Haloo
Jangan lupa vote dan comment yaaa <3
Selamat baca, semoga sukaa
🦋🦋🦋
Di sebuah kampus elit yang dipenuhi aroma ilmu dan kegiatan mahasiswa dengan suara langkah-langkah riang, Aksara melangkah dengan mata terpaku pada layar handphone-nya. Ia tenggelam dalam dunianya, terlepas dari keramaian di sekelilingnya.
Sementara itu, di sudut yang berbeda, Naraya melangkah dengan cepat karena sebentar lagi kelas akan dimulai, membawa bekal berupa buku hukum yang menjadi sahabat setianya. Setiap langkahnya terasa pasti, seakan-akan ilmu hukum yang ia bawa menjadi pemandu setiap jejaknya.
Namun, takdir berkata lain ketika tubuh Aksara tanpa sengaja menabrak seorang perempuan. Buku-buku berjatuhan, menciptakan momen hening yang penuh makna di tengah keramaian kampus.
"Duh, sorry ya!" serak suara Aksara memecah keheningan
Naraya, yang masih terkejut, mengangkat sebelah alisnya dengan tajam. Sorot matanya menusuk. Sambil menundukkan tubuhnya untuk mengambil bukunya yang terjatuh, Naraya tetap mempertahankan ekspresi datarnya.
Begitu Naraya berhasil menggenggam bukunya, Aksara mencoba memberikan penjelasan, "Gue nggak sengaja."
Naraya, tanpa berkata apa-apa, hanya mengangguk seolah mengerti, membiarkan keheningan menjadi jawaban.
Aksara bergegas menuju kantin. Langkahnya terasa berat, seakan-akan kejadian tadi meninggalkan jejak yang sulit dihapus.
"Duh, tadi gue ngga sengaja jatohin buku anak fisip" ujar Aksara sambil muka penuh penyesalan.
Shadeva langsung ngakak, "WTF?! Lo jatuhin buku siapa anjir"
Aksara jawab, "bulan sabit"
"HAHH?! Bulan sabit? apasih, Sa." sahut Garvi kebingungan
"Dia pakai kalung dengan liontin berbentuk bulan sabit," sahut Aksara
Shadeva berseloroh, "So, you called her bulan sabit now?"
Aksara mengangguk, "Yes, because i don't know her name and it suits her."
Shadeva dan Garvi saling pandang, "HAHH? Aneh lo, sa" ujar Garvi .
---
Sesampainya di kelas, Naraya duduk di kursi biasanya di samping Ranti dan Belvina. Dosen pun memulai kuliah hukumnya dengan penuh semangat. Meskipun masih terbayang kejadian di koridor kampus, Naraya mencoba fokus pada materi yang diajarkan.
Setelah selesai menjelaskan, dosen memberikan salam perpisahan kepada mahasiswa. Kelas hukum hari itu telah berakhir. Dosen melangkah keluar kelas, meninggalkan mahasiswa yang masih asyik membuka buku catatan.
Naraya dengan nada emosi, "Buku gue jatuh gara-gara anak fakultas teknik."
Ranti penuh kebingungan, "Kok bisa?"
Naraya menjelaskan, "Dia ngga sengaja nabrak gue, buku gue jatuh sampe covernya rusak. Sakit hati banget, mau marah!"
Belvina menyela dengan nada humor, "Terus lo marahin dia?"
Naraya santai, "Ngga, gue cuman kasih bombastic side eye."
Belvina berseloroh, "Gapapa, lirikan mata lo udah mematikan."
Ranti penasaran, "Terus dianya gimana?"
Naraya memikir sejenak, "Dia udah minta maaf, tapi tetep aja gue kesel. Jadi gue langsung pergi dan gamau berurusan sama anak fakultas teknik."
Ranti bertanya lagi, "Ciri-ciri yang nabrak lo gimana, sih?"
Naraya berpikir sejenak, "Gue ngga begitu perhatiin, tapi gaya pakaiannya terlihat cukup stylish sih. Mengenakan baju putih, jaket denim, dan celana panjang, berbeda dari mahasiswa teknik kebanyakan yang lebih santai."
Ranti dan Belvina saling pandang dengan senyum misterius. "Fakultas teknik memang punya reputasi memiliki cowok-cowok keren, bukan?" ujar Ranti.
Naraya mengangguk, "Iya, mungkin dia salah satu representasinya. Tapi tetap aja, buku gue jadi rusak gara-gara anak FT."
🦋🦋🦋
Gimana nih bab 1 nya??
Anyway, thank you yang sudah baca sampai akhir
Jangan lupa vote dan comment !!!
See you on the next chapter, love.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Man: When 'I Can' Meets 'But Let Me'
RandomSekecil apapun, kalo tentang lo penting. - Aksara Zulfiqar Gandhi