First

803 68 3
                                    

Minggu pagi yang sangat cerah dan ceria, tapi tidak dengan (Name) yang baru bangun tidur.

"MAMAAAAAAAAA!"

Teriakan (Name) membuat sang ibu terkejut, wanita tua itu langsung mematikan kompor listriknya dan langsung mendatangi kamar sang anak.

Dia membuka pintu kamar (Name) dan matanya membulat melihat rambut sang anak yang berada di genggamannya.

"(Name)! Kenapa kauー"

"Mama..."

Mamanya (Name) tidak melanjutkan perkataannya, karena melihat anaknya mengeluarkan darah dari hidungnya. Cepat-cepat wanita tua tersebut menghampiri anaknya.

Sementara (Name) masih mematung, telinganya terasa berdengung, kepala dan batang hidungnya terasa sakit.

"Kamu kenapa?! Kok bisa begini?!"

Walaupun sang ibu mengulangi pertanyaannya, (Name) tetap terdiam.

Mamanya langsung berlari menuju kamarnya untuk mengambil ponsel pintarnya yang sedang diisi dayanya.

Membuka kunci ponselnya dan mencari aplikasi kontak, ia mencari kontak dokter kenalannya dan menelponnya. Setelah menelpon, ia memeriksa anaknya yang berada di kamar.

(Name) masih tetap berdiri sambil mematung melihat darah yang mengalir dari hidungnya, rambutnya yang rontok satu persatu jatuh dari tangannya.

(Name) POV

Apa-apaan ini? Kenapa aku harus sakit di saat seperti ini? Aku benci ini. Padahal ini hari pertama masuk sekolah, penyakit ini malah kambuh.

"Mama..."

Mulutku kaku untuk berbicara pada Mama, dia hanya bisa menagis sambil memeluk tubuhku dan air matanya terus membasahi pundakku yang tertutup oleh piyama.

Dia berbicara, tapi aku tidak bisa mendengarnya. Tapi, aku yakin kalau dia sedang mencoba menenangkan diriku yang tiba-tiba sakit ini, karena pengaruh cuaca.

Penglihatanku mulai memburam dan akhirnya tubuhku langsung menyentuh lantai kamarku yang dingin.
Dan sudah dipastikan, Mama pasti panik karena aku begini.

(Name) POV end

Mata (Name) merasa silau saat ia membuka matanya, ia melihat sekeliling. Hanya ada ruangan putih dan bau obat, tidak lain ia sedang berada di rumah sakit.

"(Name)?"

Sang pemilik nama langsung menoleh ke arah kirinya, dan Mamanya langsung memeluk putrinya.

"Syukurlah... kamu baik-baik saja. Kamu masih pusing? Atau masih ingin menangis?" Tanya sang Mama dengan sedikit panik.

(Name) terkekeh dan memegang tangan kanan ibunya yang berada di pipinya, "Aku sehat, kok. Jangan sedihー"

"(Surname)-san, rambut putrimu rontok karena dia stres berlebihan dan sering bergadang. Dan dia mimisan karena kondisi cuaca."

"Anda harus memperhatikan dia, kau juga nona. Jangan membuat Mamamu menjadi khawatir." Kata dokter tersebut panjang lebar.

Sang Mama menatap anaknya, "Jangan tidur larut malam lagi, ya. Mama tau, kok, kalau kamu belajar larut malam. Tapi, jangan sampai tidak tidur, ya." Kata Mamanya lembut.

(Name) mengangguk, "Iya, Mama. Aku janji tidur cepat." Kata (Name) berjanji pada ibunya.

"Ini ada beberapa obat yang harus dikonsumsi (Name)." Kata dokter sambil memberikan kertas yang berisikan daftar obat yang harus dibeli.

Sang ibu mengambil kertas tersebut dan membaca isi kertas tersebut.

"Kira-kira, butuh berapa lama aku istirahat?" Tanya (Name) sambil mendudukan dirinya.

Dokter tersebut membetulkan posisi kacamatanya, "Kau bisa beraktivitas normal, tapi harus menjaga pola makan, pola tidur, dan rutin minum obatmu." Kata dokter tersebut.

"Saya pamit dulu." Kata dokter tersebut pergi dari kamar rawat (Name), ia meninggalkan ibu dan anak tersebut.

'Hah... Ini yang namanya karma, ya?' Batin (Name) yang sudah frustasi.

---------------
Bersambung
---------------


Hai!

Capek sama keadaan? Sama kok, aku juga capek sama keadaan :)

Tapi, jangan nyerah ya!

Jangan lupa vote dan komen ya! ^^/

Type [Kuroo Tetsurou]Where stories live. Discover now