31

55.2K 5.1K 1.3K
                                    

A Frozen Flower
Sekuntum bunga yang beku
🥀

1,8k vote - 1,2k komen for the next chap•

Setelah acara makan malam selesai...

Launa dan Jeff sudah pergi lebih dulu meninggalkan restoran itu, kini, tersisa Alzion dan Laura yang duduk dalam keheningan.

"Aku punya hadiah untukmu," kata Laura, setelah mereka terdiam cukup lama.

Alzion yang semula berfokus pada ponselnya kontan menoleh ke arah Laura, pria itu merespon dengan menaikan sebelah alisnya. "Apa itu, sayang?" Sahutnya lembut, walau masih ada sisa-sisa kemarahan di hatinya karena Laura baru memberitahunya tentang saudari kembarnya. Tapi, tetap saja, ia paling tidak bisa marah pada Laura. Karena bagaimanapun, Laura adalah perempuan yang sangat dicintainya, saat ini.

Dengan senyum manis yang memoles indah, Laura mengeluarkan sebuah amplop dari tas slempangnya. Tangannya terulur memberikan benda itu pada Alzion.

Alzion terdiam sejenak, dan tangannya mengambil amplop itu dari tangan Laura. Ia buka perekatnya, lalu mengeluarkan isinya satu persatu.

"Congratulation! You are going to be a Daddy!" Seru Laura merentangkan kedua tangannya, menyambut ekspresi keterkejutan Alzion kala melihat isi dari hadiah yang dimaksudnya.

Alzion menaikan pandangan, menatap ke arah wajah cantik Laura yang berseri bahagia. Namun, setitik perasaan ganjal meliputi dadanya. Harusnya ia ikut bahagia, 'kan? Karena memang ini tujuannya, ia ingin Laura cepat hamil anaknya agar wanita itu tidak pergi darinya. Tapi—kenapa Alzion sulit sekali menggapai rasa bahagia yang sama seperti yang dialami Laura?

Alzion menarik sudut bibirnya paksa, tak tega melunturkan kebahagiaan Laura. Pria itu lalu menarik Laura dalam pelukan, dan dibalas pelukan tak kalah erat olehnya. "Are you, happy?" Tanya Laura, menyandarkan pipinya di dada Alzion.

"Hm. I'm happy, darling. Thanks for everything," sahut Alzion terdengar begitu tulus, membuat Laura semakin bahagia.

Namun berbeda dari sangka Laura, Alzion mengatakannya tanpa ekspresi. Iris gelapnya menatap lurus ke depan, dengan ribuan makna tak terjemah. Di tengah pelukan ini, bayangan saudari kembar Laura yang tersenyum manis di hadapannya tadi, saat perempuan itu bercanda dengan kekasihnya beberapa menit yang lalu, melintas begitu saja. Hal itu membuat hati Alzion diliputi kegelisahan.

Makin kuat keinginannya untuk mengambil Launa, walau ia tidak tahu untuk alasan apa, dan untuk memenuhi rasa penasaran yang mana. Yang Alzion tahu, ia harus memberi minum sesuatu yang membuatnya dahaga. Seperti kemunculan Launa malam ini.

Alzion mengurai pelukan dengan pelan, seakan tidak mau menyakiti calon pengantinnya. Ia usap pelipis Laura dengan lembut seraya berkata, "Kau pulang dulu diantar supir, ya? Aku harus kembali ke kantor, ada beberapa dokumen yang harus aku selesaikan."

Laura memberengut mendengar ucapan pria itu. "Kita akan menikah lusa, dan kau masih saja menduakanku dengan pekerjaanmu itu?!" rajuk Laura.

Namun kali ini, Alzion tidak menggubrisnya. Pria itu justru langsung mengetik pesan di ponselnya, dan tak lama muncul supir Alzion untuk menjemput calon istrinya.

"Supirnya sudah datang, jadi, aku pergi dulu. Jaga kesehatan, okay!" Ucap Alzion mengecup bibir Laura, sedikit melumat dan beranjak dari sana. Laura ingin menahan, namun ia urungkan, tangannya yang sempat terangkat keudara ia turunkan kembali dan tersenyum tipis.

A Frozen Flower [ Terbit ]Where stories live. Discover now