersebar kemana-mana.

Ditengah kekalutan pikiran gue, pintu ruang kerja terbuka dan Hyunjin berdiri disana. Melihat kondisi gue yang saat ini sudah terduduk lemas dengan seluruh badan yang bergetar, Hyunjin segera menghampiri gue.

"Kana! Kamu gapapa?" tanya Hyunjin dengan nada panik dan khawatir.

Gue berusaha menguatkan diri gue sebisa mungkin. Gue menganggukan kepala dengan perlahan-lahan. Hyunjin membantu gue berjalan menuju ke salah satu sofa dan berusaha menenangkan gue.

"Kamu kenapa? Kok kaget begitu habis liat pigura foto?" tanya Hyunjin sambil berusaha menyeka air mata yang perlahan mulai turun dari wajah gue.

Gue hanya bisa terdiam, badan gue masih bergetar hebat. Pengalaman mengerikan terkait kasus penculikan itu kembali terngiang di kepala gue.

"Habis lihat foto Papa ya?" tanya Hyunjin kepada gue. Membuat gue terdiam, tidak bisa menjawab pertanyannya. Air mata gue terus menerus keluar semakin deras.

"Yah gagal deh surprise-nya. Padahal gue mau liat ekspresi lo"

Ucapan Hyunjin barusan membuat gue bingung. Kenapa dia tiba-tiba berubah begini?

Hyunjin tertawa kecil melihat keadaan gue, "Kana, lo itu bego banget ya. Semudah ini lo masuk ke perangkap gue loh! Nggak sia-sia usaha gue buat jauhin lo dari Junkyu. Minju harus gue kasih bonus lebih nih" ucapnya.

"A-apa sih maksud lo? Gue nggak paham"

"Gue deketin lo karena mau balas dendam. Lo kira gue bakalan naksir sama lo? Nggak sama sekali. Lo udah ngehancurin keluarga gue, gara-gara lo papa gue sekarang di penjara!"

Ucapan Hyunjin barusan membuat gue benar-benar tidak bisa berkata apa-apa. Pikiran gue kalut, gue bingung harus seperti apa disaat ini?

Hyunjin mengeluarkan handphone-nya dan mulai mengetik sesuatu, "Gue mau lihat kelakuan pahlawan kesiangan lo si Junkyu itu. Gimana ya reaksinya kalau tahu gue kurung lo disini?"

Gue segera mengambil handphone milik Hyunjin, namun semua perlawanan gue sia-sia. Hyunjin mendorong gue dengan keras dan membuat kaki gue keseleo.

"Coba kita lihat, gimana ya reaksi Junkyu setelah lihat keadaan lo yang kayak gini? Gue penasaran" ucap Hyunjin sambil tersenyum dan mulai memfoto gue, dengan kondisi gue yang sangat berantakan saat ini.

Send messages to:

Kim Junkyu

Already sent!

***






















































Terkait penculikan Kana, udah pernah aku spill di eps 7 [Hujan] yaa!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tetangga [ Kim Junkyu ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang