28

57K 5.3K 1.1K
                                    

A Frozen Flower
Sekuntum bunga yang beku
🥀

•1,5k vote - 1k komen for the next chapter•

Brak!

Alzion mendobrak dengan kencang pintu appartement milik Vera. Dengan rona kemarahan yang tergambar diwajahnya, Alzion melangkah memasuki ruangan mewah itu mencari pelaku utama atas ketakutan yang dialami istrinya. "VERA! KELUAR KAU JALANG!" Pekik Alzion teramat geram dengan perempuan satu itu.

"I'm here," sahut Vera duduk santai di sebuah sofa panjang menyambut kedatangan Alzion dengan senyum manisnya.

Dengan gigi bergemelatuk, Alzion berjalan menghampiri perempuan itu. Tanpa basa-basi, tidak bertele-tele, Alzion langsung menuntaskan amarahnya dengan satu tamparan paling keras miliknya.

PLAK!

Wajah Vera tertoleh ke samping dengan sudut bibirnya yang kontan berdarah. Terdiam lama Vera menetralkan rasa nyeri di pipinya, ia memejamkan matanya sejenak lalu mendongak menatap ke arah Alzion yang juga menatapnya dengan dada naik turun terbingkai emosi. "Kau menamparku?"

"Ya. Aku menamparmu!"

Vera tertawa pelan dibuatnya, perempuan itu lalu membuang wajahnya ke samping saat gemuruh di dadanya ikut tersulut. Bukan karena kemarahan, tapi karena sebuah rasa kesakitan saat untuk pertama kalinya pria itu bermain tangan dengannya.

"Dulu kau tidak pernah kasar padaku, Zion," ucap Vera mencoba menarik Alzion akan masa-masa kecil mereka, saat dimana Alzion begitu menghormatinya sebagai saudara angkatnya. "Tapi kenapa sekarang kau cepat berubah?" Tanya Vera tak habis pikir.

"Apakah karena perempuan itu?" Tuduh Vera mengarah pada Launa. Meyakinkan bahwa tebakannya benar, Vera menganggukan kepalanya sambil tertawa miris. "Ya, pasti karena dia. Perempuan licik itu telah menyihirmu menjadi seperti ini. Dia sama dengan kakaknya, perempuan itu hanya berpura-pura polos saja!"

Alzion memiringkan wajahnya dengan menatap perempuan itu kian tajam, memberikan peringatan tanpa kesempatan kedua, bagi Alzion, Vera sudah melewati batas wajarnya.

"Aku tidak pernah berubah," sahut Alzion menjawab. Vera mengedip pelan menatap Alzion dalam-dalam. Berharap akan jawaban berikutnya dari pria itu mampu mengobati luka di pipinya. Namun sayang, Alzion membalas sebaliknya. "Sedari dulu, aku tidak pernah memperdulikanmu, kau yang selalu memberi makan harapanmu dengan berpikir bahwa aku perduli padamu." Vera menelan saliva mendengarnya.

"Aku menghargaimu bukan sebagai Vera—seorang Jurnalis Eropa. Tapi aku menghargaimu, sebagai putri dari Nick Pan Pazhick." Telak Alzion mengungkap, membuat Vera bungkam terhantam sesak. Vera tahu itu, tapi, mendengar penegasan langsung dari Alzion membuat rasa sakit itu berkali lipat rasanya. "Kau harus ingat ini baik-baik Vera, sampai matipun, bahkan sampai aku menjadi tulang belulang sekalipun, aku tidak sudi dan tidak akan pernah sudi mempersilahkanmu masuk ke dalam kehidupanku. Kau dan Ayahmu tahu bahwa tujuanku untuk bertahan sejauh ini adalah karena perempuan yang aku cintai, dan orang itu—bukan kau. Cukup jelas?"

Jatuh air mata perempuan itu dibuatnya, isakan kecil sebagai bukti rasa sakit keluar dari bibir manisnya. Jelas, sangat jelas. Kalimat Alzion begitu tepat mengenai hatinya, seakan Vera disingkirkan ke dalam palung samudera paling dalam dan gelap sendirian. "Kau menyakitiku, Alzion," ucap perempuan itu lirih.

A Frozen Flower [ Terbit ]Where stories live. Discover now