"Jangan lama," ucap Dehan dengan bibir yang sedikit mengerucut.

"Iya, gak sampai 10 menit."

"Iya, buruan. Aku takut rumah sakit."

"Iya," balas Nesya seadanya, tapi sejujurnya dalam hatinya sudah berbunga.

Setelah Nesya berlalu, Dehan langsung mencoba memejamkan matanya. Berusaha tidur sepertinya.

Ceklek....,

Pintu tiba-tiba terbuka lagi.

Yang benar saja, senyum Dehan langsung mengembang sekilas. Tentunya ia mengira bahwa itu Nesya.

"Assalamu'alaikum, Braderr,"

Suara heboh seketika memenuhi ruangan itu. Tentu saja pelakunya adalah Ali, Aziz, dan Fares. Hmm, cepat sekali mereka bergerak ke rumah sakit. Mungkin ini yang dinamakan setia kawan.

Namun wajah Dehan langsung terlihat bad mood atas kehadiran mereka.

"Han, kamu kenapa Han? Kamu gak dihamili Nesya kan?" cerocos Ali memang selalu mengasal, sedikitpun tak pernah lihat-lihat situasi.

"HAHAHA!" Aziz dan Fares tentunya tak lupa membumbui dengan tawa cekikikan mereka yang super heboh juga.

Mungkin inilah alasannya kenapa Dehan langsung bad mood mendapati kedatangan mereka.

"Udahlah ah, kalian diam. Aku mau istirahat," sarkas Dehan ketus.

Bukan Ali namanya kalau mau mengindahkan perintah Dehan. Bukannya tutup mulut, justru pertanyaannya malah menghujani, "Eh, Han. Kok kamu sendirian aja disini, Nesya mana?"

"Lagi nebus obat," balas Dehan benar-benar malas.

"Oh, gitu ternyata. Asli, kaget banget tadi pas dapat kabar dari Nesya. Makanya kami langsung buru-buru kes.....,"

Ceklek...,

Pintu terbuka lagi tiba-tiba, dan kali ini benar menampakkan wajah Nesya dari baliknya.

"Eh, kalian!" sapa Nesya terkejut melihat keramaian di dalam ruangan.

"Hai, Nesss," sambut Ali begitu ramah.

"Kalian udah lama disini?" celetuk Nesya berbasa-basi.

"Enggak kok Nes, baru aja."

"Oh, iya iya," tanggap Nesya ber oh ria saja, bersamaan dengan ia yang berjalan menghampiri Dehan.

"Ini ada obat yang harus diminum sekarang kata Dokter," sambung Nesya beralih fokus ke Dehan.

"Kamu bisa minum?" tambahnya memastikan.

"Bisa, tapi harus bangun dulu kayaknya," jawab Dehan lirih.

"Sini aku bantu," sambar Ali langsung mendekat.

Seketika Dehan memutar jengah bola matanya, "Gak usah kalau gitu," ucapnya selalu ketus ke Ali.

"Yaelah," tanggap Ali jengkel, dan langsung menjauh lagi dari Dehan.

"Gak boleh gitu, kata Doter harus diminum sekarang obatnya," bujuk Nesya teramat lembut, bersamaan dengan tablet obat yang sudah ada di tangannya.

Yang benar saja, Dehan langsung mengangguk antusias. Padahal ke Ali tadi sungguh menjengkelkan.

Tanpa tunggu lama, Nesya segera membantu Dehan bangun dari posisi tidurannya. Lalu meminumkan obat itu.

"Huh, modus!" semprot Ali dari samping.

"Membagongkan," timpal Fares juga dari samping.

Namun sedikitpun Dehan tak menggubrisnya, ia memilih lanjut beristirahat kembali.

Ceklek...,

Lagi-lagi pintu terbuka, begitu banyak tamu hari ini. Dan kali ini dari baliknya menampakkan wajah yang seharusnya tidak usah muncul lagi. Iya, itu adalah Karina, wanita yang dikejar-kejar Dehan.

Seketika keadaan menjadi senyap melihat kedatangannya. Ali bahkan tidak tahu harus bersikap gimana lagi.

"Dehannnn," Karina berlari menghampiri dengan matanya yang berkaca-kaca.

Heran memang, bisa-bisanya senyum Dehan mengembang lebar melihat wanita itu. Benar-benar ia tampak girang sekali atas kedatangan Karina. Dan sedikitpun tak memikirkan perasaan Nesya, istrinya.

"Karina kok kamu....,"

"Iya, aku dapat kabar dari Fares kalau  kamu masuk rumah sakit katanya."

Seketika Ali dan Aziz mendelik tajam ke arah Fares, "Goblok!" umpat geram keduanya seakan ingin memangsa Fares.

Fares tak tahu harus beralasan apa, dia hanya bisa menggaruk kikuk kepalanya yang tak gatal sama sekali.

"Tapi sekarang kamu udah baik-baik aja kan Han? Atau ada sakit yang serius?" ucap Karina lagi begitu memburu, wajahnya memang tampak khawatir.

"Udah ih, gak apa-apa. Gak ada sakit yang serius kok, cuma sakit ringan doang. Semuanya udah baik sekarang," tutur Dehan terdengar begitu lembut. Dan yang jelas Nesya sekalipun belum pernah mendapat perlakuan lembut itu.

Di tengah obrolan dua orang egois itu, tiba-tiba Nesya berjalan cepat keluar ruangan.

Ali tampak mengusap kasar wajahnya menyaksikan situasi di hadapannya. Jelas terlihat jika dia begitu emosi melihat kelakuan Dehan.

"Nes, mau kemana?" Ali sengaja bertanya, dan langsung menyusul.

Nesya sedikitpun tak menggubris pertanyaan Ali, entah dengar atau memang tidak dengar. Yang jelas, ia berjalan begitu cepat.




Vote dan komen ya!




Bukan Santri IdamanWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu