Thirteenth

168 26 0
                                    

   "Jadi, bom itu dijatuhkan oleh sekutu Jepang. Peristiwa itu terjadi di dua kota," (Name) menjelaskan kalimatnya, "di kota Hiroshima dan Nagasaki." lanjutnya yang selesai menjelaskan pada Kuroo. Kuroo mengangguk, tanda ia paham.

   "Ne, kau itu jago public speaking aku yakin kalau kau akan bisa menampilkan yang terbaik, Kuroo."

   Kuroo tertawa ringan, "Terima kasih atas pujianmu, tapi terkadang aku sedikit grogi terkadang, apa kau punya solusi?" tanya Kuroo.

   (Name) memasang tampang bingung, "Kau grogi? Aku selalu melihat kau selalu percaya diri, dan apa-apaan kau ini? Kau out of character, Kuroo." kata (Name) dengan muka datarnya.

   Kuroo langsung kelabakan, "Aku juga manusia, aku juga bisa merasa grogi," bela Kuroo. (Name) yang mendengarnya hanya mengedikkan bahunya.

   "Kau tinggal menatap seseorang yang spesial untukmu, seperti temanmu, atau guru favoritmu," celetuk (Name).

   Kuroo berdehem, "Bukannya kau juga ada penampilan dari kelasmu? Pasti kau akan bernyanyi," dia mencoba mengalihkan topik.

   (Name) mengangguk, "Iya, aku akan bernyanyi untuk yang terakhir kalinya."

   Kuroo langsung membulatkan matanya, sementara (Name) yang melihat reaksi Kuroo langsung tertawa kecil. "Aku tidak akan ke mana-mana, Kuroo. Maksudku, bukankah aku juga akan kuliah, otomatis ini akan menjadi penampilan terakhirku di SMA Nekoma," jelas (Name).

   "Kau ini," sungut Kuroo yang sweatdrop.

   (Name) hanya bisa tertawa, "Kuroo, kau itu kenapa kaku sekali kalau di dekatku? Kau salah makan?"

   Kuroo menggeleng, "Tidak, aku memang seperti biasa."

▪︎▪︎

   "Lalu, kau tinggal— eh, kau sudah tidur, ya." (Name) langsung menutup buku Kuroo, dia bangkit dari tempat duduknya. "Kenapa dia tidur? Apa dia bosan dengan pelajarannya?" heran (Name) yang menatap Kuroo yang tertidur.

   "Ah, kamu pasti anaknya (Surname) Ryou, ya." (Name) langsung menoleh ke arah pintu, terlihat seorang wanita tua dengan belanjaannya.

   (Name) menundukkan tubuhnya sedikit, "Iya, aku anaknya. Apa nenek baru saja pulang dari supermarket?" (Name) langsung berjalan ke arah wanita tua itu.

   "Biar aku bantu, Nenek pasti kelelahan."

   Mereka berjalan ke arah dapur bersama, wanita itu tersenyum. "Kau anak yang baik, pasti Tetsurou menyayangimu."

   (Name) langsung kelabakan, "E-eh? Aku cuma temannya, bukan pacarnya..." ralat (Name) yang sedikit mereka karena Nenek Kuroo mengira bahwa dirinya adalah kekasih Kuroo.

   Wanita itu mengerjabkan matanya. "Sayang sekali, padahal kau  cantik. Kenapa anak itu tidak mau bersama denganmu, hah?" (Name) langsung sweatdrop mendengar itu.

   "Oh, bagaimana kalau kau ikut makan malam bersama kami?"

▪︎▪︎▪︎

   Pada akhirnya (Name) memilih untuk pulang setelah berbicara dengan nenek Kuroo, alasan ia tak ingin makan malam bersama adalah bis terakhir sebentar lagi akan tiba.

   "Mau makan katsudon sambil menonton drama, pasti—" (Name) sadar kalau tasnya ketinggalan di rumah Kuroo, dia hanya membawa ponselnya yang di dalam saku celananya.

   Dia bisa saja kembali ke tempat Kuroo, namun bis yang terakhir ia akan segera datang, dia menjadi resah karena di dalam tas itu ada buku-buku catatannya. Termasuk buku pemberian Papanya.

   "Sial, kenapa aku bisa lupa?" umpatnya yang merutuki kecerobohan dirinya. Dia langsung menghubungi Kuroo, namun sepertinya ponsel Kuroo tak aktif, dia langsung mengerang frustasi.

   'Sialan, bagaimana dengan penampilan aku besok?!' batinnya yang sudah benar-benar frustasi. Berharap besok pagi ada keajaiban yang datang padanya.

   Di tengah perjalanan, tiba-tiba ia mendapat panggilan dari nomor yang tak dikenal. Karena takut itu penipuan, dia membiarkan panggilan itu sampai berakhir sendiri.

   Tapi sepertinya si penelpon tetap mencoba menghubungi (Name). Karena terganggu, (Name) langsung mengubah ponselnya ke mode jangan ganggu.

   "Pasti ini si Aiko, sering sekali dia mengubah nomor ponselnya," gerutu (Name), "berapa banyak mantan yang ia punya sampai nomor ponselnya sering ia gonta-ganti?"

▪︎▪︎

   (Name) turun dari bis, dia dengan gontai berjalan menuju ke kediamannya. Rasanya nyawanya hilang karena fakta bahwa tasnya tertinggal di rumah Kuroo.

   "(Name), kau kenapa pucat begitu, sayang? Kau sakit lagi?" Maria—Mama (Name)—khawatir dengan putri semata wayangnya yang terlihat pucat pasi. "Kau demam? Atau kau merasa tertekan?"

   "Mama, aku tidak apa-apa, aku cuma tak sengaja meninggalkan tasku di rumah Kuroo. Hanya itu saja, Mama. Kau terlalu khawatir," ujar si anak meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.

   Maria langsung bernapas lega, "Syukurlah, kukira kau stres atau terjadi sesuatu padamu," katanya yang mengelus dadanya, "ayo masuk. Makan malam sudah menunggu." Maria mengelus rambut anaknya dengan lembut.

   "Biar Papa yang mengambilkan tas—"

   "Ja-jangan! Biar aku yang ambil besok pagi."

   Maria mengangguk, "Kalau begitu maumu, ya sudah."

   Mereka masuk ke dalam rumah. Saat masuk ke dalam rumah, (Name) melihat Papanya sedang berbicara dengan Ayahnya Kuroo. Tentu membicarakan tentang pekerjaan mereka.

   Tuan Kuroo langsung menyapa (Name), "Konbawa, (Name)." tentunya (Name) membalas sapaan dari Tuan Kuroo itu dengan ramah. "Bagaimana dengan pertandingan Tetsurou?"

   "Dia sangat keren saat memblokir bola, dan dia menjadi kapten yang baik, lalu staminanya juga lebih baik dari yang lalu." jawab (Name) seadanya. Tuan Kuroo tersenyum mendengar itu.

   "Ternyata benar, ya."

   "Apanya?"

   "Ryou benar, kau itu sangat memperhatikan detail terkecil sekalipun." si pemilik nama yang disebut langsung tertawa kecil, sementara (Name) langsung berlari ke kamarnya.

   "Ahahaha, shy girl. Anakku benar-benar pemalu, ya." timpal Ryou yang meminum teh hijaunya dengan santai.

   Tuan Kuroo terkekeh, "Aku jadi teringat dengan Kakaknya Tetsurou, bedanya dia tidak pemalu seperti anakmu." ujar Tuan Kuroo dengan kekehan di akhir.




---------------
Bersambung
---------------



Haloo^^/

Siapa di sini udah kenal sama ortu crush nya?

Bukan saya sih, soalnya udah jadi ex:"

Jangan lupa vote dan komeeeen🤍

Type [Kuroo Tetsurou]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu