Gadisku

61 6 0
                                    

🌹➿🌹

"Amel apa yang terjadi pada tuan?." Tanya Danu tak sabaran.

"Dilihat dari kondisinya ia mengalami panik attack." Balas Amel dengan memperhatikan dan mengawasi wajah Edric dengan intens.

"Aku tau! Tapi kenapa ini terjadi. Bukankah kau mengatakan bahwa tuan sudah sembuh dari traumanya itu."

"Aku tidak mengatakannya sudah sembuh total Nu! Lima tahun yang lalu bos memang sudah dinyatakan sembuh dan berhasil melawan rasa trauma nya. Tapi hal itu tidak bisa menjadi patokan bahwa tuan dapat terhindar dari rasa traumanya. Banyak hal yang dapat memicu nya datang kembali. Untuk sementara waktu aku akan berada disini dan mengawasi perkembangannya." Terang Amel panjang lebar membuat Danu dan Ronald mengangguk paham.

"Lalu bagaimana dengan kondisi tuan selanjutnya! Apakah dia butuh terapi lagi?." Tanya Danu gelisah.

"Untuk saat ini aku masih belum bisa memberi kepastian! Setelah bos sadar aku akan berusaha menanyainya dan menanyakan apa yang menyebabkan nya pingsan seperti ini." Balas Amel sambil berdiri dari duduknya.

"Sepertinya gadis itu sangat berarti bagi bos." Lanjut Amel membaut Danu dan Ronald menatap Haura yang belum sadar dari pingsannya.

"Aku harap tidak." Balas Danu cepat membuat Ronald dan Amel menatapnya aneh.

"Apa maksudmu NU?." Tanya Ronald.

"Kalian tak perlu tau." Kesal Danu.

"Sudahlah! Aku akan pergi ke markas untuk bertemu Malvin dan Gavin." Tukas Amel dengan menenteng tasnya.

"Ayo! Aku akan mengantarmu." Ucap Ronald mendapat anggukan dari Amel.

Mereka berdua pun segera keluar dari kamar itu dan meninggalkan rumah lantai dua milik Edric dan segera melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah mewah itu.

.

Haura mengerjapkan matanya dan berusaha untuk mengumpulkan kesadarannya. Ia menatap sekitar dan saat sekelebat ingatan dimana ia berada di sebuah kamar dengan rantai mengikat tangan dan kakinya langsung menghantuinya. Ia bergerak gelisah dan terkejut saat mendapati tubuh seorang pria yang sedang memejamkan mata disampingnya.

"Bun! Bunda kau dimana! Bang Ken Ara takut bang hiks!." Tangis Haura dengan membekap mulutnya Agar suaranya tak menganggu dan membangunkan pria itu.

Haura berdiri dan bangkit dari ranjang ia bergerak gelisah dan mondar-mandir tak jelas. Pikirannya kacau yang membuat gadis itu tak bisa berpikir jernih.

"A-aku harus pergi dari sini! Ya aku harus pergi! Tidak, aku harus melenyapkan pria ini. Pria ini sudah berani menyentuhku." Guman Haura dengan Suara serak.

Haura mengambil gunting yang ada di meja rias dan segera berjalan cepat ke arah seorang pria yang sedang berbaring di atas ranjang.

Deg

Haura dengan sekuat tenaga dan mental ia segera mengayunkan gunting itu dan hendak menancapkan nya tepat pada dada kirinya. Pergerakannya terhenti dan melemparkan gunting itu ke sembarang arah ia meringkuk ketakutan dan tubuhnya bergetar hebat.

"Ti-tidak! Aku tidak bisa membunuhnya! Bun, bang Ken Ara takut."

"A-aku gak mau jadi pembunuh hiks."

"Aku akan pergi dari sini."

Haura bangkit dan segera mengawasi situasi di luar jendela. Dapat ia lihat banyaknya para penjaga yang berseliweran dan berjaga-jaga di bawah sana. Haura menggigit kukunya dan berusaha untuk berpikir.

"Bagaiman aku bisa keluar dari sini."

Pandangan Haura tertuju pada jam ditangannya yang menunjukkan pukul 12.47 membuat Haura tersenyum dan segara menuju walk-in closet. Ia berganti baju dengan mengenakan celana hitam polos dan jaket kulit hitam dan masker diwajahnya.

Cinta Bos MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang