🌹

74 5 7
                                    

"Mati rasa terkadang membuat hati ini gelisah, tapi tidak tau apa yang sebenarnya diri ini inginkan. Sakit yang tak terlihat terkadang membuat ku mendesis tanpa suara."

🌹 ➿🌹

Sepasang suami istri itu sedang berada didalam mobil dengan segala keterdiamannya tidak ada yang ingin memulai pembicaraan.

Nara melirik Edric yang sendiri tadi hanya bermain dengan iPad nya tanpa memperdulikan bahwa dirinya masih berada disampingnya. Ia mendengus kesal dan membuat Edric meliriknya sesaat dan setelah itu kembali melanjutkan aktivitas nya.

"DANU." panggil Nara dengan sedikit berteriak membuat orang yang berada didalam mobil itu terkejut dan menatap Nara aneh.

"Iya nona! Saya mendengarnya, anda tidak perlu berteriak seperti itu. Telinga saya masih berfungsi dengan baik nona." Balas Danu dengan sedikit kesal, apa gadis itu pikir dia tuli dengan memanggil nya saja harus berteriak seperti itu.

"Diam kau! Berapa lama lagi kita akan sampai. Aku sangat ingin Mandi, rasanya tubuhku sangat lengket." Ketus Nara membuat Danu melirik bosnya sinis dari kaca spion.

"Beberapa menit lagi nona." Balas Danu datar dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Sudah sampai nona." Lanjut Danu membuat Nara melotot tak percaya.

"Bagaimana bisa!." Lirih Nara masih dengan keterkejutan nya.

"Eh." Nara terkejut karena sudah mendapati Edric berada di luar mobil dan berjalan menuju rumah sederhana minimalis dengan taman bunga mawar merah di depannya.

"Dasar pria itu!." Kesal Nara dengan membuka pintu mobil dan mengejar Edric yang berjalan dengan cepat didepannya.

"Hei! Ed! Tunggu!." Panggil Nara dengan sedikit berlari.

Nara menarik baju Edric hingga membuat langkah kaki pria itu terhenti dan menatap datar gadis itu.

"Ada apa denganmu?." Tanya Nara dengan menatap intens mata hitam yang sangat mirip seperti miliknya.

Edric mengerutkan keningnya, "saya tidak apa-apa." Jawab Edric cuek dan melepaskan tangan Nara yang bertengger di bahunya dan melangkahkan kakinya memasuki rumah minimalis itu.

Nara mengedipkan bahunya acuh dan menggerutu kesal dan melenggang memasuki rumah itu mengikuti Edric. Ia menatap takjub ruangan didalamnya karena berbeda sekali dengan apa yang ia lihat dari luar. Ruangan itu didesain dengan gaya klasik ala Eropa dan beberapa pajangan barang-barang antik yang berjejer di atas meja maupun di etalase kaca.

"Jika ini dijual pasti harganya sangatlah mahal." Guman Nara dengan menyentuh barang-barang antik berbentuk guci dan sebuah kamera usang di atas meja yang ditata rapi dengan sedemikian rupa nya.

Jiwa pencurinya tiba-tiba datang didalam otaknya hingga keinginannya untuk membabat habis semua barang antik itu dan ia akan menjualnya pada Roy. Pasti uang Yang akan ia dapatkan sangatlah fantastis.

"Jauhkan pikiran liar mu itu!." Ucapan Edric tiba-tiba membuat Nara cengengesan dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Hehe kau tenang saja! Mana berani aku mencuri darimu." Kekeh Nara membuat Edric hanya menggelengkan kepalanya.

Pria itu melemparkan amplop coklat pada Nara dan dengan sigap ia menangkap nya. Ia menatap amplop itu dan Edric secara bergantian.

"Apa ini?."

"Anak buah saya yang memberikannya."

Nara membolak-balikkan amplop coklat itu dan membukanya dengan perlahan.

Cinta Bos MafiaWhere stories live. Discover now