30

56K 5.7K 1.3K
                                    

A Frozen Flower
Sekuntum bunga yang beku
🥀

•1,5k vote - 1k komen for the next chapter•

"Kenapa kau tidak bunuh aku sekalian?!"

Alzion masih diam, pria itu menatap Launa dengan sorot mata tak terdefinisikan. Berantakan kacau kepalanya, meledak-ledak bersamaan dengan gemuruh dadanya meminta ruang untuk pelepasan.

Deru nafas Launa terdengar kasar, perempuan itu juga memiliki kemarahan yang sama. Ketidakterimaan atas sikap keji pria itu pada kakaknya yang begitu kejam dan tidak manusiawi. Bagaimana bisa pria itu dengan mudahnya membunuh anaknya sendiri?

"Kau ingin aku membunuh wanita hamil untuk kedua kalinya Launa?" Tanya Alzion di sisa-sisa kesabarannya. Nadanya pelan, namun saat akan peringatan. Mencoba sebisa mungkin menahan gejolak kemarahan, saat Launa dengan gamblang memanggil jiwa iblisnya tertampakan.

Mata Launa bergerak turun melihat ke arah perutnya yang besar, kontan ia baru mengingat bahwa dirinya pun tengah hamil. Menanggung nyawa-nyawa putra putrinya.

Launa kembali menaikan pandangan, ditengah matanya yang berkaca basah ia tertawa pelan. "Kalau begitu, aku yang akan membunuhmu!"

Tangan Alzion spontan menahan tinjuan yang dilayangkan Launa padanya. Pria itu menusuk Launa lewat tatapan matanya. Menikam tajam membuat Launa menelan saliva. Namun kemarahan dalam dada Launa membuatnya berani membalas tatapan Alzio, walau dengan matanya yang bergetar.

"Jangan berlebihan Launa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jangan berlebihan Launa. Mau kau mengamuk padaku sekalipun, Laura tidak akan pernah kembali," ucap Alzion, rendah sarat akan peringatan. Ia tatap dalam-dalam mata Launa, lalu membuang tangannya melepaskan cekalan.

"Laura made a mistake, and every mistake must be punished as atonement."

Launa tertawa ditengah air matanya yang jatuh kesekian kali. "Aku semakin yakin, bahwa kau—," Launa menunjuk dada Alzion. "Kau adalah iblis yang diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk menjelma menjadi seorang manusia!" Tuding Launa dengan gigi mengancing marah.

Tangan Alzion mengepal, gemuruh di dadanya membara-bara. Ia paling tidak suka membahas prihal Laura, tapi sekarang, dirinya justru disuguhkan perdebatan ini.

Alzion memejamkan matanya sejenak, menahan diri untuk tidak melukai Launa. Beban pikiran yang mengantam kepalanya membuat pria itu mudah terserang emosi. Problem perusahaannya prihal kemerosotan saham saja belum teratasi, dan sekarang Launa malah membuat beban pikiran baru untuknya. Terlebih untuk perdebatan tidak penting seperti ini.

A Frozen Flower [ Terbit ]Where stories live. Discover now