MOMEN 11 - Pertemuan Kelana dan Bian

165 26 9
                                    

Yeah, akhirnya update juga. Enjoy ya guys. Jangan lupa tinggalkan jejak.

***

DUA TAHUN LALU

Siang bolong ini, lapangan utama SMA Unggulan Bina Bakti didominasi suara jeritan dan teriakkan para cewek. Suara itu hadir dari setiap sudut sekolah. Baik dari lantai atas atau lantai bawah. Bukan hanya siswa baru yang antusias, orang-orang yang sudah lama bersekolah di sana pun ikut takjub melihat penampilan dari ekskul basket. Terutama saat salah satu anggotanya melakukan shooting dari luar garis three point dengan sangat sempurna.

"Biaaaaan!" teriakan itu sudah mengudara sejak tim basket masuk ke lapangan.

Ya, Bianlah yang berhasil menembak bola dengan akurat ke ring di depannya.

Bian adalah anggota tim basket yang paling sering disebut. Tinggi badannya 172 sentimeter. Meski baru kelas dua SMA, badannya cukup atletis. Selain soal badan, orang lain sering terpesona terhadap senyum lebarnya. Soal ciri fisik, jangan ditanya. Matanya bulat, alisnya tebal, rambutnya lurus dan rapi. Jika dia melompat di lapangan, rambut yang juga ikut mengapung menjadi daya tarik tersendiri.

"Hallo semuanya," teriak Bian setelah timnya melakukan berbagai atraksi basket selama lima menit. "Itu adalah persembahan dari tim basket kami. Maka dari itu, kami juga mengundang teman-teman yang mau bergabung dengan tim basket kami. Mari sama-sama menggali potensi dan melatih skill. Ii juga bakal jadi bekal kita untuk membanggakan sekolah."

"Cewek bisa gabung nggak, Kak?" teriak Clarissa yang tentu saja masih mengenakan seragam SMP.

"Wah ..." Bian menggeleng. "Saat ini belum ada tim basket cewek di sekolah ini. Tapi mungkin, lo bisa jadi pelopornya suatu hari nanti."

Semua orang bertepuk tangan mendengarkan jawaban dari Bian.

"Kami hanya menerima anggota laki-laki. Mungkin untuk perempuan bisa gabung di cheerleaders sekolah ini. Beberapa kali, Cheerleaders sekolah ikut dukung kami saat bertanding kok."

"Asyikkk," teriaknya lagi. "Mau ikut dooong ke tim cheerleaders biar bisa lihat Kak Bian tiap hari."

"Huuuuuuuuu! Ganjennnn!"

Teriakkan itu mengundang tawa seluruh siswa.

"By the way, kami punya beberapa gantungan kunci, kaos, dan topi. Ada yang mau?" teriak Bian lagi. Di situasi ini, dia yang baru diangkat sebagai kapten basket dipercaya untuk lebih banyak berinteraksi dengan anak-anak baru.

"Mauuuuu!"

"Ini untuk kalian!" Itu teriakan Putra, anggota basket dengan badan paling besar.

Kontan, gantungan kunci berbentuk bola basket melayang ke pinggir lapangan. Orang-orang yang ada di sana langsung menangkap dengan antusias.

"Ini juga!" Arya, cowok berwajah oeriental turut melemparkan beberapa kaos putih bertuliskan nama tim basket mereka.

Jika dilihat dari atas, orang-orang yang awalnya berdiri rapi itu bercerai-berai. Mirip seperti semut yang sedang mengamuk. Mereka berusaha untuk mengambil barang-barang yang dilempar.

"Udah dapet semua?" tanya Bian.

"Yaaah, nggak dapet!" teriak beberapa orang.

"Yang dapat boleh ke depan ya. Kita foto bareng. Yang dapat kaos atau topi, bisa pula minta tandatangan dari kami."

Mendengar ucapan itu, orang-orang yang mendapatkan barang merasa beruntung luar biasa. Pasalnya, mereka yang awalnya hanya melihat dari pinggir, kini bisa maju ke depan. Sementara, kebanyakan dari mereka merasa kecewa karena tidak mendapatkan barang yang dilempar tadi.

Glow Up Moment (Tamat)Where stories live. Discover now